Kerugian Sektor Pertanian Akibat Abu Vulkanik Sinabung Mencapai Rp 170,4 Milyar

  • Bagikan
Petani membersihkan tanaman brokoli dan cabai rawit yang tertutup debu vulkanik pascaerupsi Gunung Sinabung di Desa Naman, Kecamatan Naman Teran, Karo, Sumatera Utara, Selasa (11/8/2020). ANTARA FOTO/Sastrawan Ginting/Lmo/foc.

Mediatani – Intensitas aktivitas vulkanik Gunung Sinabung semakin meningkat dalam sepekan terakhir. Gunung yang berlokasi di Kabupaten Karo ini mengalami erupsi dengan ketinggian kolom abu berkisar ribuan meter dari atas puncak.

Peningkatan aktivitas Gunung Sinabung itu membuat luas wilayah yang terdampak abu vulkanik semakin besar. Total saat ini sudah ada tujuh kecamatan di Kabupaten Karo yang terpapar abu vulkanik. 

Berdasarkan Informasi yang didapat dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Karo, kurang lebih seluas 6.824,5 hektare lahan pertanian dari tujuh kecamatan tersebut yang ikut terdampak abu vulkanik.

Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Peternakan Karo Ir Matehsa K Purba, menjelaskan untuk total luas lahan yang terdampak ini, terdata mulai dari erupsi sejak Sabtu (8/8/2020) lalu, hingga Jumat (14/8/2020) kemarin.

“Untuk lahan pertanian yang sekarang sudah terdampak erupsi, sampai saat ini sudah meluas ke tujuh kecamatan. Sampai Jumat kemarin, kita data luasnya itu ada kurang lebih seluas 6.824,5 hektare,” papar Matehsa, Kamis (20/8/2020).

Matehsa menyebutkan, tujuh kecamatan yang lahan pertaniannya terdampak adalah Kecamatan Namanteran, Simpangempat, Merdeka, Dolatrayat, Kabanjahe, Barusjahe, dan Berastagi. 

Dampak dari kondisi ini semakin merugikan petani. Sebelumnya, terhitung hingga Senin (10/8/2020) lalu luas lahan pertanian yang mengalami kerusakan mencapai 1.483 hektare, dengan kerugian sebanyak kurang lebih 4,1 miliar rupiah.

Sementara saat ini, lanjut Matehsa, jika ditotal dari tujuh kecamatan yang terdampak ini diperkirakan kerugian telah mencapai Rp 170,4 miliar.

“Sampai Senin kemarin, yang kita data lahan pertanian yang terdampak itu seluas 1.483 hektare, dengan kerugian mencapai 4,1 miliar rupiah. Kalau untuk sampai saat ini wilayah yang terkena dampaknya sudah semakin meluas, kita perhitungkan untuk kerugian materi mencapai 170,4 miliar rupiah,” ungkapnya.

Matehsa memaparkan, jenis hortikultura adalah tanaman yang tercatat mengalami kerusakan paling parah dari total luas lahan tersebut. Dari ketujuh kecamatan ini, sedikitnya 29 jenis tanaman hortikultura yang terdampak abu vulkanik.

“Ada 29 jenis yang terdampak, dan yang paling parah itu jenis hortikultura yang terdampak. Kalau yang paling banyak, semuanya kecamatan rata, cuma yang paling parah sampai saat ini di Kecamatan Namanteran,” ungkapnya.

Ketika Matehsa ditanya mengenai langkah yang telah dilakukan untuk meminimalisir dampak abu vulkanik, ia menjelaskan pihaknya telah memberikan alat penyemprot atau blower kepada kelompok tani.

Dirinya menyebutkan, dari blower yang ada sampai saat ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih cepat membersihkan dampak abu vulkanik.

“Ya sekarang masih blower, dan juga kita minta kepada masyarakat untuk tetap melakukan penyemprotan menggunakan air agar abunya lebih cepat hilang. Dan setelah itu, langsung disemprot dengan cairan fungisida,” katanya.

Selain itu, pihaknya juga telah meminta bantuan kepada Kementerian Pertanian untuk pengadaan blower dan cairan fungisida tambahan.

  • Bagikan