Kesejahteraan Petambak Udang di Sumsel Meningkat Setelah Ada Suplai Listrik PLN

  • Bagikan
Gubernur Sumatra Selatan, H. Herman Deru melakukan panen udang di Desa Bumi Pratama Mandira

Mediatani – PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) telah membawa perubahan besar terhadap sejumlah desa di Sumatra Selatan. Aliran listrik dari PLN telah mendukung terwujudnya kemajuan dan kemandirian desa, sehingga kehidupan masyarakat menjadi lebih sejahtera.

Desa Bumi Pratama Mandira, Kecamatan Sungai Menang, Kabupaten Ogan Komering Ilir merupakan salah satu yang mendapatkan aliran listrik PLN pada akhir januari 2021 ini. Lokasi ini merupakan sentra tambak udang sejak 24 tahun silam.

Kepala Desa Bumi Pratama Mandira Pahmi Habib mengatakan warga desa yang mayoritas petambak udang mengalami peningkatan kesejahteraan berkat adanya aliran listrik PLN.

“Desa kami sebetulnya sudah maju namun terkendala sulitnya akses listrik. Setelah PLN masuk, kami pun yakin dapat menjadi desa mandiri,” ungkapnya dilansir dari Bisnis, Kamis (25/2).

Pahmi menuturkan sebelum adanya listrik dari PLN, selama ini warga desa hanya mengandalkan listrik swasta, milik perusahaan budidaya udang. Warga pun harus membayar dengan biaya lebih mahal dari biaya listrik PLN pada umumnya.

Terlebih lagi, aliran listrik tersebut hanya bisa digunakan selama 16 jam per hari, yakni mulai pukul 16.00 hingga pukul 08.00 pagi. Selebihnya, warga harus kembali mengeluarkan biaya untuk menghidupkan mesin genset.

Akibat kondisi tersebut, warga desa harus mengeluarkan biaya hingga Rp6 juta per bulan untuk menghidupkan mesin kincir air di tambak udang. Menurutnya, kincir tersebut harus berputar selama 24 jam penuh. Jika tidak, udang yang dibudidayakan akan mati.

“Makanya kami dari dulu mengharapkan listrik PLN masuk supaya usaha kami lancar dan lebih hemat,” ucapnya.

Pahmi menghitung, dengan adanya listrik dari PLN, petambak udang mampu menghemat biaya hingga 60%. Tingginya biaya listrik swasta yang ditanggung warga selama ini membuat hasil usaha tambak pun tidak maksimal.

Pasalnya, warga menyiasati kondisi tersebut dengan menebar benih hanya 15 persen sampai 10 persen dari kapasitas normal. Samirun, warga Desa Bumi Pratama Mandira, mengatakan tambaknya menghasilkan sebanyak 80 ton hingga 100 ton per hari saat listrik beroperasi normal. Namun, jika listris tidak berjalan normal, produksi tambaknya hanya berkisar 10 ton—30 ton per hari.

Warga Desa Bandar Agung, Kecamatan Lalan, Kabupaten Musi Banyuasin, Lamijan, juga merasakan kemajuan desa pasca-hadirnya listrik PLN.  Dia mengungkapkan selama ini warga di desanya hanya mendapat akses listrik selama 6,5 jam tiap tiga hari.

“Dulu listrik digilir, setelah tiga hari gantian rumah tetangga. Sekarang setelah ada suplai listrik dari PLN kami bisa nikmati 24 jam penuh,” ungkapnya.

Camat Lalan, Andi Suharto, menuturkan bahwa adanya aliras listrik di daerah perkebunan karet dan sawit itu tidak terlepas dari koordinasi yang dilakukan Pemkab Muba bersama PLN.

“Akhirnya PLN pun menyambungkan jaringan listrik ke Lalan bekerjasama dengan PT MEP (BUMD Muba) pada akhir tahun 2019,” ucapnya.

Menurut Andi, kehadiran jaringan listrik tersebut turut menghilangkan stigma bahwa Lalan merupakan daerah yang terisolir. Pihak kecamatan pun terus berupaya mendorong 27 desa yang telah berkembang di Lalan menjadi desa yang maju.

Dari 3.915 desa di Sumsel, Desa Bumi Pratama Mandira dan Desa Bandar Agung merupakan desa yang mendapat aliran setrum PLN Unit Wilayah Sumsel, Jambi dan Bengkulu (S2JB).

General Manager PT PLN (Persero) Unit Wilayah S2JB Daryono mengatakan pihaknya menargetkan untuk 44 desa yang belum berlistrik. Ia mengaku optimistis PLN bisa menerangi seluruh desa di Sumsel meskipun banyak tantangan yang dihadapi pihaknya untuk mengaliri listrik perdesaan

Berdasarkan catatan perseroan, rasio desa berlistrik (RDB) Sumsel saat ini sudah mencapai 98,64 persen. Rasio itu ditargetkan bisa meningkat jadi 99,23 persen pada tahun ini. Untuk itu, setidaknya PLN bakal merealisasikan listrik masuk desa di 19 titik sepanjang 2021.

Menurutnya, desa yang belum berlistrik PLN kebanyakan berada di Kabupaten OKI dengan kondisi geografis berupa wilayah perairan. Sehingga RDB di kabupaten itu tercatat paling rendah dibanding 16 kabupaten/kota lainnya, yakni sebesar 91,13%. Sementara RDB di daerah lain rata-rata sudah mencapai 100 persen.

Dia juga mengungkapkan, akses di wilayah perairan yang minim menjadi tantangan yang harus dihadapi perseroan demi menerangi penjuru negeri.

Manajer Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) PLN Kabupaten Ogan Ilir, Lindawati Marpaung, menambahkan sebanyak 29 desa di OKI masih terkendala minimnya akses infrastruktur. Pasalnya, karena masih banyak jalan yang rusak parah, daerah pantai dan perairan, hingga tidak ada akses jalan darat. Hal itu membuat pihaknya harus membuat strategi khusus.

  • Bagikan