Kisah Inspiratif: Petani Lulusan SD Raih Penghargaan Dunia

  • Bagikan
Sumber foto: ublik.id

Mediatani – Sebagai petani sayuran hortikultura, Ulus Pirmawan yang berprofesi sebagai petani yang hanya lulusan sekolah dasar, mampu meraih penghargaan dunia. Sayuran hortikultura yang dikembangkan terdiri dari brokoli, tomat, kembang kol, selada dan lainnya.

Dahulu sejak duduk di bangku sekolah dasar, Ulus sudah diajar bertani oleh orangtuanya. Meski saat itu, Ulus sangat menginginkan untuk melanjutkan pendidikannya di bangku SMP, tetapi karena keterbatasan orangtua yang tidak mampu membiayai pendidikan Ulus sehingga dia memilih untuk bertani saja dan membantu orangtuanya.

Ulus memulai kegiatan ini awalnya hanya membantu orangtuanya dengan cara menjual hasil pertanian yang dikembangkan oleh orangtuanya. Ulus memasarkan hasil pertaniannya hingga sempat menembus pasar pada tahun 1993. di Keramat Jati. Namun tak terduga, buncis yang dijual ternyata menjadi nomor satu dan diminati oleh para konsumen.

Melihat hal tersebut, Ulus mencoba untuk lebih fokus dalam mengembangkan usaha pertanian ini. Ulus mencoba untuk memperbaiki kualitas dari hasil pertaniannya sehingga nilai jualnya pun lebih tinggi. Salah satu tips yang dilakukan agar produk hasil pertanian tersebut bisa tembus ke pasar tradisional bahkan pasar ekspor adalah dengan menjaga kualitas dan kontinyu.

Selain itu, untuk menjaga kualitas, maka produk hasil pertanian tersebut adalah yang rendah residu pestisida serta lebih banyak menggunakan pupuk organik pada budidayanya.

“untuk menembus pasar ekspor misalnya contoh di Singapur, setiap harinya produk hasil pertanian yang akan masuk ke Singapur akan dilakukan tes uji residu. Jadi jika melebihi ambang batas Singapur maka otomatis produk hasil pertanian tersebut langsung di blacklist,” ungkap Ulus.

Pada tahun 2014, usaha pertanian Ulus ini telah menembus pasar ekspor ke Singapur dan sekaligus mendapat penghargaan dari Kementerian Pertanian dengan mengembangkan komoditas baby buncis yang mampu berdaya saing. Penghargaan ini berlangsung hingga tahun 2016.

Pada tahun 2017, Ulus bersama tim nya mendapat penghargaan dari FAO sebab menerapkan pertanian yang ramah lingkungan.

“Alasan kami memilih pertanian organik, sebab penggunaan kimia tidak baik untuk anak cucu kita kelak. Hal ini juga akan menurunkan kualitas dari tanah yang terkena zat kimia secara terus menerus,” ujar Ulus.

Ulus memberdayakan para petani yang tergabung dalam Gapoktan sekitar yang datang ke kebunnya. Mereka diedukasi oleh dengan pemakaian pupuk organik yang dinilai mampu menyuburkan tanah.

Dalam keterangannya, Ulus juga menyampaikan beberapa tips bagi petani pemula yaitu memastikan pasarnya. Sebaiknya mengadakan kerjasama dengan pasar yang sifatnya kontrak atau dalam artian lain tidak fluktuatif harga. Selanjutnya memperhatikan teknik budidaya komoditas yang ingin dikembangkan. Mulai dari pengolahan tanah yang baik dan benar, penggunaan pupuk kompos yang benar – benar matang, pemilihan benih yang sesuai dengan permintaan pasar dan terakhir harus memilih pasar yang jelas.

“Insyaa Allah dengan menerapkan keempat tips tadi, petani bisa lebih maju,” ungkap Ulus.

Selain itu, Ulus juga memiliki lahan di RSJ (Rumah Sakit Jiwa) yang terletak di Bandung Barat. Tujuannya adalah jika ada pasien yang telah sembuh, kemudian ditawarkan untuk ikut berkegiatan pertanian ini, jika berminat selanjutnya akan dibimbing atau dilatih di kebun. Beberapa orang yang sudah mulai mencobanya adalah Yanto, Agus yang rata – rata sudah menggeluti sektor pertanian ini selama satu bulan. Mereka sangat antusias dan menjadi luar biasa sampai – sampai ingin membuka lahan sendiri.

Ulus mengajak kepada semua kalangan agar mencoba untuk bertani dan ikut serta dalam berkegiatan disana. Melihat sektor pertanian tersebut menjadi sebuah solusi untuk menuju Indonesia yang swasembada pangan.

“Sektor pertanian tidak akan mati,” tegas Ulus.

  • Bagikan