Mediatani – Profesi sebagai petani seringkali dikesampingkan oleh kebanyakan orang karena dianggap sebagai pekerjaan yang berat dan berlumpur serta tidak begitu menguntungkan. Namun faktanya, tidak sedikit juga petani yang justru menjadi paling sukses di antara komunitas masyarakat.
Perjalanan hidup memang tidak selamanya datar atau seterusnya menanjak, kadang naik kadang juga turun. Bertani sebenarnya pekerjaan mulia karena apa yang dimakan oleh manusia adalah hasil jerih payah petani. Semoga kesuksesan selalu menyertai petani.
Kisah inspiratif ini datang dari seorang pria yang semasa hidupnya tinggal di Desa Dukuh Wringin, Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Meski menjadi petani, justru berhasil mengantarkan kesembilan anaknya menjadi abdi negara.
Hal yang luarbiasa adalah dari kesembilan putra-putri tercintanya, enam di antaranya telah sukses menjajaki pangkat sebagai Perwira Menengah, baik di tubuh TNI maupun Polri. Rupanya, keberhasilan ini tak lepas dari perjuangan panjang yang telah dilaluinya dengan penuh kegigihan dan keikhlasan hati.
Dimulai dari sebuah pesan yang terus terpatri di sanubari sang putra bungsunya, hingga akhirnya menjadi motivasi tersendiri untuk menapaki lika-liku kehidupan. Berikut ulasan kisah selengkapnya yang telah kami himpun.
Orang Tua Tak Lulus Sekolah Dasar
Kisah keluarga petani inspiratif kali ini datang dari Kolonel H. Yudi Pratikno yang saat ini tengah mengabdi di tubuh TNI AU. Kesuksesan yang dituturkan oleh Perwira TNI yang memiliki delapan kakak kandung yang juga sukses menjadi punggawa Ibu Pertiwi.
Inspiratifnya, dirinya bukanlah berasal dari keluarga berada. Orang tua dari Kolonel Yudi ternyata tak mampu menamatkan pendidikan dasarnya di masa lampau.
“Bapak saya lulus SD pun enggak, bang. Jadi bapak ibu lulus Sekolah Rakyat pun enggak. Tapi alhamdulillah membaca, menulis itu masih bisa gitu loh. Tapi tidak ada ijazah. Kalau zaman dulu paling cuma sampai kelas 3 SD,” cerita Kolonel Yudi dalam kanal YouTube Edward Sitorus Papua Channel (9/4).
Bapak Hanyalah Petani Sederhana
Tak hanya latar belakang pendidikan yang sekadarnya, latar belakang pekerjaan orangtua Kolonel Yudi pun bukan dari kalangan berada. Orang tuanya hanya menggantungkan hidup sebagai petani biasa. Sedihnya, perjuangan sang bapak tercinta terpaksa berhenti setelah dipanggil Sang Pencipta pada tahun 2010 silam.
“Bapak masih ada atau sudah almarhum, bapak ibu?” tanya sang presenter.
“Bapak sudah almarhum,” jawabnya.
“Dulunya beliau petani?” tanyanya kembali.
“Dulunya petani saja, bang,” balasnya.
9 Putra-putri Jadi Abdi Negara
Kesabaran dan perjuangannya tak sia-sia. Usaha dan do’a pasangan petani sederhana Alm H. Muadi Ali dan Hj. Siti Aisyah membuahkan kebanggaan di Masyarakat. Enam dari sembilan orang anaknya diketahui berhasil menyabet pangkat sebagai Perwira Menengah TNI/Polri.
Empat di antaranya yakni berpangkat Kolonel/Kombes, sementara itu satu orang Kowad berpangkat Letkol, serta satu orang berpangkat Kompol. Tak hanya bergelut di tubuh militer dan Korps Bahayangkara, 3 putri dari seorang petani tersebut pun juga berhasil menjadi abdi negara sebagai guru dan ASN TNI.
“Alhamdulillah dari 9 itu, 6 Perwira Menengah TNI Darat, Laut, Udara, Polisi. 1 PNS TNI. Ya jadi panglima TNI bapak saya mbak. Iya kan? Hehe,” paparnya.
Berikut adalah pangkat dari kesembilan anggota keluarganya itu yakni Kolonel Chb H.Karyo Muadi (TNI AD), Alm Herningsih (Guru), Letkol Kowad Hj. Herningrum (TNI AD), Kompol H.Hartoto (Polri), Kombes H.Herdi Pujiono (Polri), H. Muhammad Muhtadi (PNS TNI), Hj. Siti Nurfatikha (Guru), Kolonel H.Agus Setiawan (TNI AL) dan Kolonel H. Yudi Pratikno (TNI AU).
Perjuangan Masa Kecil
Kesuksesan memanglah bukan sebuah perkara instan. Begitu juga yang dialami oleh kolonel Yudi dalam meraih kesuksesan hidup secara bersama-sama di masa kini. Semasa kanak-kanak, kesembilan putra-putri almarhum Muadi Ali telah dididik menjadi pribadi yang baik.
“Dulu apa yang diajarkan sama bapak ya khususnya, padahal bapak itu seorang petani tapi kok anak-anaknya banyak banget yang jadi tentara, jadi abdi negara gitu. Apa pak tips nya dari orang tua sendiri?” tanya sang presenter kembali.
“Tips nya normality saja, mbak. Jalan apa adanya saja, jadi dulu kami turun temurun bawa ransel, bawanya semprotan hama itu bang. Ketika Candra di Magelang itu sudah enteng, bang,” ucapnya.
Mulai dari Kakak Pertama
Adalah sang kakak pertama yang menjadi pembuka, dirinya telah lebih dulu menapaki karier militer. Keberhasilan sang Sulung rupanya membuat saudara-saudaranya turut bermimpi yang sama. Keberhasilan dari kesembilan putra-putri Jawa Tengah itu disebut tak luput dari perjuangan kakak pertama yang dianggap sebagai pembawa obor.
“Tapi bisa bersembilannya ini bercita-cita jadi TNI-Polri, karena ikut-ikutan kakak di atas atau memang arahan dari ayah almarhum atau gimana ini kira-kira?” tanya sang presenter.
“Yang jelas, rata-rata ikut kakaknya. Makanya kakak pertama yang dari Akmil itu disebut ayah saya sebagai obor, bang,” paparnya.
Mengamalkan Pesan Orangtua
Ada satu pesan orang tua yang menjadi tumpuan bagi Kolonel Yudi dan kakaknya tetap rendah hati meski kini sukses menjadi perwira TNI AU. Pesan dari ayahanda yang akan terus membekas di ingatan sebagai motivasi.
Pesan Alm H. Muadi Ali, Ayah dari Kolonel Yudi tersebut adalah agar anak-anaknya tak lupa untuk selalu menjadi insan yang senantiasa berbagi dan berguna bagi orang lain.
“Satu bang pesannya bang, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya,” tuturnya.