Mahasiswa KKN ULM Bantu Warga Buat Pakan Ternak

  • Bagikan
Aktivitas mahasiswa KKN dengan warga/ist

Mediatani – Masyarakat Desa Waringin Kencana, Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan, tampak antusias dalam mengikuti pelatihan membuat pakan ternak dari limbah jagung.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat itu diinisiasi oleh empat mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat (ULM) yang tengah menggelar Program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Mereka melihat potensi itu dikarenakan banyaknya tedapat usaha penggemukan sapi di desa tersebut.

“Awalnya kami merasa tertantang untuk menjalankan program yang bermanfaat bagi warga. Nah, setelah melakukan pengamatan dan mendengar keluhan mereka, akhirnya kami buat program membuat pakan ini,” ujar Resty, ketua kelompok mahasiswa KKN ULM tersebut, mengutip dari laman Banjarmasinpost.co.id, Kamis 5 Agustus 2021.

Apalagi dalam hal menjalankan bisnis penggemukan sapi ini, pakan ternak tentunya merupakan keperluan utama yang harus dipenuhi para peternak. Di samping mempengaruhi pertumbuhan sapi lebih maksimal.

Hal lain yang mendukung berjalannya program mahasiswa itu dengan baik dan bisa berkelanjutan aksi dari kegiatan itu ialah bahan baku limbah jagung yang melimpah ruah.

“Di desa kami memang cukup banyak yang tanam jagung. Melalui pelatihan dari mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat, kami sekarang bisa memanfaatkannya untuk pakan ternak,” ucap Kardoyo, warga setempat yang turut mengikuti pelatihan itu.

Dirinya mengaku senang dengan adanya pelatihan itu. Bukan sia-sia, pula karena menambah kemampuan menciptakan pakan ternak lainnya sebagai alternatif. Terutama apabila musim kemarau tiba dan rumput kering menjadi kering.

Penerapan teknologi fermentasi untuk penyediaan pakan ternak

Sementara itu di berita yang lain, Gubernur Sumatra Barat (Sumbar), Mahyeldi, menilai, salah satu solusi bagi petani untuk penyediaan pakan ternak, terutama pada saat rumput atau hijauan sulit didapatkan, yakni dengan menerapkan teknologi fermentasi.

“Dengan menerapkan teknologi ini petani tidak harus lagi mencari rumput setiap hari sehingga ada waktu luang untuk melakukan pekerjaan sampingan,” ujar Mahyeldi saat melakukan kunjungan ke kelompok tani ternak UAU Sarumpun, Nagari Paninjauan, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, dikutip dari laman Republika.co.id, Kamis (5/8/2021).

Mahyeldi menuturkan bahwa teknologi fermentasi belum banyak diterapkan oleh para petani peternak di Sumbar. Padahal menurut dia, dengan penerapan teknologi itu akan membuat pekerjaan pemberian makan ternak menjadi lebih efektif.

“Kita sudah punya ahlinya untuk teknologi fermentasi ini. Kebetulan yang bersangkutan sebelumnya belajar di Australia. Dia juga bersedia membagi ilmu dengan petani peternak lain karena itu ke depan akan kita coba buatkan forum untuk sosialisasi pembuatan pakan dengan teknologi fermentasi ini,” tutur Mahyeldi.

Menurutnya, jika petani peternak sudah memanfaatkan teknologi fermentasi, maka mereka bisa memiliki waktu untuk mengelola potensi bisnis lainnya, seperti kotoran dan urine sapi untuk dijadikan pupuk. Hal itu lebih bisa menambah penghasilan para petani peternak sehingga membantu meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Lazimnya sumber pakan ternak yang kerap dimanfaatkan petani ialah tumbuhan hijau seperti rumput. Dengan teknologi fermentasi hijauan lokal, jerami dan pohon jagung akan diolah menjadi silase kemudian ditambahkan nutrisi sebagai konsentratnya seperti mineral, probiotik dan enzim.

“Hasilnya bisa menjadi stok pakan yang bisa dimanfaatkan terutama pada masa kemarau yang sulit mendapatkan hijauan,” ujarnya. (*)

  • Bagikan