Mediatani – Universitas Institut Pertanian Bogor (IPB) menilai masa pandemi COVID-19 ini membuat generasi milenial tertarik mengelola bisnis peternakan.
Yup! Bisnis peternakan pun dianggap menguntungkan dan mampu mendulang cuan.
“Bisnis peternakan di kalangan generasi milenial semakin berkembang dan menjadi peluang bisnis yang sangat diminati karena menguntungkan,” ujar Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University Luki Abdullah.
Waktu luang di rumah yang banyak sambil melihat market pasar yang luas membuat generasi milenial tergerak untuk melakukan usaha produktif baik di sektor peternakan maupun perkebunan.
Meskipun begitu, Luki menuturkan perlu adanya kolaborasi antara teknologi dengan masyarakat untuk meningkatkan inovasi bisnis tersebut salah satunya di sektor pakan hijauan.
“Alasan kenapa ada fakultas peternakan di Indonesia itu karena beternak bukan hanya sekadar memelihara hewan ternak saja, tetapi beternak itu harus menjadi bisnis yang untung dan efisien,” kata dia.
Sementara itu, alumni IPB University yang juga pelaku wirausaha di bidang pakar hijauan Diervoeder Agro Ida Saidah mengungkapkan ketertarikan generasi muda untuk melakukan kerja produktif mesti terus didorong.
Sebab, permasalahan utama peternakan maupun pertanian di Indonesia adalah petaninya yang berusia tua dan minim teknologi.
Dengan begitu, diperlukan strategi agar peternakan atau pertanian menjadi bisnis yang menguntungkan dan efisien.
“Strategi pemenuhan hijauan pakan yaitu eksplorasi hijauan pakan lokal, pemetaan daerah sentra hijauan pakan, dan mendorong sektor hulu peternakan melalui penerapan dan investasi teknologi,” kata dia.
Kepala Perwakilan International Fund for Food and Agriculture (IFAD) Indonesia Ivan Cossio Cortez menilai Indonesia memerlukan lebih banyak agripreneur dan petani milenial.
Petani milenial diperlukan sebagai upaya untuk mengantisipasi ancaman krisis pangan terlebih di tengah pandemi COVID-19.
Menurutnya, menjadi penting membangun pertanian melalui dukungan transformasi pedesaan yang inklusif.
“Harapannya masyarakat pedesaan khususnya petani dapat menjalankan mata pencaharian yang berkelanjutan,” kata dia.
Peluang Bisnis Kambing dan Domba di Tengah Pandemi
Kesan sebagian orang terhadap domba dan kambing adalah hewan yang memiliki tingkat kebauan tinggi atau aroma limbah ternak ini yang khas. Maka tidak heran kalau sebagian dari mereka menghindari bau domba dan kambing.
Tapi, di sisi lain, selain memiliki bau dari segi fisik, domba dan kambing ternyata sangat ‘harum’ dari segi bisnis. Harum dalam arti memiliki potensi bisnis yang besar.
Hal ini diakui seorang peternak domba dan kambing muda asal Bogor, Mahir Alwi.
Mengutip dari situs Bisnis.com, Alwi mengatakan, bisnis domba dan kambing membuatnya menjadi seorang pengusaha sukses dan dikenal sebagai juragan kambing di Indonesia.
Padahal, awal ia terjun di bisnis domba dan kambing ini hanya bermodalkan Rp200 ribu.
Saat masih duduk di bangku sekolah SMP di Pasuruan, Jawa Timur, pria kelahiran 1980-an ini mulai berjualan daging dari rumah ke rumah.
Alwi berbelanja kambing di pasar dan memotongnya untuk dijual eceran. Perlahan, ia mengajak seorang temannya, Abdullah yang hampir putus sekolah karena tidak ada biaya.
Dirinya mengajak Abdullah sebagai rekan dagang. Duet dua bocah SMP ini cukup berkembang dalam berjualan daging. Hingga keduanya memiliki toko daging saat beranjak ke SMA.
Merasa bisnis dagingnya terus berkembang, Alwi berencana mengepakan sayap bisnisnya menjadi seorang peternak.
Ide itu sempat dipatahkan oleh Abdullah lantaran penjualan daging kambing terus meningkat sehingga merasa tidak perlu lagi untuk menjadi peternak…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)