Mediatani – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) menjalin kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk mengembangkan budidaya lobster di Kepulauan Seribu.
Dilansir dari PikiranRakyat, Kepala Suku Dinas KPKP Kabupaten Kepulauan Seribu, Devi Lidya menjelaskan kerja sama yang dilakukan pihaknya dengan IPB itu berupa edukasi terkait budidaya lobster.
Edukasi budidaya lobster itu dilakukan kepada kelompok budidaya ikan (Pokdakan) binaan yang ada di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara.
Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan tindaklanjut hasil kajian yang dilakukan IPB yang menyebutkan bahwa perairan Kepulauan Seribu sangat potensial untuk melakukan budidaya lobster.
Lebih lanjut, Lidya menjelaskan bahwa budidaya lobster ini cocok dikembangkan di kawasan perairan Pulau Karang Lebar, Kelurahan Pulau Panggang, karena perairan di kawasan ini masih kurang terdapat endapan lumpur dan masih bersih.
Lidya mengungkapkan ada sebanyak 30 peserta Pokdatan dari Pulau Pramuka dan Pulau Panggang yang terlibat dalam pengembangan budidaya lobster ini.
Dalam pelatihannya, tim IPB menyampaikan beberapa materi, mulai dari pengenalan bibit lobster hingga sistem budidaya, pendampingan, teknologi budidaya hingga pengadaan bibit serta teknik baru budidaya lobster.
Jika kegiatan tersebut berjalan dengan baik, Lidya mengatakan bahwa pihaknya akan menjadikan Kepulauan Seribu khususnya Pulau Karang lebat ini sebagai destinasi wisata edukasi.
Stasiun Laut IPB di Pulau Seribu
Kerja sama pengembangan budidaya lobster ini ini tidak lepas dari hasil kajian yang dilakukan di stasiun laut IPB di Pulau Seribu. Selain sebagai tempat penelitian, stasiun laut ini juga merupakan ruang pembelajaran mahasiswa untuk mewujudkan Agromaritim 4.0.
Hal tersebut berdasarkan Surat Keputusan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) yang diberikan kepada IPB University untuk melakukan pendidikan dan riset.
Rektor IPB University, Prof Arif Satria menyampaikan bahwa ke depan kita harus mampu beradaptasi dengan menerapkan teknologi 4.0 untuk memajukan pesisir. Karena itu, coastal leadership harus dilakukan dengan transformasi mindset, teknologi dan kolaborasi.
“Dengan dukungan artificial intelligence, kita bisa melihat kesehatan terumbu karang dan lainnya. Sementara itu, kolaborasi menjadi kunci karena keberhasilan adalah network,” tambahnya.
Terkait stasiun laut atau laboratorium agromaritim, Arif Satria menjelaskan bahwa kunci untuk melakukan penguatan science and knowledge maritim adalah inovasi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kerjasama atau kolaborasi untuk berhasil mengembangkan laboratorum agromaritim. Keberadaan laboratorium dapat menjadi bagi pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat untuk berkolaborasi memajukan pesisir.
Sementara itu, Kepala Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University, Dr Yonvitner menyebutkan bahwa fasilitas yang terdapat di laboratorium seafarming sangat mendukung program kampus merdeka.
“Selain itu, laoratorium ini juga sebagai ruang pendampingan dan pembinaan masyarakat. Selain sinergi, PKSPL akan menyiapkan long term agromaritim riset strategis melalui seafarming research lab,” imbuhnya.