Mediatani – Pandemi yang melanda di Indonesia ternyata tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga mempengaruhi berbagai sektor ekonomi. Namun, kondisi tersebut tidak menjatuhkan semangat Muhlis, peternak burung puyuh asal Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, untuk terus menjalankan usahanya.
Di usianya yang masih terbilang muda, Muhlis kini telah sukses menggeluti bisnis ternak burung puyuh. Pria kelahiran Bantaeng ini telah menekuni peternakan puyuh sejak tahun 2020 lalu.
Usaha ternak itu digelutinya atas inisiatif sendiri yang memang hobi dalam memelihara unggas. Selain itu, Ia menilai bahwa budidaya puyuh memiliki prospek yang sangat menjanjikan karena memiliki permintaan pasar yang sampai sekarang masih cukup tinggi.
Di awal memulai usaha ternaknya, Muhlis bermodalkan sekitar Rp 3,5 juta untuk membuat peternakan dengan populasi awal puyuh sekitar 200 ekor. Namun, tahap awal ini masih sebagai bahan riset terkait perlakuan, kondisi lingkungan, respon pasar, dan potensi mitra.
Meski memiliki kandang seluas 7,5 x 6,75 meter persegi, ia hanya memanfaatkan sekitar 3 x 2,5 meter persegi saja untuk beternak puyuh dengan jumlah populasi saat ini yang sudah mencapai sekitar 400 ekor.
“Kapasitas produksi per hari sekitar 4 rak dengan harga jual Rp 35 ribu per rak. Adapun omset per harinya sekitar Rp 140 ribu. Perbulan mencapai omset Rp 4.200.000, dengan laba atau keuntungan perbulan kurang lebih Rp 2 juta rupiah,” ungkap Muhlis kepada reporter Mediatani.co, Rabu, 18 Agustus 2021.
Keuntungan yang didapatkannya itu tergantung produksi dari burung puyuhnya. Artinya, fluktuatif harga jualnya dipengaruhi oleh harga pakan, dan kondisi puyuh saat terjadi perubahan cuaca dan suhu lingkungan.
Menurutnya, dalam melakukan usaha, hal yang paling penting adalah menjalin kerja sama antara penyedia bahan pakan seperti dedak dan jagung serta konsentrat. Selain itu, pemasaran tentunya menjadi hal yang selalu diperhatikan dalam melakukan usaha.
“Adapun suplay telur kami ada di rumah makan, warung bakso, jajanan bakso bakar, sate telur puyuh dan berapa reseller, namun permintaan belum bisa terpenuhi semua sampai saat ini,” tutur Muhlis.
Kendala dan Target
Kurangnya modal dan sarana penunjang usaha seperti pabrik penggilingan jagung dan lainnya, menjadi sejumlah kendala yang kerap dihadapi Muhlis selama beternak puyuh.
Selain itu, ternyata permintaan pasar juga masih jauh dari kapasitas produksi. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya usaha serupa di wilayah Bantaeng. Kebutuhan akan telur puyuh yang sulit dipenuhi ini bahkan sampai menyebrang ke Kabupaten Bulukumba.
“Untuk usaha puyuh di Bantaeng sudah ada juga, cuma ada di kecamatan lain yang jauh. Sementara seperti di Kecamatan Tompobulu, Pa’jukukang, Eremerasa Gantarangkeke belum ada usaha serupa. Sampai di Kabupaten Bulukumba juga belum ada usaha peternakan puyuh,” ujar Muhlis.
Ia mengaku bahwa kapasitas produksi telur puyuh yang dihasilkannya memang belum bisa memenuhi semua permintaan pasar. Namun, hal itu tidak lepas dari sarana dan prasarana penunjang usaha yang masih seadanya, sehingga produksinya juga kurang maksimal.
Untuk menghadapi masalah tersebut, ia menyiasatinya dengan menerima pesanan konsumen terlebih dahulu ke dalam antrian pembeli, kemudian diproses baru selanjutnya diantarkan.
“Saat ini saya sementara menabung untuk pengembangan serta penambahan populasi dengan melengkapi sarana dan prasarana. Agar dapat menunjang usaha budidaya telur puyuh untuk berproduksi maksimal,” ujarnya.
Adapun motivasi singkat dari Muhlis, “Apapun harapanmu, pelajari, rencanakan, aksi dan berjayalah”. Menurutnya, prospek usaha budidaya tenak puyuh sangat menjanjikan khususnya bagi pemuda milenial yang ada di Kabupaten Bantaeng.
Hal itu disampaikannya dengan harapan para milenial bisa mengembangkan usaha ini dengan memanfaatkan potensi pasar di Kabupaten Bulukumba dan daerah lainnya di Selawesi Selatan.
Apresiasi Dinas Setempat
Distrik Implementation Team YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Services), Dinas Pertanian Bantaeng Budi Mubarak,S.Pt, M.Si sangat mengapresiasi usaha yang digeluti Muhlis tersebut.
Menurutnya, prospek usaha tenak puyuh sangat menjanjikan khususnya bagi pemuda milenial di Kabupaten Bantaeng. Usaha ternak puyuh saat ini dinilainya masih sangat terbatas, sehingga belum mampu memenuhi permintaan pasar lokal.
“Dan sekiranya usaha ternak puyuh ini bisa menjadi usaha strategis dan produktif yang dapat mendorong peningkatan ekonomi khususnya dikalangan petani millenial di Kabupaten Bantaeng,” ujar Budi Mubarak.
Usaha Peternakan Puyuh milik Muhlis itu diberi nama Harapan Jaya dengan produk utama yang dijual adalah telur puyuh. Peternakan tersebut terletak di Desa Pattallassang, Dusun Kampung Parang, Kabupaten Bantaeng.
Pada kesempatan tertentu, di peternakan Harapan Jaya ini juga terbuka bagi pemuda Bantaeng atau siapa pun yang ingin belajar beternak puyuh.
Selain itu, terdapat banyak keunggulan dari produk telur puyuh yang dihasilkan dari Harapan Jaya. Meski pada dasarnya hampir semua telur puyuh sama, namun telur puyuh yang ditawarkan Harapan Jaya ini terjamin kesegarannya dan dapat diganti apabila konsumen menemukan telur yang tidak segar, retak atau kerusakan lainnya.
Menariknya, usaha telur puyuh Harapan Jaya ini juga selalu memberikan door price bagi pelanggan tetap apabila mencapai volume belanja dalam periode tertentu. Harganya pun jauh lebih murah, mudah diakses, bahkan bisa di antarkan langsung kepada konsumen.