Ngobras Bareng Mbak Bule, Bamsoet Ajak Generasi Muda Majukan Sektor Pertanian

  • Bagikan
Sumber foto: bamsoetnews.co.id

MediataniĀ – Dalam memfasilitasi para generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian, Bambang Soesatyo selaku Ketua MPR RI menggelarĀ  ngobrol bareng dengan Indry Septinawati sebagai petani bule. Wanita blasteran Jerman, Belanda dan Betawi ini memulai dari hobi dan passion di tahun 2014. Wanita yang juga dikenal dengan Mbak Bule atau Petani Bule ini, rela menanggalkan dunia sosialitanya, dan mulai melakukan kegiatan bercocok tanam di Desa Leuwibatu, Bogor Barat.

Merespon hal tersebut, Bambang Soesatyo menyampaikan bahwa meskipun daerah tersebut termasuk daerah yang kering dan tandus, tetapi berkat usaha dan kerja keras dari Mbak Bule ini, akhirnya daerah tersebut mampu diubah menjadi lahan agrowisata.

“Tempat tersebut menjadi salah satu wisata baru di Bogor. Selain itu, tempat tersebut juga menjadi sarana edukasi untuk para pengunjung yang mau belajar banyak terkait dunia pertanian,” ujar Bamsoet dalam Podcastnya yaitu Ngobras sampai Ngompol (Ngobrol Asyik sampai Ngomong Politik) bersama Indry Septinawati (Mbak Bule), di Studio Ngompol Bamsoet Channel, Jakarta, pada Senin (29/3/21).

Dilansir dari wartaekonomi.go.id, Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini juga memberikan apresiasinya atas keinginan dari Mbak Bule untuk menggeluti dunia pertanian. Terlebih lagi, pada saat ini tak banyak dari generasi muda yang ingin menjadi petani.

Sekadar informasi, berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Pertanian, bahwa jumlah petani muda yang ada di Indonesia dalam rentang usia 20 hingga 39 tahun hanya sekitar 2,7 juta orang atau sekitar 8 persen dari total petani Indonesia. Dan sisanya yaitu sebesar 92 persen termasuk dalam petani kolonial, atau petani dengan usia yang sudah tua.

Ketua DPR RI ke-20 ini juga menjelaskan bahwa selain menjadi petani, Mbak Bule juga ikut terjun sebagai landscape designer serta consultant yang bisa menciptakan beberapa produk pupuk organik dan racik. Selain itu, ada juga media tanam, pembibitan dari segala jenis tanaman, serta sarana urban gardening misalnya box garden, raised bed dan rumah pohon.

“Sepertinya usaha dari Mbak Bule ini ternyata menjadi berkah bagi warga yang ada disekitarnya. Sebab bisa membuka cukup banyak lapangan pekerjaan. Alam akan selalu memberikan banyak manfaat untuk manusia. Karenanya, kita harus bisa bersinergi antara kehidupan alam dan manusia,” tandas Bamsoet.

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini mengungkapkan tentang perjalanan Mbak Bule menjadi petani yang bermula dari vonis dokter bahwa ia kekurangan vitamin D, sehingga Mbak Bule harus banyak beraktifitas di luar ruangan. Setelah memilih untuk bertani, ia juga mengaku bahwa selain baik untuk kesehatan fisik, juga bisa membawa perubahan positif terhadap jiwa dan emosinya.

“Hijrahnya Mbak Bule dari dunia sosialitanya menjadi seorang petani ternyata membawa berkah tersendiri. Selain sudah tidak ada lagi tuntutan dari pergaulan, pertanian juga mengajarkan dirinya untuk menyatu dengan alam,” urai Bamsoet.

Bambang Soesatyo yang juga sebagai Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini juga menerangkan bahwa Mbak Bule juga menekankan tentang rumah atau tempat tinggal masyarakat urban sangat bisa dijadikan lahan pertanian. Bahkan pada tempat kos dengan lahan yang terbatas sekalipun kita juga bisa.

“Mbak Bule ini telah mengajarkan kita terkait bagaimana cara untuk menyiasati lahan yang terbatas hanya dengan mengambil pot ukuran 35 cm atau 40 cm. Kemudian bisa ditamani kacang panjang, lalu dirambatkan menggunakan tungkai bambu. Pada bagian bawah pot, kita bisa tanam kangkung atau bisa juga pakcoi. Pada dasarnya, selama masih ada tempat yang dapat diisi dengan tanah, maka di sana pula terdapat ruang untuk berkebun,” tutup Bamsoet.

  • Bagikan