Mediatani – Keterbatasan lahan sering kali menjadi salah satu tantangan dalam mengembangkan usaha perikanan di wilayah perkotaan. Padahal, produksi perikanan merupakan sumber gizi dan juga salah satu komponen dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Atas alasan itulah, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mendorong pemanfaatan hasil perikanan melalui pengolahan. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu melalui kerja sama dengan Komisi IV DPR RI menggelar Pelatihan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan di Kota Bogor pada 19-20 Maret 2020.
Pelatihan tersebut diikuti oleh 100 peserta yang berasal dari masyarakat setempat. Pelatihan ini dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dimana peserta ditempatkan di dua lokas, yakni di Aula Balitro dan Gedung PSEKP, Kota Bogor.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Sjarief Widjaja menuturkan bahwa tidak banyak orang yang memilii lahan luas di perkotaan. Masalah tersebut telah disiasati dengan melakukan budidaya bioflok atau Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber).
“Selanjutnya hasil panen budidaya tersebut harus diolah menjadi produk olahan yang menarik agar memperoleh nilai tambah,” tambah Sjarief.
Sjarief menjelaskan, adanya pelatihan tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan industri pengolahan ikan di Kota Bogor. Selain itu, hal ini juga sejalan dengan terobosan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang akan mengembangkan kampung-kampung tematik perikanan di berbagai wilayah Indonesia.
Sehingga, kesejahteraan masyarakat dapat meningkat seiring dengan pemulihan ekonomi nasional, sekaligus movement berbasis kearifan lokal.
Pada pelatihan ini, para peserta dibekali dengan berbagai materi pengolahan perikanan dari hulu ke hilir, mulai dari pembuatan siomay, sambal tomat lele, otak-otak rebus, pengemasan, hingga pemasaran yang dibalut dalam 16 jam pelajaran.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati berharap, masyarakat dapat menjadikan pelatihan ini sebagai dasar untuk mengkreasikan lebih banyak lagi jenis produk olahan ikan.
Bahkan, tambahnya, berbagai inovasi olahan berbahan dasar ikan ini bisa dijadikan oleh-oleh khas Bogor yang baru. Karena menurutnya, saat ini di Kota Bogor belum ada oleh-oleh khusus yang bercirikan ikan.
“Paling seringnya beli roti mulai dari roti unyil, lapis talas, maupun beragam roti lainnya. Tapi oleh-oleh khusus bericiri ikan ini belum ada,” ujarnya.
Setelah menyelesaikan pelatihan, para peserta juga bisa mendapat pendampingan dari penyuluh jika berminat untuk membuka usaha olahan ikan. Adapun bentuk pendampingan yang diberikan mulai dari pengolahan, pengemasan, hingga proses pemasaran.
“(Kita) menunggu ada oleh-oleh khas baru berbahan baku ikan dari Kota Bogor,” ucapnya.
Selain dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pengembangan olahan hasil perikanan juga menjadi upaya untuk meningkatkan konsumsi ikan di tengah masyarakat. Pasalnya, konsumsi ikan di Jawa Barat masih terbilang rendah dibandingkan rata-rata konsumsi ikan nasional.
Berdasarkan catatan KKP, angka konsumsi ikan nasional tahun 2019 itu 54,49 kg/kapita/tahun, sedangkan angka konsumsi ikan di Jawa Barat baru 29,64 kg/tahun. Bahkan di tahun 2021, target konsumsi ikan nasional ditingkatkan menjadi 58,08 kg/tahun per orang,
“Untuk itu, kedepannya kita harus berpikir bagaimana menyiasati supaya masyarakat lebih banyak makan ikan. Salah satunya lewat olahan ikan ini. Dengan begitu, kita dapat mencapai ketahanan pangan keluarga,” tutur Lilly.
Sementara itu Anggota Komisi IV DPR RI, Endang Setyawati Thohari, yang juga merupakan inisiator kegiatan pelatihan ini menyebutkan bahwa angka prevalensi stunting di Bogor masih tinggi yaitu sekitar 29%.
“Mudah-mudahan dengan adanya kerja sama dengan BRSDM KKP, khususnya Puslatluh KP, insyaAllah kita bisa bergerak bersama-sama untuk meningkatkan kecerdasan maupun daya imunitas kita, terutama di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya.