Mediatani – Sungai Puri Pamulang yang terletak di Pamulang, Tangerang Selatan menjadi lebih terjaga dari cemaran sampah-sampah berkat inisiatif Mulyadi (51) menjaga kebersihan sungai tersebut. Selama ini aliran Sungai Puri terhambat oleh sampah-sampah dan airnya menjadi keruh.
“Kita rutin bersihin sampah, kita bersihin sekat- sekat yang ada karena kalau sampahnya itu menyumbat, itu airnya akan keruh,” ungkap Mulyadi di Puri Pamulang, dilansir dari Wartakota, Jumat (23/7/2021).
Ikan-ikan itu, lanjut Mulyadi, dijaga sendiri oleh masyarakat yang tinggal di Puri Pamulang karena ikan-ikan itu memang sudah menjadi milik bersama. Mulyadi sendiri hanya bertindak sebagai pengelola ikan-ikan di aliran sungai tersebut.
“Ini terbukti manakala ada orang-orang yang iseng, atau mancing segala macem, mereka Negor, eh nggak boleh, ini ikan kita lah istilahnya, ikan masyarakat jadi tidak fokus pada saya,” terangnya.
Di sungai itu, Mulyadi rutin membersihkan aliran sungai agar airnya tidak keruh. Menurutnya, daya tahan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kondisi air dan aliran sungai. Sebab, jika kondisi air keruh maka ikan-ikan rentan mengalami kematian.
Meski sungai tersebut rutin dibersihkan setiap pagi, siang dan sore, tapi Mulyadi tak selalu harus turun langsung ke sungai. Dia hanya akan mengangkat sampah-sampah yang terlihat.
Mulyadi mengatakan air di sungai di perumahan Puri Pamulang bersih karena faktor letak geografis. Sumber air sungai dari danau yang terdapat di pemukiman Puri Pamulang bersih karena warganya masih sedikit, dimana limbah rumah tangga belum begitu banyak.
“Air di sini mengalir, oleh karena itu sampah harus dibersihkan, jadi air ngalir terus jadi bening bukan karena dikasih obat,” ujarnya.
Ikan-ikan itu mulai dipelihara di aliran sungai Puri Pamulang saat mulai pandemi Covid-19. Pada awal pandemi, masyarakat diimbau untuk tidak bepergian atau di rumah saja.
Saat itu, ada warga sekitar yang tengah bermain di pinggir sungai sambil melihat ikan. Dia pun bercengkrama dengan warga yang sedang melihat ikan tersebut.
Lalu tercetus ide, apabila diisi ikan lebih banyak, akan akan bagus bercengkrama dengan warga sambil melihat banyak ikan.
“Saya bilang kalau ikannya banyak oke juga nih, ada ide gimana kalau dibanyakin, akhirnya ada salah seorang warga bilang bisa bang ditanganin,” ujarnya.
Mulyadi pun mengaku sanggup untuk menangani ikan-ikan yang dipelihara di aliran sungai tersebut. Namun, untuk melaksanakan rencana itu, diperlukan modal awal agar bisa mewujudkan rencana sesuai keinginan untuk membuat sekat di sungai.
“Setelah kita ngobrol-ngobrol di sepakati, maka kita buatlah penyekat ikan untuk dipelihara dikali itu,” terangnya.
Ketika pertama kali sudah mulai serius memelihara ikan-ikan tersebut, warga melepas 1.000 ekor ikan. Namun karena kurang persiapan, banyak ikan yang mati dan hanya tersisa 750 ekor.
Kemudian, warga ikut membantu menyumbang dana untuk menambah jumlah ikan yang dipelihara agar sungai bisa terlihat lebih indah karena banyak terdapat ikan.
“Kalau sekarang rasanya saya nggak bisa ngitung ya jumlahnya, intinya kita taro 1.000 ekor, tapi banyak donatur yang nyumbang 1.000, 1.500 bahkan ada yang 2.000 mungkin lebih kurang 3000 sampai 4000 ikan, sampai saat ini,” ujarnya.
Banyak orang datang ke lokasi tersebut hanya sekedar untuk melihat ikan-ikan di pinggir sungai. Bukan hanya warga yang berasal dari perumahan ini, warga dari luar perumahan juga sering mampir melihat ikan di aliran sungai tersebut.
Saat ini, Mulyadi juga menjual pakan untuk diberikan kepada ikan-ikan di sudut sungai mengalir. Ia menjual pakan ikan itu seharga Rp 2.000 per bungkusnya. Dari pakan ikan yang dijual itu, masyarakat yang datang bisa ikut memberi makan ikan-ikan. Hal itu dilakukan agar ikan-ikan tersebut dapat terus diberi makan.
“Sebab nggak mungkin kalo harus kasih makan sendiri, harus ada berapa biaya yang dibutuhkan,” piungkasnya.