Pemerintah Majene Kunjungi Food Estate di Temanggung, Pelajari Sistem Tumpang Gilir

  • Bagikan
Andi Achmad Syukri Tammalele, Bupati Kabupaten Majene bersama Sekretaris Daerah Temanggung, Harry Agung Prabowo saat menerima rombongan di lokasi food estate (22/3/2022). [foto: istimewa]

Mediatani – Pemerintah Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat belajar pengembangan pertanian di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (22/3/2022). Kunjungan tersebut untuk menyaksikan dan mempelajari keberhasilan Kabupaten Temanggung dalam program Food Estate atau lumbung pangan.

Rombongan yang terdiri dari kades, lurah dan petani sebanyak 60 orang itu dipimpin langsung oleh Bupati Majene, Andi Achmad Syukri Tammalele. Mereka mengunjungi area food estate di Lereng Gunung Sindoro di Desa Bansari, Kecamatan Bansari, Temanggung. Sekretaris Daerah Temanggung, Harry Agung Prabowo menerima rombongan di lokasi food estate.

Menurut Bupati Majene, Andi Achmad Syukri Tammalele, Kabupaten Majene bertekad untuk menjadi penopang Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dari sektor pertanian. Hal tersebut menurutnya didukung oleh letak geografis Majene yang dekat dengan IKN di Kalimantan.

“Produk pertanian Majene seperti bawang merah, bawang putih dan cabai akan dikembangkan dengan cara food estate,” ungkapnya, kepada awak media saat berada di Temanggung, Selasa (22/3/2022).

Andi Achmad Syukri mengungkapkan, pemilihan food estate di Temanggung menjadi tempat pembelajaran karena kedua daerah memiliki kondisi geografis yang sama. Sehingga, komoditi yang dikembangkan di Temanggung akan dapat dikembangkan pula di Kabupaten Majene.

Selain itu, potensi pengembangan food estate di Kabupaten Majene dapat mencapai seribu hektare, sementara di Temanggung hanya sekitar 300 hektare. Namun, di Temanggung ada banyak hal yang patut untuk dicontoh seperti langkah optimalisasi lahan dengan sistem pertanian tumpang gilir. Langkah tersebut dapat menjadi solusi untuk pengelolaan lahan tidur yang selama ini terbengkalai.

Bupati Majene menyebutkan, Kepala desa dan petani yang datang ke food estate di temanggung menjadi terbuka pikirannya. Apa yang disaksikan di Temanggung akan diterapkan di Majene nantinya.

“Menjadi PR para kepala desa untuk memanfaatkan lahan agar tidak tidur. Nanti akan dirapatkan sesampai di Majene mau diapakan lahan pertanian di Majene,” tutupnya.

Sementara itu, Sekda Temanggung, Harry Agung Prabowo menjelaskan, lahan food estate seluas 300 hektare di Temanggung ditanami cabai, bawang merah, bawang putih dan kentang untuk industri.

“Hasilnya bagus dan mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Lahan food estate milik petani dan sebagian (lahan) bengkok perangkat desa,” tuturnya menjelaskan.

Harry Agung Prabowo mengungkapkan, pengelolaan lahan di Temanggung dengan cara tumpang gilir dilakukan untuk memanfaatkan sisa pupuk organik di lahan. Sehingga, dengan langkah tersebut lahan dapat terus produktif hampir sepanjang tahun.

Salah seorang anggota kelompok tani Lestari, di lokasi food estate Temanggung, Sofian menerangkan, untuk ubinan hasil panen bawang merah mencapai 15 ton per hectare. Jika dengan harga jual Rp16 ribu per kg bawang kering, harga tersebut tergolong tinggi dan menguntungkan petani.

Sofian menjelaskan penerapan tumpang gilir yang dilakukan seperti saat ini, ketika bawang merah berusia 50 hari disampingnya ditanami cabai. Kelak hasilnya nanti beberapa hari setelah bawang merah dipanen, tanaman cabai pun mulai bisa dipanen.

Sebagai informasi tambahan, lahan pertanian di Desa Bansari yang digunakan untuk food estate mencapai 43 hektare dari yang ditargetkan 30 hektare.

  • Bagikan