Lahan yang sempit tetap bisa memberikan keuntungan yang besar. Hal ini mungkin saja terjadi apabila anda tepat dalam mengolahnya. Memanfaatkan lahan sempit untuk bisnis memang sedikit kemungkinan bagi anda berbudidaya tanaman dalam jumlah hasil yang banyak. Namun, anda jangan berkecil hati. Telah banyak petani sukses dengan lahan sempit yang menjadi inspirasi petani untuk ikut mencobanya. Petani inspiratif di lahan sempit sering menyarankan untuk menggunakan lahan secara bertingkat seperti hidroponik. Lakukan penanaman secara vertikal ataupun horizontal.
Ada beberapa jenis penanaman yang bisa anda di lahan sempit. Hal ini tentunya dapat memberikan keuntungan yang besar. Terlebih lagi, anda kerjakan di rumah apabila anda memanfaatkan lahan kecil anda. Pastinya tidak menguras biaya yang besar. Dalam budidaya tanaman skala kecil lebih irit dan juga perawatannya sangat mudah dijangkau. Melihat keuntungan dan banyaknya peluang usaha di lahan sempit tersebut, maka kemungkinan anda menjadi petani sukses dengan lahan sempit terbuka sangat lebar.
Petani Sukses Dengan Lahan Sempit di Perkotaan
Kiat sukses bertani di lahan sempit tak hanya bisa diterapkan di pedesaan saja, melainkan juga perkotaan. Hal ini dibuktikan oleh Diah Meidiantie, yang merupakan warga Bekasi, Jawa Barat. Mei menanami lahan sempit di sekitar rumahnya dan berhasil meraup untung belasan juta rupiah tiap bulannya. Ia menggunakan lahan seluas 3.500 meter persegi di lingkungan perumahan Taman Galaxy. Mei mengelola tanah tersebut untuk menanam sayuran organik, seperti kangkung, bayam merah, bayam hijau, pokcay, dan juga caysim. Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini memasarkan hasil kebunnya ke supermarket terdekat. Sayuran organiknya dihargai sebesar Rp. 8.000–10.000/kg.
Dalam sepekan, Mei dapat memasok sayuran 3 kali ke supermarket tersebut. Tiap kali kirim, Mei menyediakan 25-60 kg sayuran per jenis. Hanya saja, lahan yang ia tanami berkurang karena pengelola perumahan membangun rumah baru pada lahan tersebut. Namun, Mei mendapatkan lahan baru seluas 3.000 meter persegi di wilayah Ciganjur, Jagakarta, Jakarta Selatan. Dengan hasil panen yang bertambah, Mei memperluas pasar sayurannya. Mei tak lagi memasok ke supermarket saja, melainkan juga menjual hasil kebun ke warga sekitar. Omzetnya pun melejit hingga Rp 14-30 juta/bulan, dengan keuntungan bersih mencapai Rp. 7-15 juta.
Petani Sukses Dengan Lahan Sempit di Lampung
Jumadi, warga Desa Margosari, Kecamatan Metrokibang, Kabupaten Lampung Timur berhasil memperoleh keuntungan berlipat dengan bertani di lahan sempit. Mulanya, Jumadi bertani dengan lahan seluas 0,75 hektar. Kemudian lahan yang dimilikinya semakin berkembang hingga 28,5 hektar yang tersebar di dua kabupaten, yakni Lampung Timur dan Lampung Selatan. Dalam usahanya ini, Jumadi bertani jagung yang merupakan komoditas andalannya. Seiring dengan pertambahan lahan yang dimilikinya, penghasilan Jumadi pun semakin meningkat. Keuntungan dari usaha bertani jagung semakin berlipat.
Selain jagung, Jumadi juga bertani berbagai jenis tanaman lain, seperti cabai. Jumadi sangat serius dalam mempelajari teknik budidaya cabai sekaligus menghitung masa penanaman yang tepat. Produktivitas cabai yang Jumadi tanam tinggi. Harga cabai di pasaran sebesar Rp. 2.800/kg. Hanya dalam waktu 5 tahun, lahan kering yang dimiliki Jumadi telah mencapai 10 hektar. 2 tahun kemudian Jumadi menambah armada angkutan menjadi 3 unit. Selain bertani, Jumadi juga melirik usaha sewa traktor. Pendapatan dari penyewaan traktor ini bisa mencapai Rp. 100.000/hari. Jumlah traktor Jumadi tambah. Di tahun 2003, Jumadi memiliki 4 traktor dengan harga sekitar Rp. 200 juta/unit dalam kondisi bekas pakai.