Peternak Ayam Petelur di Malang Keluhkan Anjloknya Harga Telur

  • Bagikan
Ayam petelur (ilustrasi)
Ayam petelur (ilustrasi)

Mediatani – Diketahui saat ini harga pakan ayam petelur sedang melambung hingga 40 persen. Sayangnya, di balik tingginya tingginya harga pakan tersebut tak sejalan lurus dengan harga telur di pasaran.

Dikutip Selasa (2/2/2021) dari situs berita IDN Times bahwa di Kota Malang, sekarang  ini harga telur ayam berkisar antara Rp16 ribu hingga Rp17.500 per kilogram. Padahal harga normalnya satu kilogram telur ayam dihargai Rp20 ribu.

Kondisi itu tentu membuat peternak ayam petelur menjerit di tengah melabungnya harga pakan.

Salah satu di antara peternak di Kota Malang yang mengeluhkan anjloknya harga telur ialah Yasin.

Yasin pun harus memutar otak agar tidak sampai merugi.

Pria asal Kecamatan Kedungkandang itu mengakui bahwa rendahnya harga telur di pasaran disebabkan karena serapan pasar yang tidak maksimal.

“Biasanya telur itu masuk ke dalam PKH (Program Keluarga Harapan), akan tetapi kali ini tak masuk,” kata Yasin, Senin (1/2/2021) dikutip Selasa (2/2/2021).

Ketika harga telur di pasaran murah, peternak justru harus mengeluarkan ongkos lebih lagi untuk membeli pakan ternak.

Harga pakan BKK juga mengalami kenaikan 40 persen dari sebelumnya Rp5.600 menjadi Rp8.300 per kilogram.

Lalu kemudian, untuk jenis pakan pabrikan pun mengalami kenaikan Rp1.300 per kilogram.

“Untuk harga pakan yang bagus itu juga ikut naik dari Rp390 ribu menjadi Rp445 ribu per sak. Satu sak berisi 50 kilogram,” jelas Yasin.

Yasin menambahkan, jika kondisi tersebut terus terjadi, maka peternak ayam petelur bisa merugi besar.

Peternak tak bisa terus-terusan mengeluarkan biaya besar untuk makan ternak.

Idealnya dengan harga pakan yang mengalami kenaikan saat ini, maka harga telur juga harus menyesuaikan dengan harga yang ada. Paling tidak, peternak berharap harga telur menjadi normal di angka Rp20 ribu per kilogram.

“Kalau harga telur tetap murah, maka hasilnya hanya akan habis untuk operasional pakan. Peternak seperti saya perlu dua ton pakan setiap hari agar dapat menghasilkan 600 kilogram telur,” sambung dia.

Hingga kini, yang bisa dilakukan oleh peternak ialah dengan melakukan efisiensi pakan.

Biasanya peternak memberikan vitamin tambahan yang dicampur ke dalam pakan ternak itu. Namun, saat ini mereka memutuskan untuk mengurangi vitamin tersebut.

“Tidak mungkin mengurangi takaran pakan, karena itu akan berpengaruh pada kualitas telur,” ujarnya.

Peternakan Ayam Petelur di Mukomuko Berkurang 10 Unit Usaha

Sementara itu, sebelumnya, diberitakan mediatani.co, Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, mencatat selama tahun 2020 ada sebanyak 10 usaha peternakan ayam petelur di daerah ini, berkurang jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 15 unit usaha peternakan.

“Jumlah usaha peternakan ayam petelur tahun ini berkurang diduga karena pemilik usaha tersebut menutup usahanya,” kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Warsiman, dikutip Sabtu (30/1/2021) dari situs berita Medcom.id  yang mengutip dari Antara, Kamis, 28 Januari 2021.

Menurut dia pemilik usaha peternakan ayam petelur di daerah itu menutup usahanya lantaran mereka yang melaksanakan usahanya itu mungkin belum atau kurang menguasai teknis dan manajemen terkait usaha peternakan ayam petelur itu.

Dia menjelaskan, seharusnya pemilik usaha peternakan ayam petelur tersebut harus mengetahui perihal teknis budi daya ayam petelur yang optimal dan sehat. Lalu kemudian mereka juga mestinya harus mengetahui tentang cara pengaturan manajemen usahanya.

Selain itu, tambah dia, penyebab pemilik usaha ini menutup usahanya, juga dikarenakan mereka ini, ketika memulai usahanya itu tak atau belum mengetahui teknis dan manajemennya ternyata setelah mereka terjun ke sana ada manajemen dan teknis yang harus mereka kuasai.

  • Bagikan