Potensi Lahan Besar, Menteri Trenggono Dorong Pengembangan Budidaya Udang di Sumbar

  • Bagikan
Ilustrasi: Tambak udang di Sumatera Barat

Mediatani – Provinsi Sumatera Barat memiliki wilayah dengan potensi lahan tambak yang begitu besar. Dari 7.700 hektare luas potensi tambak perikanan air payau, yang baru dimanfaatkan hanya seluas 150 hektare untuk tambak udang vaname.

Oleh karena itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mendorong Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk mengembangkan budidaya udang di wilayah tersebut.

Pasalnya, selain memiliki potensi lahan yang begitu besar, udang memiliki potensi pasar yang menjanjikan. Terlebih, saat ini sudah ada teknologi yang memadai untuk meningkatkan produksi budidaya.

Dari 150 hektare luas lahan yang dimanfaatkan untuk tambak udang vaname itu, jumlah udang yang mampu diproduksi pada tahun lalu mencapai 2.063 ton yang seluruhnya didistribusikan untuk kebutuhan pasar lokal.

“Pasar udang besar sekali, USD24 miliar dollar per tahun di dunia. Itu peluang bagi kita,” ujar Menteri Trenggono saat melakukan dialog dengan Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah dan Wakil Gubernur Sumatera Barat  Audi Joinaldy beserta jajarannya di kantor KKP, Rabu (19/5/2021).

Mengingat target peningkatan ekspor sebesar 250 persen hingga tahun 2024, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memang terus melakukan berbagai upaya untuk menggenjot produktivitas tambak udang di berbagai daerah khususnya jenis vaname.

Untuk mencapai target tersebut, beberapa program telah diluncurkan KKP di berbagai daerah, di antaranya tambak udang milenial, klaster tambak udang berkelanjutan, dan yang terbaru shrimp estate. Tambak-tambak tersebut telah menerapkan operasional yang berbasis teknologi dan ramah lingkungan.

Adapun teknologi tambak yang saat ini banyak dipakai yaitu meliputi semi-intensif, intensif bahkan ada yang supra-intensif. Dari berbagai teknologi tambak tersebut, panen yang dihasilkan mencapai puluhan ton udang vaname per haktare.

Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibanding tambak udang konvensional yang hasil produksinya hanya sekitar 1 ton per haktare, bahkan terkadang kurang dari itu.

Meski KKP terus mendorong peningkatan produktivitas tambak udang yang ada di Indonesia, Menteri Trenggono tetap menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Menteri Trenggono menegaskan bahwa jangan sampai produktivitas tambak udang malah mengancam kelestarian ekosistem perikanan yang ada di sekitar tambak, sebab hal tersebut akan mengancam kelangsungan usaha yang sudah dibangun.

“Kita tidak boleh mengabaikan lingkungan. Penerapan ekonomi biru itu sangat penting, dan kita sedang menuju ke sana,” ungkap Menteri Trenggono.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah menyambut baik usulan yang disampaikan oleh Menteri Trenggono. Bahkan dia mengajak Menteri Trenggono berkunjung ke Sumatera Barat untuk meninjau langsung aktivitas perikanan yang ada di daerahnya, termasuk meninjau tambak-tambak yang sudah berproduksi.

“Apa yang kita pikirkan ternyata sama, Pak. Tambak udang ini memang besar sekali potensinya sehingga perlu adanya pengembangan,” ungkap Gubernur Sumbar.

Selain membahas soal udang, pertemuan tersebut juga membahas tentang potensi perikanan lokal di antaranya ikan garing. Menteri Trenggono mengimbau kepada pihak pemda untuk tetap konsisten menjaga kelestarian ikan tersebut, di tengah tingginya permintaan dan harga jual yang menggiurkan di pasaran.

Seperti diketahui, harga jual ikan air tawar yang sering disebut mirip dengan salmon itu bisa mencapai Rp400 ribu per kilogram. Ikan ini biasa hidup di sungai-sungai yang berarus deras.

Untuk menjaga kelestarian ikan lokal yang ada di Sumatera Barat, pemda terus mempertahankan tradisi Lubuk Larangan, yakni masyarkat hanya boleh memanen ikan dari sungai satu tahun sekali dan yang boleh diambil pun hanya ikan-ikan yang berukuran besar saja.

  • Bagikan