Mediatani – Provinsi Sumatra Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi di subsektor budidaya, khususnya untuk komoditas ikan kerapu. Dengan komoditas tersebut, Sumbar dinilai mampu menjangkau pasar Internasinal.
Hal tersebut disampaikan oleh Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dalam kegiatan Focus Grup Discussion (FGD) yang diselenggarakan Komandan Pangkalan Utama TNI AL (Danlantamal) pada, Jumat (28/5).
Dilansir dari Harian Haluan, dalam FGD tersebut, Ketua HIPMI Sumbar yang diwakili oleh Hayatul Fikri menjelaskan bahwa HIPMI hadir untuk dapat berdikari membantu perekonomian masyarakat lokal, salah satunya dengan mengembangkan potensi ikan kerapu yang ada di Sumatra Barat.
Menurutnya, Sumbar dapat mengembangkan potensi tersebut dengan mendatangkan kapal dari berbagai negara konsumen, seperti Hong Kong, Jepang dan China. Potensi tersebut bisa muncul, lanjutnya, karena menteri yang awalnya telah membuka kesempatan bagi pelaku ekspor yang berada di Hongkong dan China untuk mengambil ikannya sendiri.
Pada tahun 2018, tambah Fikri, Sumbar berhasil mengekspor ikan kerapu sebanyak 18 ton. Hal tersebut membuktikan bahwa terjadi peningkatan dari tahun 2017 ke 2018 sebanyak 5,4 persen.
“Potensi ini yang kami coba sampaikan pada FGD kali ini karena Sumbar memiliki potensi bahari tersebut. Tapi Sumbar tidak termasuk ke dalam empat daerah produksi budidaya ikan kerapu. Kami melihat bahwa Sumbar memiliki potensi budidaya tersebut karena pasarnya luas,” terangnya.
Lebih lanjut Fikri menjelaskan, pihaknya telah melakukan kunjungang ke salah satu lokasi budidaya ikan kerapu yang ada di Sumbar. Namun, ia mengaku kecewa karena tempat budidaya yang memiliki legalitas di daerah ini hanya ada satu saja. Padahal, minimal ada 100 kolam untuk mengembangkan budidaya tersebut.
“Kami menghitung modalnya dari 8-12 bulan itu untuk satu ekor ikan berkisar Rp 100 ribu. Nah, kenapa budidaya ini yang belum banyak diterima masyarakat karena budidayanya memakan waktu yang cukup lama. Selain memiliki potensi pasar ekspor, ini juga memikiki potensi wisata,” tuturnya.
Menurutnya, pengembangan budidaya ikan kerapu tak hanya menyasar saktu sektor saja. Melainkan juga turut mengembangkan berbagai potensi lainnya, seperti potensi wisata bahari, wisata kuliner, dan wisata terpadu lainnya.
“Tak hanya membudidayakannya saja tapi kita juga mengolah dan menikmati hasilnya nanti. Ini kami melihat dapat meningkatkan kehidupan masyarakat. Misalnya, seorang nelayan jika cuaca buruk maka tidak dapat melaut. Tapi dengan budidaya ini kita bisa dilirik pasar internasional,” terangnya.
Hasil budidaya ikan kerapu yang dapat diekspor itu terdiri dari dua jenis, yakni ikan kerapu cantik dan ikan kerapu bebek. Ikan kerapu yang akan diekspor itu tidak semua berasal dari hasil pembudidaya di Pesisir Selatan saja, tetapi juga berasal dari hasil panen ikan kerapu yang dibudidayakan di daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai.
FGD yang dilaksanakan Danlantamal itu memiliki Tema ” Pemberdayaan Potensi Budidaya Jaring Apung Ikan Kerapu Dalam Pelaksanaan Program Kampung Bahari Nusantara Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Di Wilayah Sumatera Barat”.
FGD tersebut juga dihadiri oleh Laksamana Madya TNI DR. IR. Harjo Susmoro. S.Sos., S.H.,M.H.,M.Tr (Han), Sesjen Wantanas, DR Adrianof Caniago, Gubernur Sumbar di wakili Kadisperikanan Provinsi, Polda Sumbar, Korem 032/WBR, Letkol Purn DR Fauzi Bahar mantan Walikota, para akademisi, BUMN, pelaku usaha dan perwakilan mahasiswa.
Sementara itu, Danlantamal Laksamana Pertama TNI Hargianto.S.E.,M.M.,M.Si (Han) menjelaskan pelaksanaan kegiatan ini berkaitan dengan Kampung Bahari Nusantara yang rencananya akan di launching pada bulan Juli depan.
Di Kampung Bahari Nusantara tersebut nantinya akan dilaksanakan beberapa kegiatan yang terdiri dari, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan cluster ekonomi termasuk keramba jaring apung untuk ikan kerapu.