Mediatani – Perairan Indonesia yang kaya akan keragaman teripang yang jumlahnya mencapai 400 spesies ternyata tak mampu membuatnya bertahan lama hidup di alam. Semakin tingginya upaya pemanfaatan teripang sebagai komoditas ekspor, disinyalir menjadi sebab utama ancaman kepunahan teripang
Biota laut yang satu ini belum banyak dikenal masyarakat Indonesia. Pasalnya, keberadaan teripang masih terbatas diketahui oleh masyarakat pesisir saja dan jarang dijual di pasar. Padahal, selain bernilai ekonomi tinggi, hewan ini juga merupakan sumber pangan yang bergizi tinggi.
Dilansir dari Mongabay, terdapat 1.700 jenis teripang yang tersebar di seluruh wilayah perairan dunia. Dari jumlah tersebut, teripang laut yang baru dimanfaatkan masih sangat terbatas dan jumlahnya hanya sekitar 40 hingga 66 jenis saja.
Namun, teripang yang paling memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah teripang pasir, teripang perut hitam (Holothuri atra), teripang susuan (Holothuri nobilis), teripang perut merah (Holothuri edulis), dan teripang nanas (Thelenota ananas).
Di Indonesia, jenis teripang yang dimanfaatkan lebih banyak dituju pada teripang pasir. Sudah sejak lama, hewan laut yang wujudnya menyerupai sayuran Timun itu, diperoleh dengan cara penangkapan langsung dari laut.
Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), cara itu dianggap akan menyebabkan turunnya populasi teripang di alam dan bahkan terancam punah. Untuk itu, sejak 2011 hingga 2018, LIPI fokus melakukan penelitian tentang budidaya teripang pasir dan berhasil dilakukan dengan baik.
Peneliti BBIL, Lisa Fajar Indriana menuturkan, untuk membuat teripang pasir tetap lestari di alam dan bermanfaat untuk dunia, maka hewan laut ini harus dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi budi daya.
Bagi Anda yang berminat budidaya teripang pasir, berikut tujuh tahapan yang harus dilalui.
1. Seleksi Induk
Tahap pertama yaitu melaksanakan seleksi induk melalui pengumpulan dan pemeliharaan induk matang gonad. Pada fase seleksi induk, dipilih teripang dengan berat lebih dari 200 gram untuk pemijahan. Selain itu, induk-induk yang akan dipijahkan dipilih yang sehat, yaitu yang tidak memiliki luka pada permukaan kulitnya.
Induk teripang biasanya diperoleh dari tangkapan alam. Dengan cara ini, induk teripang ditangkap langsung dengan tangan. Induk yang telah diseleksi, dipelihara dalam kurungan tancap di laut atau di kolam air laut.
2. Pemijahan
Tahap kedua yaitu melaksanakan tahapan pemijahan melalui teknik rangsang pijah dan pemijahan. Selain itu, pemijahan teripang juga dapat dilakukan secara alami dengan pembedahan atau perangsangan dengan temperatur.
Pada pemijahan alami, induk teripang yang dipelihara di bak pemijahan biasanya akan memijah tanpa adanya rangsangan buatan. Pemijahan tersebut akan terjadi pada malam hari, yaitu antara pukul 22.00-23.00.
Induk jantan akan terlebih dahulu mengeluarkan sperma dan merangsang induk betina untuk mengeluarkan telur. Pemijahan tersebut biasanya berlangsung dalam kurun waktu antara 20-60 menit. Setelah induk betina telah bertelur, segera induk dipindahkan ke tempat lain.
3. Pemeliharaan larva
Setelah melalui proses pembuahan, telur akan berkembang menjadi larva teripang. Larva ini akan bermetamorfosis melalui tahap-tahap perkembangan larva Auricularia, larva Doliolaria, larva Pentactula, dan kemudian akan berkembang menjadi anakan (juvenile) teripang.
Saat fase larva Doliolaria, larva akan bersifat planktonik, dan pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pakan diatom planktonic. Pakan alami yang dimaksu dapat berupa Tetraselmis sp., Spirulina sp., Skeletonema sp., dan Chlorella sp.
4. Tahapan penempelan
Pada fase Doliolaria, diperlukan penempatan spat collector, yaitu tempat pendendapan atau penempelannya untuk dapat berkembang menjadi larva Pentactula sebelum metamorfosis menjadi anakan (juvenile) teripang.
Penempatan spat collector ini diperlukan untuk menginduksi metamorfosis larva Doliolaria. Larva Doliolaria yang berkembang menjadi juvenile teripang akan dipacu oleh kelimpahan diatome perifitik, yaitu saat spat collector tersebut melalui pemeliharaan dari mulai pentactulla sampai juvenil awal.
5. Tahapan pendederan
Staf Ahli Peneliti BBIL LIPI, Sigit AP Dwiono menjelaskan bahwa proses pendederan pada teripang pasir bisa dilakukan di tambak atau di laut. Dalam prosesnya, ada dua tahapan pendederan melalui pemeliharaan juvenil dan benih.
Untuk juvenil, pemeliharan dilakukan dalam pendederan, karena ukurannya terlalu kecil untuk dapat bertahan hidup dari serangan predator.
Diperlukan lokasi perairan yang tenang, terlindung, dan bebas dari gelombang arus kencang untuk melakukan pendederan teripang pasir. Selain itu, lokasinya harus jauh dari sungai tidak berpotensi mengalami banjir dari darat. Kedalaman kolam budidaya juga harus lebih dari dua meter saat sedang surut.
“Mengandung cukup banyak bahan organik, dan dekat dengan hutan bakau atau padang lamun. Jauh dari lalu lintas laut, dan tidak ada polutan,” papar dia.
6. Tahapan pembesaran
Metode budidaya yang digunakan untuk pembesaran teripang ialah metode pen culture kurungan tancap atau kurungan pagar. Metode ini dilakukan agar teripang yang dibudidayakan terkurung di dalamnya dan tidak mendapat serangan hama.
Karena pergerakan hewan ini relatif lambat, maka biasanya pembesaran dapat dilakukan dengan tingkat kepadatan penebaran yang cukup tinggi.
Desain dan konstruksi kurungan pagar ini dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan kurungan pagar yang digunakan yaitu kurungan pagar dari bambu dan kurungan pagar dari jaring. Namun, menurut pengalaman para pembudidaya teripang, jenis bahan yang paling efektif untuk kurungan tancap adalah jaring.
Benih teripang yang dapat ditebar sebaiknya memiliki berat 40-60 g dengan kepadatan 5-6 ekor/m2. Penebaran dapat dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada suhu rendah.
Selama pemeliharaan, berikan kotoran ayam atau kotoran ayam yang telah dicampur dengan dedak halus sebanyak 0,1 kg/m2 setiap minggu sekali. Cara ini berfungsi sebagai pupuk untuk merangsang pertumbuan diatom yang merupakan makanan utama bagi teripang. Lama pemeliharaan yang dilakukan berkisar 4 hingga 5 bulan.
7. Panen
Setelah dipelihara selama 4 hingga 5 bulan, teripang yang telah mencapai ukuran konsumsi, yakni (300-500 g), sudah dapat dipanen. Panen dilakukan pada saat air dalam keadaan surut terendah, dan dilakukan berkali-kali karena banyak yang membenamkan diri dalam pasir atau lumpur.
Untuk memastikan apakah teripang sudah terpanen semua, lakukan pengecekan kembali pada saat air sedang pasang, karena teripang senang keluar dari persembunyiannya setelah air pasang.
Pelestarian Teripang
Lisa menuturkan, seleksi induk yang dilakukan di alam harus dilakukan dengan hati-hati oleh nelayan ataupun pembudidaya secara langsung, baik itu saat pengemasan, transportasi induk, pemeliharaan induk melalui pakan, kualitas air, pengendalian hama dan penyakit.
“Selama ini produksi teripang umumnya diperoleh dari penangkapan di alam. Semakin hari semakin sulit dicari, karena sumber daya untuk melakukan penangkapan ini semakin terbatas,” sebut dia.
Menurutnya, satu-satunya cara yang bisa dilakukan saat ini untuk memulihkan kembali sumber di alam, yaitu dengan melaksanakan budidaya teripang pasir. Cara tersebut diyakini dapat menjaga ketersediaan stok di alam, namun tetap bisa memenuhi kebutuhan Teripang pasir di pasaran.