Mediatani – Ikan koi merupakan salah satu jenis ikan hias yang sudah populer dibudidaya masyarakat sejak dulu. Padahal, membudidaya ikan hias ini tidak semudah membudidaya ikan konsumisi. Hal itu pun dilalui oleh Diding, seorang guru SD DI Kuningan, Jawa Barat.
Diding mengaku melalui berulang kali kegagalan untuk bisa berhasil membudidaya ikan koi. Tak jarang, telur yang dihasilkan gagal menetas, pertumbuhan bibit ikan yang lambat dan bahkan yang paling menyedihkan adalah mengalami kematian.
Ikan koi yang mati itu pun jumlahnya bisa sangat banyak, totalnya bisa hingga ratusan ekor ikan koi. Mulai dari yang berukuran kecil hingga besar, termasuk indukan yang didatangkannya dari Blitar dan koi bersertifikat impor.
Menurutnya, calon indukan koi membutuhkan perawatan yang ekstra dan memperhatikan kualitas air secara rutin. Karena itu, butuh keuletan, kesabaran dan pengalaman untuk bisa berhasil membudidayakan ikan koi.
Guru SDN Tugumulya, Kuningan ini mengaku mulai tertarik memelihara ikan koi sejak tahun 2018. Meski sering mengalami kegagalan, ia terus mencoba untuk bangkit hingga pengalamannya itu membuatnya berhasil.
Setelah hampir setahun menjalaninya, ikan koi yang dipeliharanya itu pun sudah menunjukkan hasil yang baik, dimana jumlah yang mengalami kematian mulai berkurang. Hingga di tahun 2020, ikan koi yang dibudidayanya terus mengalami kemajuan.
“Alhamdulillah sekarang mulai terlihat ada perkembangan. Memang pengalaman itu berharga, kita lebih bisa mengetahui bagaimana cara untuk memelihara ikan koi supaya menekan angka kematian ikan,” kata Diding dilansir dari Kumparan, Minggu (16/1).
Dia menyebut, beberapa ikan koi yang berhasil dibudidayanya itu merupakan jenis koi impor yang telah memiliki sertifikat. Hal itu dibuktikan dengan bacaan huruf jepang yang tertera di lembaran sertifikatnya.
“Ada beberapa ikan koi yang memang memiliki sertifikat impor, tapi yang lokal dari Blitar juga ada. Kita pilih indukan itu ukuran diatas 50 sentimeter, agar nanti bibitnya juga bisa besar seperti induknya,” terangnya.
Untuk pemesaran ikan, jelas Diding, kolam yang digunakan memiliki kedalam 3,5 meter. Kolam tersebut diisi dengan air kolam yang mengalir langsung dari sumber mata air, sehingga airnya selalu berganti setiap hari.
“Kemudian untuk pembuangan air dibuat di bawah, karena biasanya kebanyakan itu kan diatas. Jadi ada pipa yang kita lubangi dibawah, agar kotoran ikan bisa ikut terbuang,” ungkapnya.
Saat baru memulai membudidaya, lanjutnya, banyak ikan-ikan koi yang mengalami kematian khususnya saat memasuki musim penghujan. Namun saat ini, meski sering hujan sering, ia sudah bisa menghindari kematian ikan koi tersebut.
Setelah 3 tahun berjalan, usaha ikan koinya terus berkembang hingga memiliki 12 kolam pemeliharaan. Ikan-ikan koi itu dijual dengan harga yang cukup terjangkau mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu setiap ekor.
Ada juga yang dijual dengan harga jutaan, tergantung dari pola dan kualitas koinya. Seperti indukan impor karena memang memiliki motif dan kualitas yang bagus.
“Penjualan kita secara online melalui grup whatsaap ataupun medsos,” terangnya.
Dari hasil penjualan ikan koinya itu, ia mengaku bisa mendapat untung yang lumayan bahkan bisa membantu biaya perkuliahan anak-anaknya hingga selesai.