Setelah Empat Tahun, Kurma Varietas Barhee di Wajo Siap Panen Akhir Tahun Ini

  • Bagikan
Dilansir dari Fajar - Anggota DPRD Wajo Elfrianto bersama penjaga kebun, Muhammad Arsyad saat diperkebunan kurma di Desa Wewangrewu Kecamatan Tanasitolo

Mediatani – Kurma adalah salah satu buah khas timur tengah dan merupakan buah yang istimewa bagi umat Islam. Umumnya kurma dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan iklim kering seperti Timur Tengah dan Wilayah Afrika seperti Mesir.

Namun saat ini ada pula pohon kurma yang dapat tumbuh di luar iklim tersebut, seperti Thailand dan Indonesia yang termasuk negara tropis. Kurma yang dapat tumbuh di daerah tropis biasa disebut dengan kurma tropika.

Salah satu kurma yang bisa tumbuh di Indonesia adalah kurma Varietas Barhee. Kurma ini sudah tumbuh di Kabupaten Wajo dan ditargetkan akan panen akhir tahun ini.

Kebun kurma ini diberi nama Serambi Madinah, lokasinya berada di Desa Wewangrewu, Kecamatan Tanasitolo, dan berdiri di atas lahan seluas satu hektare.

Dilansir dari Fajar – Pemilik kebun, Andi Dahri Semmang, menyebutkan bahwa kurma Varietas Barhee ini didapatkan dari Thailand saat dia bertandang di Negeri Gajah Putih tersebut. Bibit ini dia beli dengan harga yang cukup menguras kantong, yaitu sebesar Rp1 juta per bibit.

Perjalanan bibit kurma ini hingga tiba di Kabupaten Wajo dari Thailand menempuh perjalanan yang cukup panjang, yaitu melalui jalur laut dan memakan waktu perjalanan selama sepekan.

Perjalanannya mulai dari Bangkok, Thailand, kemudian menuju ke Medan dan dikarantina selama beberapa hari. Setelah itu bibit dikirim ke Makassar dan akhirnya tiba di Wajo. Perjalanan pengiriman bibit ini memakan waktu sekitar sepekan.

Sebelum memutuskan untuk membeli bibit kurma, Andi Dahri menghabiskan waktunya untuk belajar tentang pengembangan buah yang kaya akan serat dan manfaat ini selama berada di Thailand. Dia memperlajari mulai dari proses pengolahan tanahnya, penanaman, proses mengawinkan, hingga proses panen.

Penanaman kurma dilakukan dengan menata jarak tanam sejauh 8 x 9 meter. Untuk penyiramannya sudah menggunakan sistem jaringan pipa, sehingga tidak memerlukan banyak tenaga manusia dalam melakukan penyiraman karena secara otomatis 151 pohon akan mendapatkan suplai air dengan maksimal.

Kurma ini mulai ditanam pada pertengahan Bulan November 2016 lalu. Saat itu ada sebanyak 154 bibit berumur dua bulan yang ditanam. Dari 154 bibit itu ada tiga bibit yang mati dan saat ini tersisa 151 pohon yang terdiri dari 10 pohon jantan dan 141 pohon betina.

Sekarang usia pohon ini sudah memasuki usia empat tahun setelah ditanam, kurma ini diprediksi akan menghasilkan buah dan akan dipanen pada akhir tahun ini. Bahkan saat ini pohon jantan sudah mengeluarkan serbuk sarinya.

Penyerbukan akan dilakukan setelah pohon betina mengeluarkan bunga betina. Penyerbukan ini bisa dilakukan melalui bantuan hewan dan manusia.

Rencananya, lahan seluas satu hektae ini akan diperluas, sebab pohon kurma yang telah ditanam sudah menghasilkan banyak tunas. Tunas yang telah berumur dua tahun akan dicangkok, dan sudah bisa dipindahkan setelah tiga bulan pencangkokan.

Tunas hasil pencangkokan ini dapat dijual dan harganya bisa mencapai Rp2 juta hingga Rp3 juta. Keunggulan dari tunas hasil pencangkokan ini adalah apabila induknya berbuah, maka anakannya pun juga akan berbuah.

Anggota DPRD Wajo, Elfrianto mengatakan bahwa perkebunan kurma yang merupakan milik mertuanya ini adalah perkebunan terluas di Indonesia bagian timur. Keberadaan kebun kurma di Indonesia sendiri saat ini masih sangat sedikit dan dapat dihitung jari, di antaranya ada di Aceh, Pekanbaru, dan Palu.

Kedepannya, kebun kurma ini akan dijadikan destinasi agrowisata di Sulawesi Selatan. Kemudian di lahan  perkebunan akan dibangun sejumlah outlet. Buah kurma yang sudah dipanen akan dibuat menjadi berbagai olahan, seperti permen dan manisan kurma.

Harapannya, pengunjung yang datang bukan hanya berwisata menikmati jajaran pohon kurma, tapi juga pengunjung bisa mempelajari tentang pengembangan tanaman kurma.

 

  • Bagikan