Sistem Pertanian Terpadu, Solusi untuk Antisipasi Ancaman Krisis Pangan

  • Bagikan
Sumber foto: pikiran-rakyat.com

Mediatani – Kebutuhan terhadap kemandirian pangan akhir-akhir ini menjadi hal yang sangat mendesak. Berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia, tengah bekerja keras dalam mengantisipasi adanya ancaman krisis pangan.

Karena itu, Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mewujudkan kemandirian pangan nasional, meskipun berada di tengah kelimpahan sumber daya alam yang tersedia di Indonesia.

“Kebutuhan akan pangan sangat mendesak dan menjadi tantangan bagi dunia di tengah ancaman krisis pangan. Perlu kita antisipasi sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam” kata Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim, melalui keterangan pers yang diterima pada Minggu (13/2/22).

Hal tersebut disampaikannya pada saat satu hari setelah berlangsungnya pembukaan dan kick-off (awal mula) pengembangan sistem pertanian terpadu bersama komunitas Made-in-Indonesia Superconnection (MSC), di Desa Ujungjaya, Sumedang, Jawa Barat.

Dia juga menyampaikan bahwa program integrated farming atau sistem pertanian terpadu merupakan salah satu jalan keluar atas tantangan terhadap kebutuhan kemandirian pangan bagi suatu negara.

Selain untuk memperkuat ketahanan pangan, program ini juga bertujuan untuk mewujudkan hadirnya lebih banyak koperasi modern terkhusus yang bergerak di sektor pangan.

Bahkan, menurut Arif Rahman Hakim, sistem pertanian terpadu ini juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian. Contohnya seperti memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk kandang untuk pakan ternak hijau atau diolah menjadi biogas yang berfungsi sebagai energi alternatif untuk kebutuhan sehari-hari.

“Upaya Kabupaten Sumedang dalam membangun kluster pangan seperti ternak sapi, domba, juga dapat diintegrasikan dengan ketersediaan pakan ternak yang bersumber dari kacang koro. Sehingga, ekosistem integrated farming dapat menjadi andalan Pemerintah Kabupaten Sumedang,” tegas Arif.

Sistem pertanian ini memadukan keterkaitan antara tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hortikultura, hewan ternak, dan perikanan untuk memperoleh agro ekosistem yang mendukung produksi pertanian (stabilitas habitat), pelestarian sumber daya alam dan peningkatan ekonomi.

Pendiri MSC sekaligus pendiri dan CEO Industry and Businees Institute of Management (IBIMA), I Made Dana Tangkas, memaparkan bahwa pihaknya juga akan mengembangkan sistem pertanian terpadu di daerah lain diantaranya di Pekalongan, Jawa Tengah, dan Bali.

Pada tahap awal, MSC mengembangkan hasil produk pertanian di Sumedang dengan komoditas antara lain jagung, padi dan porang pada lahan yang luasnya sekitar tiga ribu meter persegi. Di atas lahan tersebut juga akan dikembangkan lahan untuk pakan ternak yaitu berupa rumput Taiwan.

“Kita juga menyiapkan peternakan ayam, kambing, dan sapi,” ungkap I Made Dana Tangkas.

I Made mengakui bahwa pihaknya akan menggulirkan pengembangan bisnis, aneka pelatihan dan pengembangan produk. Di tahun 2022, ditargetkan 250 integrated farming terbentuk dengan menyiapkan modal antara lima ratus juta hingga Rp1 miliar per sistem pertanian terpadu.

  • Bagikan