Mediatani – Jumardin (47), pria asal Sulawesi Selatan yang kini menjadi salah satu warga di Jalan Sedadap, Kecamatan Nunukan Selatan, telah sukses menjadi petani cabai. Ia membudidaya cabai di lahan pertanian seluas 3 hektare milik mertuanya.
Jumardin mengaku, awal mulai bertani, dia dibantu oleh istri dan tiga putranya. Mulai dari menanam timun, kemudian beralih ke tomat, lalu cabai hingga buah melon.
“Baru dua tahun saya tanam cabai. Saya punya 2.500 pokok. Dua kali dalam seminggu saya panen. Panen raya setiap tiga bulan. Tahun lalu saya sempat panen raya 1.800 pokok. Dapatnya 1 ton lebih,” ungkap Jumardin dilansir dari TribunKaltara.com, Jumat (24/06/2022).
Jumardin menceritakan, setelah beberapa kali panen cabai, ia akan mengganti tanaman cabainya dengan tanaman jagung. Namun, hama tungau dan thrips kerap menyerang ribuan pokok tanaman cabainya
“Nutrisi cabai habis diserap tungau dan thrips. Masih bisa 50 kali panen lagi, baru saya roling dengan menanam jagung. Tunggu selama satu periode baru tanam cabai lagi,” katanya.
Meski begitu, Jumardin mengatakan, dirinya akan tetap menanam cabai kembali, mengingat harga cabai sekarang di pasaran saat ini melejit naik hingga Rp 120.000 per kg. Sementara harga jualnya ke pedagang sekitar Rp 90.000 per kg.
“Besok saya panen 2.500 pokok. Kalau panen saya kumpulnya pakai kantong plastik ukuran 15 Kg. Kalau anak sama istri saya ikut memetik bisa sampai 2 kantong plastik. Jadi dua kali seminggu panen bisa sampai 50 Kg,” kata Jumardin.
Selain cabai, Jumardin juga mencoba menanam buah melon tahun ini. Saat ini, dia sudah memiliki sebanyak 1.500 pokok melon.
Tak hanya itu, ia bahkan memiliki sekitar 2.000-an pokok tomat yang sudah dipanennya sebanyak 17 kali.
“Sekarang harga tomat di pasaran mahal. Sebelumnya hanya Rp 5.000 per Kg. Sekarang Rp 22.000 per Kg. Kalau saya jual kepada pedagang Rp 18.000 per Kg,” terang Jumardin.
Dia mengungkapkan, sewaktu putra keduanya masih membantunya di kebun, ia dapat memperoleh keuntungan Rp 7 juta per bulan. Bahkan tahun lalu, Jumardin mampu membeli 1 unit mobil dan beberapa alat pertanian seperti traktor mini dan mesin rumput dari hasil bertaninya itu.
“Alhamdulillah bisa beli mobil dan alat pertanian. Anak kedua saya itu biasa pulang sekolah bantu saya di kebun. Sekarang dia lagi di Tanjung Selor daftar Polisi. Semoga lolos lah,” ungkap Jumardin.
Jumardin menerangkan, dirinya juga adalah bagian dari kelompok tani. Beberapa kali dia memperoleh bantuan berupa obat-obatan tanaman dan pupuk dari Dinas Pertanian Nunukan. Namun untuk bibit tanaman, dia mengaku belum pernah memperoleh bantuan.
“Kalau bibit tanaman belum pernah saya dapat bantuan. Untuk membasmi hama pada tanaman lombok saya pakai pegasus. Biasa saya beli ukuran 100 Ml itu Rp 95.000. Saya pakai hanya sehari saja, 8 tangki habis,” ucapnya.