Mediatani – Seorang pengusaha cupang di Kota Padang, Sumatera Barat bernama Mulyadi sukses berbisnis ikan cupang yang dia budidayakan di kawasan Kota Tua yakni Parak Gadang. Ikan cupang yang dibudidayakannya itu bahkan telah masuk ke pasar internasional.
Dilansir dari Tempo, Rabu, (11/2/2021), Mulyadi menyebutkan saat ini ikan cupang yang dibudidayakannya itu ada sebanyak ribuan ekor yang terdiri dari ikan cupang alam dan ikan cupang hias.
Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor ikan cupang hasil budidayanya itu, yakni Jepang, Singapura, Malaysia, dan Cina. Namun, negara yang paling sering menjadi tujuan ekspor ikan cupang ini yaitu Jepang.
Mulyadi mengatakan ikan cupang yang dikirimnya ke Jepang itu ada sekitar 400 ekor dalam sekali pengiriman, dengan harga Rp 200 ribu per ekornya.
“Kadang-kadang per bulannya itu ada mengirim ke Jepang satu kali hingga dua kali. Jadi sesuai permintaan saja,” tambahnya.
Sejak adanya bisnis cupangnya itu, Mulyadi mampu menghasilkan Rp 20 juta hingga Rp 40 juta setiap bulannya. Di masa pandemi Covid-19 pun ekspor cupangnya ke Jepang tetap jalan, bahkan pesanan di pasar domestik mengalami meningkat.
Tidak hanya melayani pemesanan dalam partai besar, Mulyadi juga melayani pembeli yang ingin membeli ikan per ekor, baik untuk ikan cupang alam maupun ikan cupang hias.
Namun, ikan yang dijual eceran tersebut harganya cukup berbeda dengan ikan yang dijual dalam partai besar, yakni mencapai mencapai Rp 500 ribu per ekornya. Selain karena jumlahnya, kondisi ideal tidaknya ikan juga mempengaruhi harga ikan cupang.
“Jadi semakin bagus dan ideal, harganya bisa lebih tinggi,” ujarnya.
Adapun yang dimaksud Mulyadi dengan kondisi ikan cupang yang ideal, yaitu ikan yang kondisinya sehat, siripnya sempurna atau mampu berkembang dengan baik, tidak cacat, dan warna jelas dengan corak yang sesuai dengan kategori berbagai ikan cupang.
Selain itu, mental yang baik juga merupakan hal yang penting untuk melihat kondisi ikan cupang yang ideal. Mental ikan yang buruk itu bahkan dapat membuat nilai jual ikan menjadi anjlok.
Mulyadi mengakui, sejak pandemi Covid-19, penjualannya terus mengalami peningkatan hingga lebih dari 50 persen dibandingkan sebelum adanya pandemi. Sebab, kondisi pendemi membuat orang ingin memelihara hewan untuk menghilangkan kejenuhan.
Selain dari hasil budidaya, Mulyadi mengatakan ikan cupang yang dijual juga bisa berasal dari hasil tangkapan di alam. Beberapa lokasi di Sumatera Barat yang menjadi tempat penangkapan cupang, yaitu di kawasan Lembah Harau Kabupaten Limapuluh Kota dan di Kabupaten Dharmasraya.
“Di sana ada 5 spesies ikan cupang di dua daerah itu, dan memang bukan endemiknya Sumbar. Tapi bicara apakah sungai di Sumbar punya ikan cupang, ya ada,” katanya.
Memulai Budidaya Ikan Cupang
Mulyadi menceritakan bahwa selama menggeluti usaha ikan cupangnya itu, ia harus melalui kisah hidup yang cukup panjang. Usaha yang dimulainya sejak 1999 itu, awalnya hanya menggunakan sepasang ikan cupang dengan harga Rp 750 ribu yang dibelinya di Kota Medan, Sumatera Utara.
Setelah mendapat gambaran ekonomi yang menjanjikan, ia pun tertarik untuk menjalani usaha ikan cupang tersebut. Padahal, saat itu dia berprofesi sebagai seorang guru honorer yang bertugas di laboratorium di salah satu SMK di Kota Padang.
Dengan alasan tuntutan ekonomi, Mulyadi meninggalkan profesinya itu dan fokus untuk menjalani usaha budidaya ikan cupang. Sepasang cupang yang sebelumnya dibeli itu kemudian diikutsertakan dalam sebuah kontes ikan yang berskala nasional. Alhasil, Mulyadi meraih kemenangan dengan hadiah yang mencapai puluhan hutan.
Sejak saat itu, Mulyadi mulai mengembangkan usaha ikan cupang. Dengan rasa percaya diri dan dukungan dari teman-temannya yang berpengalaman soal ikan cupang, Mulyadi pun mencari cara untuk membuat ikan cupangnya semakin diminati.
Pada 2001, Mulyadi mengadakan event kontes ikan cupang di Padang, ia kemudian mendapat tamu dari luar negeri. Berkat tamu tersebut, ia pun mendapat pintu untuk mengekspor ikan cupangnya ke sejumlah negara.
Dari hasil penjualan ikan cupangnya itu, dia telah mampu membayarkan upah untuk para karyawan yang dipekerjakannya. Saat ini, usaha budidaya cupangnya itu telah mempekerjakan delapan karyawan.
“Mengingat budidaya ikan cupang ini butuh perawatan setiap hari, dan sementara saya cukup sibuk beberapa kegiatan seperti jadi juri kontes ikan cupang. Jadi saya butuh orang untuk dipekerjakan,” katanya.
Salah satu kendala yang dihadapinya saat ini, yaitu sulitnya mendapatkan pakan yang berupa kutu air. Untuk mendapatkan kutu air itu perlu mencarinya di sawah-sawah. Kutu air itu biasanya ditemukan saat padi sawah baru dipanen.
“Kadang-kadang ada juga dikasih jentik nyamuk, namun tidak bisa terus menerus jentik nyamuk, karena ada batas usia ikan yang tidak bisa memakan jentik nyamuk tersebut,” jelas Mulyadi.