Mediatani – Proyek pembangunan Jembatan Ganefo di Tangen, Kecamatan Ngrampal, Sragen menuai protes dari puluhan warga Desa Klandungan.
Pasalnya, pembangunan jembatan di perbatasan Ngrampal-Tangen itu tanpa membuatkan gorong-gorong irigasi untuk areal persawahan petani di sekitarnya.
Tanpa adanya irigasi tersebut, saat hujan deras tiba, sawah-sawah milik petani kebanjiran dan tanaman padi mereka rusak terendam genangan air akibat tiadanya pembuangan.
Warga yang kesal lantas mendatangi dan menutup lokasi proyek. Mereka juga meminta rekanan menghentikan pengerjaan.
Warga Dukuh Gandrung RT 02, Klandungan, Ngrampal yang juga berprofesi sebagai petani, Budi (36) mengatakan saluran air di sawah petani sudah tidak ada lagi sejak adanya proyek Jembatan Ganefo.
Menurutnya, pihak rekanan harusnya membuatkan gorong-gorong atau saluran pengganti. Karena jika tidak, air tidak bisa mengalir saat hujan deras dan membanjiri tanaman padi di areal sekitar proyek.
“Kemarin sebelum ada proyek, masih ada saluran pembuangan dari sawah. Sekarang malah dimatikan. Hujan deras sedikit, langsung banjir karena air mampet nggak ada salurannya. Siapa nggak kesal Mas,” paparnya, dilansir dari Joglosemar, Rabu (18/11/2020).
Budi yang mewakili petani lainnya mengatakan untuk saat ini, tuntutan warga dan petani hanya minta dibuatkan gorong-gorong.
Jika tidak dipenuhi, maka warga dan petani siap untuk melakukan perlawanan dengan menutup dan tak akan membiarkan proyek dilanjutkan.
“Bukan kami nggak senang dibangun jembatan yang lebih bagus. Tapi mbok ya jangan mengorbankan aspek lain yaitu petani. Petani susah payah menanam, begitu ada hujan langsung kebanjiran,” terangnya.
Disisi lain, warga semakin geram karena penggunaan tenaga kerja untuk proyek pembangunan jembatan tersebut, selama ini lebih banyak melibatkan pekerja luar wilayah.
Menurut petani lainnya, Sarjono (52) warga Dukuh Ngrejeng RT 06, Klandungan, Ngrampal, kehadiran proyek beranggaran miliyaran rupiah dari APBD Provinsi Jateng itu makin melukai hati karena warga sekitar hanya jadi penonton saja.
“Seharusnya pihak rekanan melibatkan warga untuk bekerja. Entah apapun bidangnya dilibatkan. Mungkin yang punya mobil dump truk bisa digandeng untuk dikerjakan untuk cari uruknya. Atau warga dipekerjakan, bukan malah ambil dari luar semua,” geram Sarjono.
Dari awal pembangunan jembatan tersebut, Sarjono menilai pihak rekanan tidak pernah peduli dengan warga dan lingkungan sekitar. Maka dari itu, menurutnya, proyek Jembatan Ganefo harus ditutup dulu sebelum permintaan warga terpenuhi.
Sementara, Badi (55) warga Ngrejeng RT 05, Klandungan, Ngrampal, sangat kecewa dengan proyek jembatan Ganefo yang menutup sawahnya tanpa ada gorong-gorong saluran air. Hal itu berdampak buruk membuat sawahnya kini selalu terendam banjir saat hujan deras.