Universitas Jember Kembangkan Padi Varietas Baru dari Sumberdaya Genetik Lokal

  • Bagikan
Peneliti Universitas Jember Mohammad Ubaidillah menunjukkan koleksi plasma nutfah padi lokal di laboratorium Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unej

Mediatani – Indonesia sangat kaya akan keragaman plasma nutfah atau sumberdaya genetik tumbuhan, termasuk tanaman padi. Hal tersebut menjadi inspirasi seorang Peneliti yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember (Unej), Mohammad Ubaidillah.

Semangat pengembangan varietas Padi baru tersebut diakuinya sebagai upaya pemenuhan kebutuhan beras nasional yang terus meningkat. Mengingat bahwa mayoritas warga Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok, apalagi jumlah penduduk Indonesia juga terus meningkat maka kebutuhan beras juga pasti makin meningkat. Sementara, tambahnya, di sisi lain lahan pertanian makin menyusut.

“Untuk memenuhi kebutuhan beras itu maka berbagai cara ditempuh guna meningkatkan produksi padi nasional, salah satunya mengembangkan padi varietas baru berbasis plasma nutfah padi lokal,” katanya.

Oleh karena itu, kini dirinya tengah menekuni pengembangan varietas padi baru yang merupakan hasil pengembangan berbasis plasma nutfah padi lokal. Dirinya melihat potensi plasma nutfah padi lokal sebagai basis pengembangan varietas padi baru karena beberapa faktor keunggulan.

Menurutnya, keunggulan genetik tanaman padi lokal tersebut di antaranya adalah padi lokal sudah terbukti mampu berkembang dan bertahan di kondisi alam Indonesia.

“Indonesia sungguh kaya dengan sumber plasma nutfah padi lokal yang setiap jenisnya memiliki keunggulan tersendiri, bahkan ada jenis padi yang tidak disukai oleh hama seperti binatang karena kulit luarnya membuat gatal bagi tikus dan burung yang memakannya,” terangnya.

Pelestarian Genetik Padi Lokal

Dosen asal Probolinggo itu menjelaskan bahwa kini tidak banyak lagi petani yang menanam padi lokal karena biasanya umur tanamnya lama dan produktivitasnya rendah, sehingga berbeda dengan padi hibrida seperti jenis IR-64 yang dalam jangka waktu 125 hari sudah dipanen, hasil panen juga lebih banyak dibandingkan padi lokal.

“Plasma nutfah padi lokal yang kita miliki ini adalah jenis padi lokal yang hidup di berbagai daerah di Indonesia yang sudah mengalami evolusi secara alami tanpa campur tangan manusia dan terbukti mampu tumbuh berkembang di alam Indonesia,” tuturnya.

Oleh karena itu, Dosen Program studi Agroteknologi ini melakukan pemuliaan tanaman Padi dengan tujuan memilih sifat baik dari tiap jenis padi lokal dan menyilangkannya untuk menghasilkan varietas padi lokal baru yang lebih unggul.

Salah satu riset yang sedang dilakukannya adalah pengembangan padi berwarna dan tengah berusaha menyilangkan padi lokal jenis Hitam dari Jawa Timur dengan padi lokal jenis Cupu Slamet dari Jawa Tengah.

“Padi berwarna yang menghasilkan beras merah atau beras hitam punya keunggulan memiliki kadar antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih, sehingga baik bagi kesehatan dan cocok bagi penderita diabetes,” katanya.

Ubaidillah menjelaskan bahwa padi lokal seperti jenis Hitam dan Cupu Slamet umumnya memiliki ukuran yang tinggi namun anakannya sedikit, sehingga perlu pemuliaan dengan tujuan memilih sifat yang baik dari tiap jenis padi lokal. Selanjutnya, dia akan menyilangkannya dengan tujuan menghasilkan varietas padi lokal baru yang lebih unggul, serta tentu untuk melestarikan keberadaan plasma nutfah padi lokal.

Koleksi Seratusan Jenis Plasma Nutfah Tanaman Padi

Dilansir Kantor Berita ANTARA (11/3/2021), Saat ini Ubaidillah telah mengoleksi kurang lebih 100 bahan genetik plasma nutfah padi lokal dan 20 plasma nutfah padi non lokal. Keseluruhan plasma nutfah koleksinya itu tersimpan di laboratorium Program Studi Agroteknologi dan laboratorium CDAST Universitas Jember.

Koleksi plasma nutfah padi lokal tersebut di antaranya padi varietas Bondowoso-1, Bulu Hideung, Ketan Keuyup, Merah Wangi, Kewah Gudril dan lainnya. Sedangkan, plasma nutfah padi non-lokal yang menjadi koleksinya diantaranya Nippon Barre dari Jepang, dan jenis lainnya serta dari beberapa negara lain.

“Negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang pangan pokoknya nasi sangat produktif menghasilkan varietas padi baru berbasis plasma nutfah padi lokal setempat dan setiap tahun bisa puluhan varietas baru yang berhasil diciptakan,” tuturnya.

Ubaidillah berharap, Indonesia yang memiliki banyak plasma nutfah padi lokal seharusnya juga harus bisa menciptakan varietas padi baru yang lebih unggul. Tentunya dengan memanfaatkan sumberdaya genetik asli yang terhampar di alam Indonesia.

Telah Luncurkan Dua Varietas Padi Unggul

Sekedar diketahui, pada tahun 2019 Silam, M. Ubaidillah berhasil meluncurkan dua Varietas Padi baru yakni “Golden Rice” dan “Padi Punel” Tim peneliti di Pusat Unggulan IPTEK Perguruan Tinggi Bioteknologi Tanaman Industri (PUI Bio Tin) Universitas Jember.

Kedua Varietas tersebut pun menjadi kado istimewa dalam Pagelaran Dies Natalis Unej ke-55, 20 November 2019. Padi varietas Golden Rice adalah padi yang diproyeksikan untuk kesehatan, dengan hasil rekayasa setiap 1 gram beras Golden Rice mengandung 1.5 mikrogram vitamin A.

Varietas padi kedua yang diluncurkan adalah padi punel atau rendah kandungan amilosa yang sudah bisa ditanam di Indonesia dan umumnya padi punel seperti yang biasa dikonsumsi masyarakat Jepang dan Korea hanya bisa ditanam di negara dengan iklim sub tropis.

“Akibatnya kebutuhan padi punel ala Jepang untuk memenuhi restoran khas Jepang atau Korea di Indonesia harus diimpor karena padi punel khas Jepang berbeda dengan padi yang ditanam di Indonesia, sehingga salah satu keunggulan padi Jepang lebih pulen, namun tidak lengket seperti beras,” Ubaidillah menjelaskan.

  • Bagikan