Usaha Peternakan Sapi Gunungkidul Rentan saat Pandemi, Peneliti: Butuh Pendampingan

  • Bagikan
ILUSTRASI. sapi bali/detik.com/wahyu/ist

Mediatani – Sektor peternakan di Tanah Air, Indonesia turut merasakan dampak pandemi Covid-19. Kelompok peternak sapi potong misalnya menjadi unit yang sudah banyak pula merasakan dampak pandemic covid-19, salah satunya, termasuk yang ada di Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Disadur Sabtu (30/1/2021) dari situs berita Republika.co.id, Peneliti dari Fakultas Peternakan UGM, Trisakti Haryadi mengatakan bahwa pandemi berdampak kepada penurunan harga jual ternak. Meski begitu, masih dalam tingkatan sedang dan dampak sosial ke usaha peternakan tergolong sangat kecil.

“Selama pandemi covid-19, sapi mengalami penurunan harga jual, interaksi langsung antara peternak terhambat lantaran adanya social distancing. Tetapi, hal itu kurang berdampak besar kepada usaha peternakan yang mereka jalankan,” kata Trisakti, Rabu (27/1/2021) dikutip Sabtu (30/1/2021).

Dia melanjutkan, namun, ada pula kelompok-kelompok ternak yang mampu membuktikan peternakannya walau berskala kecil bertahan dalam menghadapi bencana, termasuk pandemi.

Hal ini kata dia memperkuat pandangan usaha pertanian yang masih dapat terus berkontribusi.

Bahkan, tambah dia, dapat dijadikan alternatif pekerjaan bagi mereka yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja atau PHK, terutama sektor industri.

Suasana dan kebersamaan dalam kelompok juga jadi ciri penting bagi peternak kecil saat menjalankan usahanya.

Keterbatasan interaksi menjadi risiko yang dirasakan dari pandemi Covid-19, terutama dalam menjalankan usaha. Dalam menghadapi risiko-risiko itu, Trisakti pun menemukan ternyata peternak memiliki kemampuan yang beragam.

“Dari 23,5 persen peternak yang menyatakan pemasaran berisiko terhadap usahanya, hanya setengahnya yang memiliki solusi yaitu dengan melakukan penundaan harga jual ternak hingga harga jual stabil,” sebut Trisakti.

Perihal risiko interaksi sosial, semua peternak memiliki solusi berkomunikasi melalui WhatsApp dan ponsel mereka. Akan tetapi, mereka masih membutuhkan pendampingan untuk menigkatkan kemampuan menghadapi risiko sosial dan penurunan harga jual ternak.

“Peternak memerlukan edukasi, wawasan dalam memanfaatkan media komunikasi yang lebih efektif untuk berinteraksi dan mendukung usaha peternakan yang dijalankan,” ujar Trisakti.

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Ali Agus membenarkan bahwa pandemi Covid-19 telah berimbas kepada usaha ternak sapi potong rakyat.

Karenanya, kata dia, pendampingan dari berbagai pihak, termasuk para akademisi, penting untuk membantu peternak melewati masa sulit dan bertahan.

“Penelitian yang dilakukan dosen-dosen menjadi salah satu bentuk wujud kepedulian akademik terhadap pandemi Covid-19,” kata Ali.

Sebelumnya, sebagaimana diberitakan mediatani.co, Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan juga menyarankan kepada  pemerintah agar segera memperkuat berbagai infrastruktur peternakan yang memadai di kawasan produksi sapi.

Hal itu kata dia juga sebagai cara mengantisipasi kenaikan harga daging sapi.

“Saya anggap pemerintah perlu segera memperkuat infrastruktur peternakan di daerah produsen, untuk meningkatkan produksi daging sapi nasional,” kata Johan Rosihan dalam rilis di Jakarta, Selasa, dikutip Rabu (27/1/2021) dari situs berita antaranews.com, terkait harga daging sapi yang terus merangkak naik sejak awal 2021.

Johan mengatakan, harga daging sapi selama lima tahun terakhir ini cenderung meningkat dengan rata-rata 15 persen per tahun, karena defisit daging sapi di Indonesia. Sementara konsumsi daging sapi terus mengalami peningkatan sekitar rata-rata 2,11 persen.

Dirinya mengingatkan agar ketersediaan daging sapi pada akhir 2020 hanya 47.836 ton, sementara, prediksi kebutuhan daging sapi pada 2021 mencapai 696.956 ton, disertai produksi dalam negeri dari sapi lokal pada 2020 hanya mencapai 404.997 ton.

“Saya melihat pemerintah perlu memfokuskan diri melakukan pengembangan sapi lokal untuk memenuhi permintaan daging yang cenderung meningkat,” kata Johan.

Untuk itu, dia menuturkan, Kementerian Pertanian diharapkannya mampu melakukan terobosan besar untuk menggairahkan para peternak sapi. Hal itu diupayakan agar populasi sapi lokal dapat ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasokan daging sapi. (*)

  • Bagikan