Waspada Penyakit Ngorok pada Ternak Ruminansia

  • Bagikan
Ilustrasi: Penyakit ngorok pada sapi
Ilustrasi: Penyakit ngorok pada sapi

Mediatani – Penyakit ngorok atau Septicaemia epizootica adalah penyakit yang sering menyerang berbagai hewan ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, unta, babi, kuda dan domba. Sejak tahun 1884, penyakit ini menyerang ruminansia di Indonesia dan bersifat endemik untuk daerah Asia.

Penyakit yang menyebabkan tingkat kematian hingga 90 persen ini disebabkan oleh bakteri pasteurella multocida serotype 6B dan 6E. Sapi ternak biasanya rentan terkena sakit ngorok ini saat berusia 6-24 bulan.

Akibat penyakit ini, peternak bisa mengalami kerugian yang besar. Sebab, resiko kematiannya tinggi atau penurunan berat badan dan memaksa hewan ternak dijual dengan harga murah.

Penularannya terjadi melalui pakan dan air minum yang sudah tercemar bakteri pasteurella. Ternak yang mengalami penyakit ngorok akan kesulitan bernafas sehingga terdengar seperti orang sedang mendengkur.

Gejala lainnya yaitu ternak akan mengalami demam tinggi, diare, bengkak di bagian kepala, bengkak di bagian dada, kaki atau pangkal ekor.

Selain itu, selaput lendir lidah juga terlihat membengkak dan berwarna merah kebiruan. Apabila melihat gejala-gejala seperti ini pada ternak Anda, segera melakukan pengobatan. Jika tidak ditindaklanjuti, hewan ternak Anda bisa mengalami kematian setelah 1-2 hari terserang penyakit.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi terjangkitnya penyakit ini, yaitu stress pada ternak akibat terlalu banyak aktivitas yang dilakukan, sanitasi kandang yang kurang baik dan lembab.

Kemudian pakan ternak dengan kualitas rendah, alat-alat peternakan yang terkontaminasi, serta lingkungan yang dingin adalah media yang baik bagi pertumbuhan bakteri pasteurella.

Pada tubuh inangnya, bakteri penyakit ngorok akan menyerang saluran pernafasan. Lebih lanjut berikut ciri-ciri ternak yang mengalami penyakit ngorok dapat dilihat pada 3 bentuk yaitu:

  1. Bentuk busung ditandai dengan ditemukannya busung pada bagian kepala, leher bagian bawah, kaki muka, tenggorokan dan gelambir. Gangguan pernafasan pada ternak utamanya pada kerbau. Derajat kematian sekitar 90% yang berlangsung cepat yaitu 3-7 hari sebelumĀ  ternak tersebut mati.
  2. Bentuk pektoral ditandai dengan batuk kering dan nyeri pada tenak. Terdapat eksudat di hidung serta nafas menjadi cepat dan basah. Bentuk ini berlangsung lama sekitar 1-3 minggu.

    Jika penyakit berjalan kronis, ternak anda akan batuk, nafsu makan menurun, mengeluarkan air mata, kurus, suhu tubuh tidak berubah, diare bercampur darah, bronkus, pleura dan kerusakan paru.

  3. Bentuk intestinal merupakan gabungan bentuk busung dan pektoral.

Untuk pengobatan secara dini, dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik seperti streptomisin, aureomisin atau sediaan sulfa. Namun, sebelumnya diperlukan konsultasi dengan dokter hewan agar tidak salah dalam melakukan tindakan pengobatan yang cukup rumit.

Jika terdapat ternak yang terjangkit penyakit ngorok, sebaiknya segera pisahkan ternak yang sakit dan sehat. Jika ada ternak yang mati, segera bersihkan kandang dan sapi tersebut dibakar dan dikubur agar tidak menular ke ternak lainnya.

Lakukan pemberian vaksin secara teratur kepada ternak besar Anda agar terhindar dari penyakit ngorok. Misalnya memberikan vaksin septivet sebagai tindakan pencegahan penyakit ngorok.

Pelaksanaan vaksinasi penyakit septicaemia epizootica ini sangat perlu dilakukan secara rutin. Utamanya pada daerah yang rawan terkena penyakit ngorok, biasanya pada sebelum terjadinya perubahan musim.

  • Bagikan