Ajak Petani Mengenal Musuh Alami, Cara Kementan Jaga Produksi

  • Bagikan
Liputan6.com

Mediatani – Dalam dunia pertanian, seorang petani dan juga penyuluh harus mampu mengenal apa saja yang menjadi musuh alami terhadap tanaman. Pengetahuan tersebut bisa didapatkan melalui kegiatan Sekolah Lapang IPDMIP.

Sekolah Lapang (SL) merupakan bagian dari Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) dengan berkolaborasi bersama Kementerian Pertanian RI. Pada Sekolah Lapang tersebut, para petani diajak untuk melakukan pemupukan secara seimbang.

Sekadar informasi, IPDMIP adalah program yang terfokus di bidang irigasi. Tujuannya adalah untuk mencapai keberlanjutan terhadap sistem irigasi yang merupakan kewenangan pemerintah pusat, Provinsi juga Kabupaten/Kota.

Merespon hal tersebut, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian (Mentan) mengungkapkan bahwa melalui IPDMIP ini, Kementerian Pertanian akan berkomitmen dalam mewujudkan ketahanan pangan dalam negeri. Karena sektor pertanian ini menjadi solusi nyata terhadap dampak dari pandemi Covid-19, terkhusus saat ekonomi nasional melemah.

“Saat pandemi berlangsung, telah banyak usaha yang terdampak. Tetapi sektor pertanian masih eksis meski berada dimasa krisis sekalipun. Itu berarti sektor pertanian merupakan kekuatan negara. Kenapa? Ya sebab persoalan makan tidak bisa ditunda, makan tidak bisa menunggu hari. Dengan begitu, sektor pertanian menjadi pekerjaan yang harusnya tidak putus,” ujar Mentan SYL.

Sementara itu, Dedi Nursyamsi selaku Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian memberikan respon positif terhadap kegiatan Sekolah Lapang oleh IPDMIP. Kegiatan tersebut disusun berpatokan terhadap siklus musim kemarau dan penghujan.

“Kementerian Pertanian menyambut baik metode Sekolah Lapang dari IPDMIP yang dianggap mampu mengidentifikasi kendala dan masalah yang dihadapi oleh para petani terhadap pengelolaan usaha tani,” katanya.

Salah satu daerah yang melaksanakan Sekolah Lapang IPDMIP ialah Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. Sekolah Lapang ini dilaksanakan tepatnya di kelompok tani Mpungga, Desa Sumi, Kecamatan Lambu, di daerah Irigasi (D.I) Sumi (D.I kewenangan Propinsi). Jumlah peserta Sekolah Lapang tersebut mencapai dua puluh orang, dengan rincian sepuluh laki laki dewasa, enam perempuan, dan empat petani muda.

Kisman selaku Kepala Bidang Penyuluhan Pertanian, mengatakan bahwa pertemuan Sekolah Lapang yang keempat ini dilaksanakan pada tanggal 27 Feb 2021 dengan materi dan praktik mengenai musuh alami dan pemupukan susulan I .

Materi tersebut difasilitasi oleh penyuluh PNS, Penyuluh Swadaya dan staf lapangan. Sedangkan Supervisornya DPIU dan KJF dinas pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima salah satunya bernama Murniyati.

Murniyati selaku penyuluh pendamping yang memfasilitasi Sekolah Lapang menyampaikan, dalam pembelajaran kali ini peserta diajak untuk mengetahui cara pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati maupun pestisida kimia.

Khusus penggunaan pestisida kimia, menurut Murniyati, perlu adanya langkah bijak dalam penggunaanya, karena dikhawatirkan dapat membinasakan semua mahkluk hidup termasuk musuh alami yang ada di dalam lahan.

“Dari pelajaran tersebut, beberapa peserta telah mengakui bahwa penggunaan pestisida kimia yang cukup banyak disebabkan karena ketakutan akibat serangan yang cepat meluas. sehingga mereka tidak sadar telah banyak musuh alami yang juga ikut mati karenanya,” tutur Murniyati.

Terkait musuh alami, Yulia TS selaku penanggungjawab wilayah NTB dan NTT mengatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dalam pemanfaatan musuh alami. Diantaranya adalah tidak ada efek samping yang negatif terhadap alam, tidak ada istilah resistensi pada hama, dan juga pengendaliannya bisa berjalan dengan sendirinya.

“Organisme yang ingin dimanfaatkan telah tersedia di alam bahkan mampu mencari dan menemukan hama dengan sendirinya. Sehingga tentunya biaya operasionalnya menjadi lebih murah,” tuturnya.

  • Bagikan