Alumni muda IPB berhasil kembangkan pertanian jambu air di Banyuwangi

  • Bagikan
Jambu air produksi Banyuwangi (foto: mediatani.co)
Jambu air produksi Banyuwangi (foto: mediatani.co)

Mediatani.co – Bogor. Pertanian merupakan soal hidup dan matinya suatu bangsa. Begitu kalimat yang diucapkan oleh founding father Indonesia sekaligus Presiden Pertama Republik Indonesia. Kalimat itu merupakan kalimat yang ia ucapkan ketika peletakkan batu pertama dari sebuah bangunan kampus yang nantinya dipergunakan untuk menjadi kampus Institut Pertanian Bogor (IPB).

Alumni IPB hingga saat ini telah tersebar di berbagai bidang. Mulai dari pemerintahan, politisi, pengusaha, akademisi, hingga finansial dan perbankan. Salah satu bidang kerja yang ditekuni oleh alumni IPB ialah tetap pada bidang pertanian. Berbagai macam jenis produk dan komoditas pertanian alumni IPB bisa menjadi trendsetter berkat pengetahuan yang didapat selama menempa ilmu di kampus dan juga daya inovasi yang mampu dilakukan.

Salah satu inovasi yang dilakukan oleh alumni IPB ialah mengembangkan pertanian jambu air di Banyuwangi. Pada beberapa dekade ini tidak banyak alumni muda IPB yang berkecimpung menjadi pengusaha pertanian terutama untuk menjadi start up.

Pasca lulus dari kampus IPB, Wawan Binuko rela untuk pulang kampung ke Banyuwangi untuk melanjutkan usaha dari orang tuanya. Ia tidak terlena dengan gemerlap ibu kota dan juga tawaran pekerjaan yang cukup bergengsi seperti di perusahaan swasta ataupun di sektor perbankan.

Anak muda yang masih berusia 23 tahun ini menyelesaikan studinya dalam waktu 4 tahun kurang (8 semester). Ia setelah kembali ke Banyuwangi diberikan kepercayaan oleh orang tuanya untuk mengelola lahan yang dimiliki oleh keluarganya.

“Saya berani untuk mengolah lahan karena pertama, saya memiliki hobi di pertanian, kedua, saya ingin melanjutkan usaha pertanian orang tua saya, dan ke tiga, saya ingin tetap idealis mempraktikkan ilmu-ilmu yang didapat selama di kampus.” Ucapnya kepada awak media saat diwawancara.

Pada mulanya wawan mengaku masih gugup untuk menggarap lahannya. Ia merasa kebingungan untuk menentukan komoditas yang akan ia kembangkan. Ia diberikan kepercayaan lahan seluas 1 Ha yang terdiri dari lahan milik keluarganya.

“Komoditas jambu merupakan komoditas yang menarik menurut saya. Daerah Banyuwangi belum banyak yang menanam, dengan kebutuhan pasar yang tinggi, kemudian harga jual yang cukup tinggi. Kemudian perputaran usaha juga cepat, sehingga prospek usaha buah jambu air ini cukup cerah.” Bebernya pada awak media.

Alumni Fakultas Pertanian IPB ini mengaku bahwa ia mengawali usahanya pada awal tahun 2017 (awal tanam – red). Kemudian pada bulan september 2017 ia sudah mulai bisa memanen hasilnya, karena lama tanaman dari mulai tanam hingga berbuah membutuhkan waktu 9 bulan.

“Jambu yang saya tanam ini spesial. Saya menanam jenis jambu deli, kusuma merah, dalhari, rush apple, dan cincalo tebu. Keseluruhannya dengan teknik dan perlakuan tersendiri. Mesti tahu bagaimana karakternya masing-masing.” Lanjutnya.

Lokasi usahanya berada di Desa Tapanrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Dengan jumlah tanaman sebanyak 245 tanaman, ia telah berhasil meraup keuntungan bersih sekitar Rp 15 juta tiap bulannya.

“Jumlah keuntungannya belum seberapa bila dibandingkan dengan perusahaan besar yang kelas kakap, namun menurut saya ini sebuah awalan yang menarik untuk saya.” Akunya.

Berbekal pengetahuan dan ilmu yang didapatnya, ia pun menganalisis usaha pertaniannya dengan membagi aspek usahanya ke dalam 4 aspek utama. Yakni budidaya, finansial, pemasaran, dan juga sosial. Ke-empat aspek tersebut ia catat dengan tertib apa temuan-temuannya di lapangan, kendala-kendala, hingga evaluasinya. Dengan pola kemitraan yang ia gunakan, wawan mampu membayar 4 orang pekerja dengan upah yang sepadan dan juga memiliki 8 mitra dagangnya. Hingga kini wawan memiliki impian bila Banyuwangi bisa menjadi sentra jambu air Jawa Timur.

/J.

Wawan Binuko (Foto: mediatani.co)
  • Bagikan