BBPBL Lampung Buktikan Indonesia Juga Mampu Budidaya Lobster

  • Bagikan
UPT KKP Berhasil Budidayakan Lobster

Mediatani – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membuktikan bahwa budidaya lobster bukan hal yang mustahil dilakukan di Tanah Air. Melalui Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, budidaya lobster ini bisa dilakukan hingga tahap pembesaran.

Kesuksesan budidaya lobster ini dicapai setelah melalui titik kritis yang kerap dihadapi di fase pendederan. Pasalnya, angkat kematian di fase awal budidaya ini sangat tinggi karena sifat kanibalisme dan kegagalan moulting.

Survival rate atau tingkat kelulushidupan yang ditunjukkan dari hasil uji BBPBL Lampung pada fase pendederan 1 awalnya mencapai 50 persen. Fase pendederan segmentasi 1 ini merupakan tahap pertumbuhan Benih Bening Lobster (BBL) mencapai ukuran 5 gram.

Setelah memasuki fase pendederan 2, survival rate yang ditunjukkan mulai membaik, yakni hingga 92 persen dengan ukuran losbter 5 gram sampai 30 gram.

Sedangkan survival rate yang ditunjukkan pada fase pembesaran 1 mencapai 95 persen dengan ukuran lobster 30 gram sampai dengan 150 gram, dan fase pembesaran 2 dengan ukuran di atas 150 gram.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu saat berkunjung ke lokasi menuturkan bahwa kesuksesan BBPBL Lampung ini membuktikan bahwa Indonesia juga punya kemampuan dan kompetensi untuk membudidaya lobster.

“Saya tahu persis ini tidak mudah dilakukan karena ada berbagai tahapan yang harus dilalui mulai dari pendederan BBL hingga pembesaran ukuran konsumsi,” ungkap Dirjen yang akrab disapaTebe ini.

Selain itu, menurutnya, pencapaian yang dilakukan BBPBL Lampung ini menjadi sebuah langkah awal pembudidayaan lobster di Indonesia yang akan melalui perjalanan panjang.

Karena itu, ia meminta jajarannya untuk tidak berhenti bekerja keras dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada seluruh tahapan budidaya lobster agar pembudidaya benar-benar dapat merasakan kehadiran KKP.

Tebe berharap semua langkah yang dilakukan pemerintah baik dari pusat maupun pemda nantinya dapat membuat masyarakat kelautan dan perikanan khususnya pembudidaya lobster menjadi sejahtera.

Terkait pencapaian ini, Kepala BBPBL Lampung Ujang Komarudin memaparkan, peningatan survival rate dalam setiap segmen itu tidak lepas dari beberapa metode yang diuji oleh jajarannya.

Metode yang dimaksud, yakni mulai dari menjaga kebersihan jaring hingga melakukan seleksi dan grading untuk menurunkan tingkat kanibalisme.

“Selain itu, tim teknis kami juga melakukan serangkaian uji coba perlakuan dalam kepadatan tebar dan tingkat kedalaman pemeliharaan, untuk mendapatkan hasil yang paling maksimal,” jelasnya.

Kemudian dari aspek pakan, tambah Ujang, pihaknya juga mengontrol tingkat kesegarannya, periode pemberian, jumlah yang diberikan dan pembersihan sisa pakan. Semua metode itu diamati untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan masa pemeliharaan lobster.

Ia juga menyampaikan bahwa pihaknya juga tidak menutup kemungkinan akan menerapkan teknologi lain dalam berbagai segmen usaha budidaya lobster.

Untuk membangkitkan semangat masyarakat khususnya pelaku usaha budidaya lobster, BBPBL Lampung telah memberikan 4.500 ekor BBL kepada pembudidaya di wilayah kerjanya. BBL yang disalurkan itu merupakan hasil pendederan tahap I.

“Semoga semangat yang diusung KKP dapat menular kepada masyarakat, khususnya pembudidaya guna memajukan industri budidaya lobster dalam negeri,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Liza Derni menyampaikan bahwa koordinasi dengan KKP melalui BBPBL Lampung adalah hal yang selalu diutamakan oleh pihaknya untuk mensinergikan setiap program dan kebijakan di daerah dengan program pusat.

“Kami mendukung implementasi Permen KP Nomor 17 Tahun 2021 di wilayah Lampung. Kami selalu berkoordinasi dengan pusat maupun dengan aparat penegak hukum agar tidak melanggar aturan yang telah disepakati,” pungkas Liza.

  • Bagikan