Mediatani – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan mengunjungi Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jumat (12/3/2021).
Dilansir dari Kompas, Luhut menyayangkan mangkraknya pelabuhan perikanan yang telah dibangun sejak 2004 itu karena pembangunannya telah menghabiskan dana sebesar Rp 450 miliar.
“Sayang sudah Rp 450 miliar dana yang sudah dikeluarkan sejak 2003. Kita ingin segera diberdayakan,” kata Luhut.
Dalam kunjungannya ke breakwater pantai PP Tanjung Adikarto itu, Luhut menyampaikan titahnya untuk segera menyelesaikan persoalan di kawasan tersebut.
“Penyelesaian masalah di kawasan Pelabuhan Adikarto harus terintegrasi dengan penanganan di kawasan Bandara Internasional Yogyakarta dan kawasan di sekitarnya,” tegas Luhut.
Kunjungan Luhut di kawasan Pelabuhan Adikarto itu sendiri merupakan tindak lanjut dari hasil rapat koordinasi yang dilakukan Menko Marves dengan Gubernur DIY pada Kamis (4/3/2021).
Pada rapat koordinasi antara Kemenko Marves dan Pemerintah Provinsi DIY itu, disepakati untuk mengintegrasikan perencanaan pantai selatan dengan penataan beberapa kawasan di sekitar, yakni PP Tanjung Adikarto, kawasan strategis Yogyakarta International Airport (YIA), dan kawasan Pantai Selatan DIY.
Untuk diketahui, pantai Samudera Indonesia atau Samudera Hindia di DIY ada memiliki panjang kurang lebih 110 kilometer dengan potensi sumber daya perikanan yang besar. Namun, potensi tersebut telah lama belum dimanfaatkan secara optimal.
Oleh karena itu, dibangunlah kawasan pantai Pelabuhan Perikanan (PP) Tanjung Adikarto dengan luas 16,5 hektar di Pantai Glagah yang berada pada lokasi yang mudah diakses dan daerah pengaruhnya (hinterland) baik.
Dalam kunjungannya tersebut, Luhut didampingi oleh beberapa pejabat lainnya, yakni Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) X, dan Bupati Kulon Progo Sutejo.
Semua pihak pun telah bersepakat untuk menuntaskan persoalan yang terjadi di kawasan tersebut. Dari hasil pengamatan, permasalahan tersebut salah satunya disebabkan karena terjadinya sedimentasi di garis pantai sepanjang 247 meter yang terletak di muara Sungai Serang, Pantai Selatan DIY.
Beberapa lokasi terjadinya penumpukan sedimen, yakni di sepanjang breakwater sebelah timur, yang telah terbangun sepanjang 247 meter, dan juga di sepanjang breakwater sebelah barat yang telah terbangun sepanjang 233 meter.
Menteri Trenggono yang turut membawa sejumlah ahli dari Institut Teknologi Bandung menjelaskan bahwa solusi yang ditawarkan pihaknya adalah manajemen sedimentasi yang dilakukan dengan rutin mengeruk pasir yang selama ini memenuhi alur lintasan lintasan kapal menuju pelabuhan.
Menurutnya, upaya perbaikan alur yang mengalami sedimentasi harus segera dilakukan agar produktivitas perikanan di DIY dapat kembali ditunjang. Selain itu, juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya laut di WPPNRI 573 nantinya.
Skema manajemen sedimentasi berupa pengerukan pasir tersebut ditugaskan secara langsung Menteri Trenggono kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut TB. Haeru Rahayu dan Plt. Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini.
Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan HB X juga menyambut baik rencana pengerukan pasit tersebut. Ia berharap proyek tersebut nantinya dapat memberikan manfaat bagi nelayan sekitar.
Dalam kesempatan tersebut, rombongan juga melakukan peninjuan di lokasi longsor yang terjadi di barat runway YIA, di muara Sungai Bogowonto.
Muara sungai tersebut diketahui telah dilakukan pembangunan dan pemeliharaan groin muara sungai. Selai itu juga sedang dilakukan pembangunan jetty pada barat dan timur muara sungai sepanjang 306 meter.
Saat ini, Yogyakarta tengah mempersiapkan kawasan aerotropolis pertama di Indonesia dan akan berperan sebagai pendukung utama perkembangan bandara YIA. Aerotropolis tersebut dibangun dengan tata letak, infrastruktur, dan sektor ekonomi yang berpusat pada bandara.
Pembangunan Aetropolis ini bertujuan agar keberadaan bandara YIA di Kulon Progo dapat terus berkembang dan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat, juga untuk menghindari munculnya daerah kumuh.