Fapet UGM Bantu Istri Peternak Sapi Pacitan Buat Olahan Susu Empon-empon

  • Bagikan
Fapet UGM bantu istri para peternak sapi di Pacitan/IST

Mediatani – Pandemi Covid-19 telah memberi dampak yang besar salah satunya yakni, berkurangnya pendapatan para peternak sapi di Desa Tahunan, Pacitan, Provinsi Jawa Timur.

Bahkan, para peternak di sana mulai menjual sapinya karena tidak dapat membeli pakan.

Kelompok peternak Bumi Rahayu di Desa Tahunan beranggotakan 25 orang. Mereka memiliki lebih dari 50 ekor sapi dengan rata-rata produksi susu per hari mencapai 6—10 liter tiap ekor sapi dengan nilai jual ke koperasi sebesar Rp5.000 per liter.

“Pendapatan rata-rata setiap peternak di kelompok tersebut hampir sama, yaitu kurang lebih Rp80.000,00 per hari atau sekitar Rp2.400.000,00 per bulan. Padahal, sebagian besar istri peternak tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengandalkan pendapatan suami,” kata dosen Fakultas Peternakan UGM selaku ketua kegiatan pengabdian kepada masyarakat Ambar Pertiwiningrum, beberapa waktu lalu, mengutip, Sabtu (24/4/2021) dari laman Liputan6.com.

Ambar menuturkan bahwa, dengan melihat kondisi ini, Fakultas Peternakan UGM memberdayakan istri peternak untuk mampu mengolah susu sapi segar menjadi susu pasteurisasi kombinasi empon-empon.

Pihaknya pun memberikan pendampingan mengolah susu segar menjadi produk pangan olahan susu yang lezat, bergizi, tahan cukup lama, dan bernilai jual lebih tinggi.

Ambar menjelaskan pemilihan empon-empon menjadi bahan tambahan karena merupakan tanaman unggulan di desa tersebut dan dipercaya dapat meningkatkan antibodi.

“Mereka menjual susu dalam keadaan segar dan tidak mengolahnya apabila tidak habis terjual. Susu yang tidak terjual diberikan secara cuma-cuma kepada tetangga atau dicampurkan pada pakan sapi,” ucapnya.

Menurut Ambar, pendampingan pembuatan susu pasteurisasi diawali dengan pelatihan cara memerah susu yang benar dan sehat. Lalu, proses pengolahan susu dengan empon-empon.

Ambar mengungkapkan, pengolahan susu segar menjadi susu pasteurisasi dapat meningkatkan pendapatan peternak.

Selain itu, tidak ada lagi susu yang terbuang setelah diberikan pelatihan pengolahan susu.

“Peternak juga dilatih memublikasikan video dan foto produk, memilih kata-kata kreatif dalam promosi, dan dilatih menggunakan hashtag agar produk mudah ditemukan oleh konsumen,” tandasnya.

Dua Pelajar SMP 1 Kudus Raih Emas dalam Inovasi Pemanfaatan Susu Kambing Etawa

Inovasi terhadap susu kambing pun dilakuakn dua pelajar SMP 1 Kudus, Jawa Tengah yang meneliti tentang pemanfaatan kefir dari susu kambing etawa untuk bioterapi pemulihan operasi divertikulitis duodenum.

Keduanya berhasil menyabet medali emas di ajang ASEAN Innovative Science and Enterpreneurship Fair (AISEF) 2021.

“Pelajar yang terlibat dalam perlombaan tersebut yakni Mirza Tsabita Wafa’ana dan Muhammad Fariz Kautsar siswa kelas IX. Hanya saja, medalinya belum kami terima karena masih menunggu,” kata Guru Pembimbing SMP 1 Kudus Sri Winarni didampingi kedua siswa berprestasi tersebut di Kudus, Kamis (4/3/2021) dikutip, Senin (8/3/2021) dari situs merdeka.com yang juga mengutip dari Antara.

Peserta ajang AISEF yang digelar 18 Februari 2021 itu berjumlah 505 tim dari 20 negara. Pelaksanaan lomba berlangsung secara virtual melalui aplikasi zoom pada Kamis (18/2/2021).

Meskipun berlangsung secara virtual, namun kedua pelajar tidak boleh didampingi guru maupun orang tua sehingga keduanya benar-benar mempresentasikan penelitiannya itu sendiri serta menunjukkan bukti hasil penelitiannya berupa video proses pembuatan kefir.

Mirza Tsabita Wafa’ana mengungkapkan bahwa inovasi pemanfaatan kefir susu kambing etawa untuk bioterapi pemulihan operasi divertikulitis duodenum atau peradangan yang terjadi pada kantung-kantung yang terbentuk di sepanjang saluran percernaan, berawal dari keluhan teman ibunya yang mengalami gejala tersebut yang belum juga sembuh meski telah melakukan pengobatan.

“Dari informasi awal bisa disembuhkan dengan bahan-bahan alami. Kemudian saya bersama Muhammad Fariz mencoba membuat inovasi tersebut untuk terapi secara alami tanpa menggunakan obat kimia,” ujarnya.

Lantas, sambung dia, muncul ide untuk membuat kefir dengan menggunakan bahan-bahan yang cukup sederhana, mulai dari susu kambing etawa, susu sapi dan susu kedelai dengan komposisi tertentu.

Meskipun terlihat sederhana, ternyata untuk proses fermentasinya membutuhkan waktu hingga sepekan hingga menjadi kefir yang siap digunakan untuk terapi.

Sebelum mendapatkan medali emas di ajang AISEF, kedua pelajar tersebut juga pernah ikut di ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) yang berlangsung 18-23 Desember 2020 secara virtual.

Hasil dari ajang I2ASPO itu, keduanya hanya mampu menyabet medali perak, sedangkan di ajang yang sama di tingkat nasional, yakni National Applied Science Project Olympiad 2020 menyabet medali perunggu. Sedangkan di ajang yang lebih tinggi, yakni AISEF justru menyabet medali emas dengan penelitian yang sama. (*)

  • Bagikan