Harga Sapi Anjlok, Pengungsi Lereng Merapi Tetap Jual Hewan Ternaknya

  • Bagikan
Harga sapi di Pasar Bekonang, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo anjlok, Minggu, (15/11). (MP/Ismail)

Mediatani – Aktivitas vulkanik Gunung Merapi di perbatasan wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah terus mengalami peningkatan dan mulai berstatus siaga. Hal itu membuat warga di sekitar lereng gunung yang mengungsi juga terus bertambah menjadi 1.831 jiwa.

Selain warga, hewan ternak berupa sapi dari wilayah berpotensi rawan bahaya erupsi Gunung Merapi di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga mulai diungsikan mandiri oleh masing-masing pemilik.

Namun, karena tidak semua sapi ternaknya dapat mereka ungsikan, mereka terpaksa harus menjualnya di pasar Bekonang, Kecamayan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo. Sayangnya, akibat banyaknya warga di lereng Gunung Merapi kawasan Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten yang menjual hewan ternak, membuat harga sapi tersebut menjadi anjlok.

Salah seorang penjual sapi asal Desa Kebonarum, Kabupaten Klaten, Sumarjan mengatakan, pihaknya membawa lima ekor sapi untuk dijual di Pasar Bekonang. Sapi yang dijual ini semuanya milik warga lereng Gunung Merapi di Desa Balerante yang minta tolong untuk dijualkan.

“Pemiliknya tidak bisa merawat semua sapi karena ikut mengungsi. Dari pada terjadi sesuatu lebih baik hewan sapi dijual. Uang hasil jualan buat beli sapi lagi jika merapi sudah aman,” ujar Sumarjan, dikutip dari Solopos, Minggu (15/11).

Menurutnya, anjloknya harga sapi ternak tersebut akibat banyaknya warga dari lereng Gunung Merapi yang juga ikut menjual hewan ternaknya di pasaran. Selain itu, sebagian besar sapi yang dijual dipasaran ukurannya sedang dan belum layak dipotong.

“Biasanya harga sapi ukuran besar siap potong jenis metal satu ekor dijual Rp35 juta per ekor sekarang turun hanya Rp25 juta per ekor,” kata dia.

Sedangkan sapi ukuran sedang, harganya Rp20 juta per ekor turun menjadi Rp10 juta per ekor. Turunnya harga sapi ini terjadi selama sepekan terakhir setelah status Gunung Merapi naik menjadi siaga. Ia memperkirakan harga sapi dipasar akan terus turun pada beberapa hari kedepan seiring meningkatnya status merapi dan banyak warga mengungsi.

Penjual sapi ternak lainnya, Ngatijan (49) warga Desa Mojosongo, Kabupaten Boyolali juga mengungkapkan hal yang sama. Ia mengaku baru saja membeli dua ekor sapi milik warga di lereng Gunung Merapi di Desa Tlogolele senilai Rp40 juta.

“Saya jual lagi (Pasar Bekonang) tenyata laku. Untungnya tidak banyak karena kondisinya harga sapi di pasar sedang turun 50-40 persen dari harga normal,” katanya.

Di lain sisi, meski status Gunung Merapi dalam kondisi siaga, masih ada pengungsi yang beraktivitas mencari rumput atau pakan ternak. Mereka melakukan aktivitas tersebut saat pagi hari, dan mereka akan kembali ke pengungsian pada siang atau sore harinya.

“Status Merapi hingga pagi ini masih siaga, untuk aktivitas masyarakat kalau pagi hari seperti ini, mereka naik dari pengungsian. Khususnya yang masih bisa beraktivitas, mereka ngrumput (mencari rumput) untuk ternak sapinya yang juga sudah dievakuasi. Dan setelah itu mereka nanti sore turun ke tempat evakuasi sementara,” ujar Koordinator Pengungsi di Balerante, Zainu dikutip dari Merdeka, Senin (16/11).

Menanggapi hal tersebut, pemerintah Desa Balerante meminta mereka agar tetap mentaati imbauan pemerintah. Sesuai ketentuan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, warga dilarang beraktivitas di radius 3 kilometer.

“Sampai dengan saat ini warga Balerante yang sudah dievakuasi sejumlah 273 jiwa dan jumlah ternak yang dievakuasi sejumlah 128 ekor,” terangnya.

  • Bagikan