Mediatani – Banyak yang hanya mengetahui bahwa Crazy Rich Surabaya yang pernah mengalami hidup susah itu adalah Hermanto Tanoko. Padahal, sosok yang pernah mengalami hal serupa dan menyandang julukan orang super kaya itu masih banyak, salah satunya adalah Harry Susilo.
Harry Susilo merupakan pendiri Sekar Group, yaitu sebuah perusahaan yang bergerak di industri pangan berbasis produk-produk olahan hasil laut (seafood) yang telah mendunia. Namun, siapa yang sangka ternyata bisnis besarnya itu bermula dari usaha rumahan kerupuk udang di kampung halamannya, Sidoarjo, Jawa Timur.
Seperti apa perjalanan Harry Susilo dari Tukang Kerupuk hingga menjadi salah satu Crazy Rich Surabaya ini? Ini dia kisahnya:
Perjalanan dimulai saat masa sulit
Peluang bisnis itu ternyata datang saat hidupnya sedang dalam masa-masa tersulit. Saat itu, Harry tinggal di rumah dengan empat kamar bersama 11 adiknya. Karena kondisi ekonomi keluarga tak terlalu berada, ia menjalani hidup yang sangat sederhana
Di tahun 1996, ayah Harry yang bernama Wiyoto mengalami stoke di usia ke 51 tahun. Harry terpaksa harus putus sekolah karena tak memiliki biaya yang cukup. Namun, ia mengaku tak berputus asa menuntut ilmu dan tetap belajar meskipun hanya di rumah.
Suatu ketika teman ayahnya datang menjenguk, dia juga menawarkan Harry untuk bekerja dengannya. Dia mengajak Harry mengumpulkan ikan dan udang untuk dijual ke Singapura. Sebagai anak tertua dan tulung punggung sementara keluarga, Harry pun memutuskan untuk mengambil pekerjaan tersebut.
Ide Berjualan Kerupuk
Saat bekerja, Harry sering menemukan banyak kulit atau bentuk ikan dan udang yang tidak layak untuk diekspor, sehingga hanya menjadi limbah dan berujung pada pembuangan. Saat itulah muncul ide cemerlang Harry untuk menjadikan limbah tersebut menjadi peluang usaha kerupuk.
“Dari penjualan itu banyak yang bisa dimanfaatkan. Ikan dan udang setelah dikemas ada yang kulitnya rusak dan bentuknya tidak bagus. Ini kemudian dibuat kerupuk,” tutur Harry, dilansir dari Indotreding News.
Harry kemudian memberi merek bisnis kerupuknya itu dengan nama “Finna”, yang diambil dari nama putri cantiknya, Finna. Kerupuk udangnya ini pun laku keras dan semakin dikenal masyarakat. Padahal, saat itu di Sidoarjo telah banyak tempat usaha yang memproduksi kerupuk udang.
Namun siapa sangka, usaha kerupuk miliknya yang mengalami perkembangan secara signifikan. Harry kemudian mendirikan perusahaan PT Sekar Laut. Tbk yang kini telah menjadi perusahaan produksi kerupuk terbesar pertama.
Berinovasi hingga Mendunia
Sukses di dunia kerupuk, Harry mencoba untuk berinovasi dengan membuat produk olahan kerupuk jenis lain, sambal, hingga bumbu masakan instan. Alhasil produknya itu berhasil diminati masyarakat, baik dalam negeri hingga mancanegara.
Terbukti, Harry kini telah memiliki konsumen tetap di 36 negara, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, serta negara-negara Eropa hingga Timur Tengah.
Merasa usahanya itu belum cukup, ia terus melanjutkan inovasinya dengan menjajaki lini usaha lain, mulai dari produksi makanan kering, agrobisnis, properti, hingga pertambangan. Sampai akhirnya usahanya terus berkembang hingga melibatkan 30 perusahaan dan 10 ribu tenaga kerja.
Untuk menjamin higienitas dan kualitas produk buatannya, PT. Sekar Laut.Tbk juga telah mendapatkan akreditasi internasional, seperti The Good Manufacturing Practices for Food processors dan the Integrated-based Quality Management HACCP.
Berkat upayanya itu, kerupuk Finna yang diekspor ke Belanda bisa mencapai ratusan kontainer setiap tahunnya dan membuat pundi-pundi rupiah terus mengalir ke dalam rekening milik Harry. Meski bergelimang harta, Harry tak lupa untuk bersedekah. Dia secara rutin berdonasi ke banyak lembaga dan lingkungan termasuk gereja dan masjid.
Dia juga membentuk sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Susilo Institute for Ethics yang menjadi bagian di Boston University Amerika. Lembaga tersebut mendanai mahasiswa di Boston, dan berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia. Hal inilah yang membuat nama Harry Susilo masuk dalam daftar Asia’s 2017 Heroes of Philanthropy versi Forbes.