Keluh Kesah Petani Jagung di Pesisir Selatan

  • Bagikan

Mediatani.co – Sejumlah petani kopi di Kabupaten Pesisir Selatan,  Sumatera Barat mengeluhkan harga jual hasil panen tanaman jagung yang murah. Petani berharap agar pemerintah daerah dapat membantu mereka untuk mendongkrak harganya.

“Harga jagung kering berkisar antara Rp2.700 hingga Rp3.000 per kilogram dan harga itu tidak menguntungkan petani karena tidak sesuai dengan ongkos pengolahan lahan,” kata Ketua Kelompok Tani Tunas Muda, Jamalis di Painan, Sabtu.

Ia menambahkan satu hektare lahan bisa memproduksi jagung sebanyak 7,6 ton, jika petani berhasil menjualnya dengan harga tertinggi Rp3.000 per kilogram maka total uang yang didapatkan hanya Rp22,8 juta.

Sementara untuk mendapatkan hasil panen maksimal petani harus menyediakan pupuk jenis Urea sebanyak 247 kilogram dengan mengeluarkan biaya Rp570.400 atau Rp115.000 per 50 kilogram.

Selanjutnya pupuk jenis NPK sebanyak 270 kilogram dengan mengeluarkan biaya Rp756.000 atau Rp140.000 per 50 kilogram.

Khusus pupuk saja petani telah mengeluarkan biaya Rp1.326.400 ditambah obat-obatan pencegahan hama sekitar Rp200 ribu, petani telah mengeluarkan biaya lebih Rp1,5 juta.

Selanjutnya biaya pemeliharaan dari penanaman hingga panen diperkirakan menghabiskan biaya Rp6 juta jadi biaya yang dikeluarkan telah Rp7,5 juta.

Jika harga jual dikurangi ongkos produksi maka yang tersisa hanya sekitar Rp15,3 juta, apabila dikurangi dengan biaya sewa lahan dan biaya lainnya selama masa pengolahan lahan hingga panen sekitar tiga bulan, petani hanya mendapat gaji tiga sampai empat juta per bulan.

Hal tersebut hanya berlaku bagi petani yang memiliki areal satu hektare jika kurang dari itu tentu pendapatan mereka juga berkurang.

Namun kata Jamalis, hal tersebut akan berbalik merugikan petani jika harga jagung dibawah Rp3.000 dan sebaliknya jika harga jagung bisa lebih tinggi minimal pada kisaran Rp3.500 sampai Rp4.000 per kilogram tentu pendapatan petani juga lebih baik.

Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, menyebutkan terkait harga jagung yang tidak stabil itu petani harus mampu mengembangkan produk pangan berbahan jagung untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Menurutnya di Pesisir Selatan pada 2016 produksi jagung mencapai 158.160 ton dan merupakan terbesar kedua di provinsi setempat setelah Kabupaten Pasaman Barat dan pengembangan produk panganan berbahan jagung sangat terbuka.

Mewujudkan hal tersebut selain meminta peran aktif petani pihaknya juga telah menginstruksikan pejabat Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan setempat membangun kemitraan dengan balai penelitian dan balai pengolahan hasil pertanian.

“Jagung tidak hanya bisa dijadikan sebagai produk panganan manusia namun juga bisa memenuhi panganan ternak, saat ini hanya tinggal tenaga terampil untuk mengelolanya,” katanya. (*)

  • Bagikan