KKP Lakukan Riset dan Inovasi untuk Kembangkan Tambak Garam di Madura

  • Bagikan
Ilustrasi: Petambak garam.

Mediatani – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus melakukan riset dan inovasi untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan. Melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), upaya ini terus dilakukan, salah satunya di Madura, Jawa Timur.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BRSDM Sjarief Widjaja, Sabtu (27/2), di Universitas Trunojoyo Madura (UTM). Dia menyebut, untuk 2021-2024, KKP membuat program terobosan antara lain peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sumber daya alam perikanan pangkap.

Selanjutnya, perikanan budidaya untuk kesejahteraan; pengembangan kampung budidaya untuk pemulihan ekonomi masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Tujuannya untuk menghasilkan sumber daya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan.

Khusus untuk Madura, lanjut Sjarief, pihaknya akan melakukan pemetaan tambak di pulau tersebut untuk menentukan tambak yang aktif dan yang tidak. Hal ini perlu dilakukan guna ditindaklanjuti untuk pengembangan perikanan budidaya.

Selain itu, perlu dibangun kampung inovasi garam mulai dari hulu sampai hilir di beberapa lokasi yang ada di Madura sebagai model percontohan. Terkait inovasi tersebut, pihaknya telah melakukan riset terlebih dahulu melalui Instalasi Pengembangan Sumber Daya Air Laut (IPSAL) Pamekasan, Madura, di bawah Pusat Riset Kelautan BRSDM.

Dengan bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia, inovasi yang dilakukan menghasilkan Pompa Air Tambak Garam Aplikasi Kincir Sumbu Vertikal. Inovasi ini dibuat karena sebelumnya banyak terjadi kecelakaan yang dialami oleh petambak akibat terbentur bilah kincir konvensional hingga mengakibatkan kematian.

Selain aman mengaplikasikan kincir sumbu vertikal, inovasi ini juga tahan terhadap badai dan perubahan arah angin. Sebagai permulaan, alat ini telah dipasang di 10 tempat tambak garam rakyat sebagai uji ketahanan dan uji respon petambak.

IPSAL juga melakukan pembinaan dan pendampingan proses produksi garam rekristal melalui kerja sama yang dibangun dengan Badan Usaha Milik Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Pamekasan. Kerja sama yang telah dilakukan sejak 2018 ini merupakan rangkaian dukungan terhadap program Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk menciptakan 10.000 lapangan kerja.

Sejak 2020, masyarakat Desa Bunder dan Desa Pandemawu Barat, Pamekasan, juga menggunakan inovasi alat dan metode pemurnian garam rekristal sistem rebus memanfaatkan kalori sampah. Inovasi tersebut adalah Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi (PTAL) yang merupakan hasil riset kelautan yang dilakukan IPSAL.

Sjarief menuturkan bahwa pihaknya juga telah menyusun konsep technopark, yaitu kawasan yang dibangun untuk melakukan penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis.

Technopark ini dibangun untuk mendorong pemerintah daerah, dalam rangka pengembangan riset yang dapat menghasilkan penemuan baru dan kerja sama antar stakeholder serta memperoleh keuntungan dari pemanfaatan teknologi dan transfer teknologi yang kuat antara pemerintah, industri, universitas, dan masyarakat sehingga meningkatkan produktivitas dan daya saing.

Selain itu, ada juga hasil inovasi lainnya berupa alat Pemantau Lingkungan Tambak Garam (Pentagar). Syarief menjelaskan bahwa Pentagar dibuat untuk memudahkan para peneliti menganalisis berbagai fenomena iklim, cuaca dan parameter lingkungan tambak terkait produksi garam secara khusus maupun dinamika atmofser di wilayah pesisir secara umum.

Kepada pihak kampus, Sjarief berharap semua civitas akademika dapat mengambil peran antara lain dalam memberikan masukan kepada pemerintah tentang perumusan kebijakan kelautan dan perikanan yang mampu memberdayakan masyarakat.

Ia juga berharap mereka dapat melakukan riset untuk menghasilkan rekayasa teknik maupun kelembagaan yang dapat mendukung pengembangan bisnis yang memberdayakan masyarakat; turut melakukan pembinaan kepada masyarakat kelautan dan perikanan secara langsung maupun tidak langsung; serta turut menjaga lingungan baik dari hulu maupun hilir untuk menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan lautan.

  • Bagikan