Marak Laka Lantas karena Sapi, TNI Halau Ternak di Jalan Nasional Banda Aceh

  • Bagikan
ilustrasi sapi di jalanan/ist

Mediatani – Babinsa Koramil 03/Lageun Kodim 0114/Aceh Jaya Koptu Widodo bersama-sama dengan warga bahu-membahu menghalau kawanan hewan ternak yang berkeliaran di badan jalan nasional Banda Aceh – Calang, tepatnya di Desa Lhok Geulumpang, Kecamatan Setia Bakti, Aceh Jaya, Selasa (26/1/2021), tadi.

Disadur Selasa (26/1/2021) dari situs berita serambinews.com,  keberadaan puluhan ekor hewan ternak yang berkeliaran itu pun tampak menganggu pengguna jalan raya yang sedang melintas.

Pemandangan seperti ini bukannya jarang, tapi justru kerap ditemukan di kawasan tersebut.

Danramil 03/Lageun, Kapten Inf Samsudin, dikutip dari sumber yang sama memperkirakan bahwa hewan-hewan ternak itu merupakan milik masyarakat sekitar.

Dirinya suduah meminta agar tidak melepaskannya lagi karena sangat membahayakan keselamatan pengguna jalan yang lewat.

“Keberadaan hewan ternak di tengah-tengah jalan sering kita jumpai dan sangat membahayakan pengedara. Kepada pemilik ternak, kami imbau agar selalu menjaga, mengawasi dan memelihara hewan ternaknya dengan baik dengan tidak melepas liarkan begitu saja,” tegas Kapten Samsudin.

“Telah banyak korban kecelakaan dikarenakan keberadaan hewan ternak di tengah jalan. Jangan sampai ini ada korban lagi,” tambahnya.

Danramil mengungkapkan, timnya bersama unsur terkait sudah sejak lama melakukan sosialiasi tentang penertiban hewan ternak tersebut.

Meski begitu, dirinya meminta peran dari masyarakat agar turut serta. Agar tidak ditemukan lagi ternak yang berkeliaran.

“Kita ingin masyarakat berperan aktif, khususnya pemilik hewan ternak ini. Mari sama-sama kita jaga dan saling mengingatkan satu dengan yang lainnya,” sarannya. 

Sebelumnya, sebagaimana diberitakan mediatani.co bahwa maraknya kecelakaan lalu lintas karena ulah ternak sapi yang berkeliaraan di jalanan di daerah Aceh Jaya dan Aceh Barat, membuat Anggota DPR Aceh Tarmizi SP meminta kepada pemerintah daerah agar tegas terhadap pemilik ternak. Para pemilik ternak dinilainya lalai karena melepaskan ternaknya di tempat umum sehingga mengundang kecelakaan dan korban jiwa.

Dia menuturkan, saking banyaknya, jumlah kecelakaan dan korban jiwa, sudah tidak bisa dhitung lagi berapa banyaknya.

“Kecelakaan hingga terjadi korban jiwa karena ternak yang sengaja dilepaskan di tempat umum atau jalanan lalu berkeliaran di jalan raya sudah tidak terhitung lagi saat ini. Maka dari itu kita meminta pemerintah daerah tegas dalam penertiban terhadap pemiliknya,” kata Anggota DPR Aceh Tarmizi SP kepada Serambinews.com, Jumat (15/1/2021), yang dikutip Sabtu, (16/1/2021).

Kejadian-kejadian kecelakaan sudah sangat meresahkan. Angka kecelakaan di dua Kabupaten itu pun sudah terlalu banyak. Korban pun berjatuhan setelah menabrak sapi-sapi yang berkeliaran di jalan raya lintas Meulaboh-Banda Aceh.

Dia juga memberikan contoh, seperti peristiwa naas yang terjadi di jalan Nasional lintas Meulaboh-Calang di Desa Suak Geudeubang, Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat. Kecelakaan tragis di situ menyebabkan seorang pemuda dari Arongan Lambalek meninggal dunia seketika menabrak lembu pada Jumat (15/1/2021). Hal yang sebetulnya bisa dicegah namun begitu disayangkan bisa terjadi.

“Lebih berharga nyawa manusia daripada sapi, mengapa jalan raya jadi lapangan penggembalaan. Jika pemerintah tegas, maka pemilik ternak tidak akan berani melepaskan ternak di jalan raya,” ucapnya mempertanyakan.

Selain mengundang laka lantas, banyaknya sapi dan ternak yang berkeliaran di jalan raya, tentu juga membuat malu pemerintah daerah terhadap tamu yang datang. Para wisatawan dan tamu daerah lain tentu tidak nyaman dengan kondisi itu.

Lebih lanjut dia menyebut seakan-akan kecelakaan hingga merenggut nyawa orang sudah menjadi hal biasa.

Lebih dari itu, pihaknya berharap agar keselamatan dan nyawa manusia tentunya yang lebih berharga dari sapi-sapi itu.

Tidak samapi di situ, dia menambahkan, melepaskan hewan ternak ke tempat umum tidak jarang memicu terjadinya perkelahian dan pembacokan antara pemilik ternak dan pemilik kebun.

Pemilik kebun geram karena melihat tanamannya dimakan ternak. Hal itu membuat pemilik bisa melukai ternak dengan senjata tajam, sehingga hal itu membuat pemilik ternak tidak terima. Lalu terjadilah perkelahian hingga dari satu menelan korban jiwa.

“Saya berharap pemerintah daerah benar-benar tegas, ada sanksi yang jelas bagi pemilik ternak yang melanggar.

Dirinya sangat berharap agar kejadian-kejadian tidak terulang. Jangan sampai merenggut korban jiwa lagi kedepannya. (*)

  • Bagikan