Peduli Lingkungan, Warga Sunter Agung Olah Sampah Jadi Pupuk Organik

  • Bagikan
Warga RW 05 Sunter Agung Sulap Sampah Rumah Tangga Jadi Pupuk Organik (Foto: Kominfotik Jakarta Utara)
Warga RW 05 Sunter Agung Sulap Sampah Rumah Tangga Jadi Pupuk Organik (Foto: Kominfotik Jakarta Utara)

Mediatani – Masyarakat RW 05 Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok berinisiatif mengembangkan pengolahan sampah organik menjadi pupuk cair dan padat.

Pengolahan sampah ini dilakukan sebagai upaya dalam menekan jumlah sampah rumah tangga yang dibuang ke TPA Bantar Gebang. Selain itu, langkah ini juga menjadi peluang usaha dalam peningkatan pendapatan keluarga di bidang pengelolaan kompos.

Ketua RW 05 Sunter Agung Nurus Sobah mengatakan, pasokan sampah organik yang digunakan berupa sisa sayuran, kulit buah, dan sampah lainnya yang diperoleh dari warga sekitar. Sampah tersebut dipisahkan kemudian dimasukan ke dalam tong komposter, lalu dicampur dengan bioaktivator EM 4 dan maggot.

Penggunaan Bioaktivator EM4 (Effective Microorganisms) ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu pembuatan terhadap kandungan N, P, K, dan C dalam pupuk organik cair. Pengolahan komposting tersebut akan menghasilkan pupuk organik yang berguna dalam perawatan tanaman.

Untuk pengembangan kompostingnya, Nurus telah mengerahkan 50 tong komposter ke-20 RT untuk dimanfaatkan warga setempat dalam pengolahan sampah rumah tangga.

“Alhamdulillah, sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan, dan setelah melakukan sosialisasi serta melalui kegiatan ini, warga sudah mulai sadar dan sekarang sudah terbiasa mengumpulkan sampah organiknya,” ujar Nurus, dikutip dari Kompas.com, pada Jumat 27 Agustus 2021.

Kemudian, tambah Nurus, sampah yang telah dipiliah dimasukkan ke dalam tong komposter yang tersedia di setiap RT.

Proses pembuatan pupuk cair ini membutuhkan waktu sebulan dengan menggunakan satu tong komposter. Kebutuhan sampah organik untuk satu tong composer yakni kurang lebih 150 kg. Nantinya, sampah tersebut menghasilkan 40 liter pupuk organik cair.

“Sementara, pupuk organik yang dihasilkan oleh warga digunakan untuk merawat tanaman di rumahnya masing-masing. Tidak menutup kemungkinan suatu saat bisa dijadikan sebagai ladang usaha,” jelas Nurus.

Ia mengungkapkan, adapun kendala dalam pengembangan komposting ini yakni komposter masih ada yang berbau. Selain itu, pemahaman masyarakat dalam memilah sampah organik juga masih belum seragam.

Nurus mengatakan, secara bertahap akan dicari solusi dari permasalahan yang ada hingga mendapatkan hasil yang maksimal.

“Namun, kita harus tetap semangat menjalani, semua membutuhkan proses sehingga kedepannya bisa menggerakan perekonomian skala mikro yang nantinya bisa masuk ke kas wilayah masing-masing,” pungkasnya.

Bagi Anda yang merupakan pecinta tanaman, penggunaan pupuk organik jenis padat dan cair bisa menjadi alternatif pilihan karena lebih aman bagi tanaman dan lingkungan, serta murah dan mudah dalam pembuatannya.

Keduanya memiliki kelebihan yaitu dapat mengatasi defisiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Jika dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik ini tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin.

Karena berbagai kelebihan tersebut, penggunaan pupuk organik belakangan ini semakin digemari. Pasalnya, pupuk ini juga memberikan segudang manfaat untuk tanah dan tanaman. Terlebih pupuk organik dapat dibuat dari bahan yang ada di sekitar, bahkan dari sisa sampah rumah tangga.

  • Bagikan