Mediatani – Hajatan pernikahan yang unik digelar oleh pasangan pengantin asal Desa Kenaiban, Kecamatan Juwiring, Klaten. Selepas acara resepsi yang diadakan di Gedung IPHI Juwiring, Minggu (30/5/2021), pengantin tersebut melakukan penebaran benih ikan di alur Kali Pusur, Desa Kenaiban.
Dengan menaiki andong, pasangan pengantin bernama Bagus dan Wulan itu menuju lokasi penebaran benih dengan masih mengenakan busana pengantinnya. Bibit yang ditebar pasangan pengantin di alur sungai tersebut adalah bibit ikan lele yang berjumlah sekitar 1.500 ekor.
“Untuk memperingati hari kebahagiaan, kami lakukan dengan cara tebar benih ikan. Harapan kami agar ekosistem sungai terutama di Pusur terjaga,” kata Bagus (28), dilansir dari Solopos.
Bagus menuturkan bahwa acara penebaran bibit ikan tersebut digelar secara spontan. Selain untuk menjaga ekosistem sungai, acara itu juga dia lakukan untuk mengenang momen ketika kali pertama bertemu dengan Wulan yang kini telah menjadi istrinya.
“Dulu itu kali pertama bertemu ketika ada acara tebar benih ikan di Bantul dan akhirnya kami menikah,” ungkapnya.
Senada dengan Bagus, Wulan mengatakan bahwa acara itu langsungkan karena terinspirasi dari kegiatan tebar benih ikan yang dia datangi saat kali pertama bertemu dan berkenalan dengan Bagus yang telah menjadi suaminya saat ini.
Acara tebar benih ikan yang mereka datangi itu juga merupakan rangkaian acara pernikahan yang ada di Sedayu, Bantul pada Februari 2018 lalu.
“Ide kali ini juga spontan saja setelah diingat-ingat ternyata pertama kali kami bertemu pada kegiatan pengantin tebar benih,” tambahnya.
Adapun pelaksanaan resepsi pernikahan yang digelar Bagus itu dijalankan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan sesuai anjuran dari Satgas Penanganan Covid-19 di kecamatan dan desa.
Protokol kesehatan itu dilakukan dengan menerapkan sistem drive thru, dimana tak ada tempat duduk yang disediakan bagi para tamu undangan selain untuk rombongan besan.
Tamu undangan yang datang akan langsung menghampiri pasangan pengantin untuk memberi ucapan selamat tanpa bersalaman. Setelah itu, tamu mengambil hidangan yang sudah disajikan dalam bentuk dus yang disediakan di meja.
“Acara inti yakni pasrah dan tompo pengantin hanya berlangsung sekitar 10 menit. Acaranya juga dibatasi hanya 1,5 jam dengan sistem banyu mili,” ungkap Bagus.
Acara tebar benih yang dilakukan pengantin ini sebenarnya sudah menjadi tradisi di Kabupaten Klaten, khusunya di Kampung Sidorejo. Penebaran benih ikan di daerah tersebut biasa dilakukan di Kali Lunyu. Acara tebar benih ikan tersebut diharapkan membantu pemulihan ekosistem sungai.
Dilansir dari Ketua RW 11 Kampung Sidorejo Siswanto menjelaskan bahwa tebar ikan oleh pengantin sudah menjadi tradisi di Kampung Sidorejo sejak beberapa waktu terakhir. Warga setempat yang melangsungkan pernikahan diharapkan membantu upaya pemulihan ekosistem sungai dengan tebar benih ikan.
Ketika menyiapkan berbagai persyaratan (berkas) untuk menikah, Siswanto menyampaikan ke pihak keluarga pengantin untuk mendukung program Komunitas Kali Lunyu, yang salah satunya adalah melakukan tebar benih ikan.
Jenis benih ikan yang dapat ditebar juga ada berbagai macam, mulai dari benih ikan nila, patin, bawal, hingga lele. Selain berupa benih, pengantin juga dapat melepaskan indukan dengan jumlah yang tidak ditentukan atau sesuai kemampuan pasangan pengantin.
Selain sebagai bentuk kecintaan terhadap lingkungan, ada juga pengantin yang berharap agar nantinya anak-anak bisa bermain dan memancing ikan di sungai.
Tradisi atau budaya tebar benih ikan ini memang memiliki banyak makna. Namun, pada dasarnya prosesi tebar benih tersebut mengajarkan bahwa sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup (termasuk sungai) menjadi persoalan yang perlu dihadapi melalui berbagai cara yang sesuai dengan sarana dan kemampuan warga serta budaya yang melekat dalam kehidupannya.