Mediatani – Sejak dibangunnya tunnel garam di Desa Tlogopragoto, Kecamatan Mirit, produksi garam di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah terus mengalami peningkatan. Daerah yang menjadi “kampung garam” ini bisa menghasilkan sekitar 7,2 ton dalam sekali produksi dengan didominasi garam kosmetik.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam kunjungannya di kampung garam tersebut, mendorong masyarakat dan pemda agar memasarkan garam yang diproduksi secara online. Cara tersebut sebelumnya sudah berjalan, namun belum dilakukan secara maksimal.
Menurut Menteri Trenggono, penjualan garam yang dilakukan secara online ini dapat mempermudah penjual dan pembeli sehingga diharapkan penyerapan terhadap garam yang diproduksi bisa lebih maksimal dan penghasilan petambak garam juga ikut meningkat.
“Penjualan lewat online itu sangat bagus. Kita harus dorong agar tidak ada tengkulak,” ujar Menteri Trenggono di lokasi, Jumat (12/3/2021).
Sejak beroperasi akhir tahun 2020, Tunnel produksi di Kampung Garam jumlahnya sudah mencapai 40 unit. Pembuatan tunnel tersebut merupakan bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang dicanangkan pemerintah untuk membantu perekonomian masyarakat di masa pandemi Covid-19.
Saat ini, ada sebanyak 26 anggota yang tergabung dalam kelompok petambak garam Cirat Segoro Renges yang beroperasi di Kampung Garam. Mereka mampu menghasilkan garam kosmetik serta garam konsumsi dengan harga jual per kilogramnya di kisaran Rp30.000 sampai Rp40.000. Garam tersebut selama ini dipasarkan di sekitaran DI Yogyakarta dan Lampung.
Ketua Kelompok Cirat Segoro Renges Budi Santoso menyambut baik rencana penjualan garam secara online dengan memanfaatkan media sosial. Namun, dia berharap pihak UPT KKP dan Pemda dapat memberikan bimbingan agar penjualan bisa lebih masif.
“Kami sudah jual lewat online tapi masih belum banyak. Kebanyakan yang beli datang langsung. Tapi kan ke depannya memang harus online. Kami harap ada pendampingan supaya pengemasan dan promosi yang dilakukan secara online lebih besar hasilnya,” urai Budi Santoso.
Pengembangan Garam Piramid
Budi Santoso mengungkapkan bahwa pihaknya tengah mengembangkan produksi garam piramid. Dikatakannya, garam pyramid ini memiliki harga jual yang lebih tinggi, yakni mencapai Rp250.000 per kilogram.
Namun menurutnya, pengembangan garam pyramid tersebut masih membutuhkan infrastruktur rumah kaca yang sekarang belum tersedia di Kampung Garam.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Trenggono mengapresiasi langkah pengembangan garam pyramid yang dilakukan petambak kebumen. Maka dari itu, dia meminta jajarannya untuk membantu mewujudkan kebutuhan kelompok petambak tersebut.
“Bisa dibuatkan nanti rumah kacanya. Satu blok dulu untuk model,” ujar Menteri Trenggono yang dalam kunjungan kerja di Kebumen ini didampingi oleh sejumlah Pejabat Eselon I dan II KKP dan Bupati Kebumen Arief Sugiyanto.
Sementera itu, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut TB Haeru Rahyu menyampaikan akan segera melakukan konsolidasi internal untuk menindak lanjuti rencana pembangunan rumah kaca untuk produksi garam piramid.
“Kami juga akan koordinasi dengan pemda untuk ini,” urai TB Haeru.
Kampung garam ini sendiri telah mampu memproduksi garam beryodium dan telah memiliki izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan memiliki kualitas tinggi dengan kandungan NaCL (Natrium Klorida) mencapai 97,73%.
Selain garam konsumsi dan garam piramida, kampung ini juga membuat garam spa, garam kecantikan, dan garam kesehatan. Bahkan, kampung ini juga tengah berupaya untuk memproduksi garam industri dan farmasi. Bahkan, sebagai bentuk keseriusan, telah dilakukan penandatanganan perjanjian oleh Pemkab Kebumen dengan PT Kimia Farma.