Selain Pariwisata, Perikanan Budidaya Juga Tingkatkan Perekonomian Toraja Utara

  • Bagikan
Menteri Sakti Wahyu Trenggono saat melakukan kunjungan di Toraja Utara

Mediatani – Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan kawasan pegunungan yang dikenal sebagai daerah yang mengembangkan destinasi wisatanya. Namun, pertumbuhan ekonomi daerah tersebut ternyata juga ditopang oleh kelompok budidaya perikanan. Salah satu komoditas paling dominasi yang dikembangkan adalah ikan nila dan mas.

Untuk itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berharap dilakukannya revitalisasi kolam yang nantinya menjadi solusi untuk meningkatkan geliat perikanan budidaya dan mendorong tumbuhnya angka konsumsi ikan di Kabupaten Toraja Utara.

Upaya ini sekaligus merupakan bentuk dukungan KKP dalam membangun wilayah selain pesisir melalui pengembangan yang dilakukan di subsektor perikanan budidaya.

“Yang paling kuat di sini ada sektor pariwisata. Tapi kemudian ada kolam. Saya minta Dirjen Budidaya KKP dan Bupati untuk dibikinkan model. Dengan demikian ini punya kontribusi yang baik untuk pertumbuhan ekonomi,” tutur Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu  Trenggono saat melakukan kunjungan di Balai Benih Ikan (BBI) Rantepao di Toraja Utara, Sabtu (19/6/2021).

Kolam-kolam budidaya yang ada di BBI Rantepao merupakan kolam yang akan dijadikan model. Kolam yang ada di BBI tersebut selama ini dikelola oleh Dinas Perikanan Kabupaten Toraja Utara.

Di dalam BBI Rantepao ini terdapat 25 petak kolam, yang terdiri dari 14 kolam pendederan, empat kolam induk jantan, lima kolam induk betina, serta dua kolam biofilter.

Pada tahun 2020, volume produksi benih ikan mas BBI Rantepao berada di angka 7,8 juta ekor, jumlah yang paling rendah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Angka produksi pada dua tahun sebelumnya mencapai angka 11,7 juta dan 13,4 juta.

Rendahnya volume produksi pada tahun lalu itu disebabkan karena adanya sejumlah persoalan yang dihadapi pihak balai sehingga kesulitan berproduksi. Diantaranya karena kondisi kolam dengan rembesan yang sangat tinggi sementara debit air dari sumber rendah.

Kondisi tersebut menyebabkan ketinggian air di kolam tidak dapat dipertahankan serta rendahnya angka survival rate (SR) yang terjadi di kolam pendederan.

Menteri Trenggono berharap pengembangan yang dilakukan di BBI Rantepao ini dapat dilakukan dengan baik lagi. Sebab selain bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, potensi perikanan budidaya yang ada di Toraja Utara juga dapat mendorong naiknya angka konsumsi ikan di daerah itu.

“Kita akan terus lakukan pendampingan-pendampingan dan bimbingan teknis melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) KKP di daerah. Nah ini juga menyangkut masalah konsumsi ikan di wilayah Toraja,” pungkas Menteri Trenggono.

Sementara itu Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Toraja Utara Johny Parubak, menyebutkan di Toraja Utara saat ini terdapat 160 kelompok budidaya yang sebagian besar kegiatan budidayanya menggunakan konsep minapadi. Dia mengaku optimistis, angka produksi tersebut bisa menjadi tinggi jika kebutuhan benih terpenuhi.

“Kalau sudah ada perbaikan, tingkat kebutuhan masyarakat terhadap ikan mas dan nila akan terpenuhi. Sebab masyarakat di sini sangat senang dengan ikan-ikan ini untuk dikonsumsi. Masyarakat yang menjalankan budidaya juga banyak,” ungkap Johny.

Dalam kunjungan kerja ini, Menteri Trenggono didampingi oleh Plt. Dirjen Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu dan diterima oleh Bupati Toraja Utara Yohanis Bassang.

Pada kesempatan itu, Menteri Trenggono juga melakukan penebaran benih ikan nila di kolam budidaya BBI Rantepao dan menyerahkan bantuan berupa 500 ribu ekor benih nila dan 10 paket calon induk nila dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu kepada kelompok pembudidaya ikan di Kabupaten Toraja Utara.

  • Bagikan