Sukseskan Gerakan IP400, Balitbang Kementan Sebut Benih Umur Genjah Salah Satu Kuncinya

  • Bagikan
Sumber foto: pedomanrakyat.com

Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melaksanakan berbagai program terobosan untuk mewujudkan Indonesia swasembada beras hingga ekspor. Salah satunya melalui Gerakan Indeks Pertanaman (IP) 400 atau tanam dan panen padi 4 kali dalam setahun.

Gerakan ini merupakan metode baru untuk mengoptimalkan potensi pertanian dan juga sumber daya air agar produksi meningkat hingga bisa diekspor di tengah pandemi covid 19 dan tantangan perubahan iklim.

Terkait hal ini, Kepala Balai Besar Penelitian Padi, Badan Litbang Kementan, Yudi Sastro menyebutkan bahwa salah satu kunci keberhasilan dari pertanaman padi, terutama 4 kali setahun (IP400) adalah dengan memperhatikan penggunaan benih.

Benih yang sedang berkembang dan cukup banyak dicari oleh para petani saat ini salah satunya adalah benih padi super genjah. Hal ini karena benih tersebut punya beberapa kelebihan, diantaranya umur yang lebih pendek dan potensi hasil panennya tergolong cukup tinggi hingga mencapai 10,2 ton Gabah Kering Panen (GKP) per hektar (ha).

“Salah satu tujuan dirakitnya varietas unggul bar umur sangat genjah adalah untuk meningkatkan indeks pertanaman. Dengan umur panen lebih singkat, masih memungkinkan kecukupan air sehingga bisa panen optimal,” demikian dikatakan Yudi dalam webinar Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani, Rabu (2/2/2022).

Yudi juga menyampaikan bahwa varietas genjah baru ini telah dilepas oleh Balai Besar Penelitian Padi adalah Respati. Menurutnya, varietas Respati tidak hanya menambah preferensi para petani terhadap varietas unggul baru, tetapi juga dapat menjadi pilihan baru untuk padi umur genjah.

Ia menambahkan, dengan potensi hasil tinggi yang mencapai hasil 9,7 ton perhektar, dan rata-rata hasil 7,5 ton perhektar dari sejumlah lokasi pengujian, menjadi pilihan tersendiri bagi petani yang membutuhkan varietas umur padi genjah produksi tinggi.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Badan Litbang Kementan, Fery F. Munier menegaskan bahwa hadirnya varietas unggul baru super genjah dengan kualitas beras yang baik ini akan meningkatkan minat para petani untuk bisa berbudidaya kembali setelah panen musim tanam (MT) pertama. Bahkan MT 2 bagi daerah yang airnya cukup.

“Di lahan sawah, postur tanaman varietas super genjah cukup pendek karena hanya setinggi 95 cm, sehingga lebih tahan rebah. Anakan varietas super genjah juga banyak, jika dibudidayakan optimal berkisar 30 hingga 40 anakan,” sebutnya.

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat juga membeberkan kiat sukses melaksanakan program IP 400. Ia mengatakan salah satu kuncinya adalah dengan perbenihan in-situ, yakni perbenihan yang dilakukan dengan mengambil spesies target (on-site ), dalam ekosistem alami atau aslinya.

Ia menjelaskan bahwa benih in-situ ini dapat diproduksi dengan memberdayakan kelompok tani sebagai produsen benih dan bermitra dengan produsen benih.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan bahwa IP400 adalah Gerakan meningkatkan Indeks Pertanaman 4 kali dalam setahun dan menurutnya hal ini perlu disosialisasikan kepada para petani dan masyarakat.

Upaya ini dinilai dapat meningkatkan hasil produksi dan menjamin kecukupan serta ketersediaan pangan seiring dengan laju pertambahan penduduk dan alih fungsi lahan sawah produktif yang semakin marak terjadi.

“Disamping itu dengan bisa menanam 4 kali dalam setahun tentunya pendapatan petani pun akan meningkat. Pemerintah terus mendorong agar Gerakan ini terus berkembang dan di tahun 2022 ini sudah hampir 200 ribu hektar di Kabupaten/Kota seluruh Indonesia yang akan mengembangkan IP400,” jelasnya.

Strategi keberhasilan IP 400, menurut Suwandi diantaranya adalah ketersediaan air sepanjang tahun dengan irigasi, embung, pompa, penggunaan benih dan super genjah dengan persemaian di luar pertanaman sistem culik, bisa dengan dapok atau persemaian di galengan dan pekarangan.

Selain itu, penggunaan pupuk organik, pengendalian hama terpadu, manajemen tanam dan panen yang singkat dan efisien, 5 sampai 10 hari dengan mekanisasi, alsintan pra dan pasca panen.

Dalam pengembangan IP400, tambah Suwandi, ada KUR yang dapat diakses oleh petani untuk pembiayaan, dikelola secara kolektif atau korporasi sekaligus mengelola pengolahan/hilirisasi sehingga nilai tambah petani juga ikut meningkat.

“Juga dilakukan kemitraan dengan produsen saprodi, offtaker, penggilingan Kostraling,” pungkasnya.

  • Bagikan