Upaya Sejahterakan Petani, Mentan Arahkan Pemda Untuk Manfaatkan KUR dan Mekanisasi

  • Bagikan
Menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menjadi Narasumber IFS 2021
Menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo saat menjadi Narasumber IFS 2021, Jakarta, 25/5/2021 (Foto: Abiyadun/Mediatani)

Mediatani – Dalam rangka meningkatkan Produksi, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengarahkan agar Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan penggunaan teknologi tepat guna. Hal tersebut disampaikan oleh Mentan SYL saat menjadi pembicara dalam Indonesia Food Summit (IFS) 2021, di Jakarta, Selasa (25/5).

Hal tersebut disadari karena pembangunan pertanian modern sangat sulit dipisahkan dari mekanisasi pertanian dan penggunaan teknologi tepat guna. Selain itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa hal tersebut juga secara jelas telah diamanahkan oleh Presiden Joko Widodo dalam arahannya ketika membuka Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2021.

“Bapak Presiden waktu itu menyampaikan bahwa penerapan teknologi pertanian diharapkan mampu menekan biaya produksi menjadi lebih murah sehingga menciptakan harga yang kompetitif dari produksi komoditas pertanian nasional,” kata Mentan Syahrul di Jakarta, Selasa (25/5).

Menanggapi pengarahan tersebut, Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi yang turut hadir pada IFS 2021, mengatakan bahwa masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dan memberikan pendapatan lebih kepada petani terutama pada proses pasca panen.

“Di Sumbar, berdasarkan pengalaman yang ada, pasca panen perlu diintervensi untuk menghindari food losses yang saat ini bisa mencapai 50 persen,” kata Mahyeldi.

Mahyeldi mengakui, salah satu langkah yang bisa ditempuh adalah dengan melakukan revitalisasi rice milling unit (RMU) yang ada di setiap daerah. Dirinya pun mengungkapkan fakta yang terjadi di Sumatera Barat.

“RMU di Sumbar ada sekitar 5 ribuan yang itu usianya sudah puluhan tahun, 20 sampai 30 tahun,” ungkapnya.

Mahyeldi memprediksikan, jika langkah memperbaiki RMU dapat digalakkan maka peningkatan kualitas dan produksi beras dapat mencapai pertumbuhan sebesar 12 persen. Apalagi, tambahnya, dalam proses panen menggunakan teknologi seperti combine harvester.

Menanggapi hal tersebut, Mentan Syahrul pun mengakui bahwa pemerintah pusat memiliki berbagai keterbatasan, misalnya anggaran. Sehingga menurutnya, apa yang menjadi harapan Gubernur Sumbar tersebut tidak bisa serta merta dilakukan.

Oleh karena itu, upaya revitalisasi yang diajukan tersebut bisa saja dilakukan akan tetapi pendistribusiannya bertahap dan tidak bisa semuanya langsung diberikan. Syahrul mengusulkan agar dapat memanfaatkan skema kebijakan KUR dan pelembagaan petani dalam bentuk korporasi diharapkan menjadi jawaban.

“Bapak, Ibu, RMU yang ada di indonesia kurang lebih jumlahnya hanya 186 ribu unit, dan hemat saya, dana KUR bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki atau mengupgrade-nya,” jelas Mentan.

Harapan tersebut terlihat dari data perbankan yang mengungkapkan bahwa pengembalian dana pinjaman KUR di sektor pertanian tahun 2020 cukup sehat bagi sektor perbankan. Hal tersebut menurutnya dipicu oleh nilai Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet hanya 0.6 persen dari total nilai pinjaman KUR.

“Alokasi KUR pertanian tahun 2021 sebesar Rp 70 triliun. Ini bisa dimanfaatkan dan akan berguna untuk membiayai pada pasca panen. Petani-petani kita ke depan harus sudah bisa menjual beras dengan packaging yang menarik. Penggilingan beras di desa-desa harus ditumbuhkan tapi saya harapkan berasnya jangan dijual kemana-mana karena ada konsumen yang pasti sekitar 4 juta yang terdiri dari PNS, anggota TNI/Polri dan juga kegiatan sosial,” ungkap Mentan.

Narasumber lainnya, Menteri Perdagangan, M. Luthfi yang juga hadir sebagai narasumber turut menanggapi. Dirinya mengungkapkan bahwa saat ini harga gabah kering panen (GKP) rata-rata mencapai Rp 4.200. Menurutnya, petani dapat menerima nilai harga yang lebih tinggi jika pengelolaan pasca panen dapat dibenahi.

“tapi itu (harga-red) proses sebelum panen, harga setelah panen menjadi Rp 8.600 ada penambahan sekitar Rp 4.400. Jadi ini, kasarnya yang kerja dari pagi sampai sore itu Rp 4.200 tapi pasca-nya itu Rp 4.400, untuk mendapatkan beras medium. Ini ada yang mesti kita perbaiki bersama, kalau tadi ada kemungkinan losses sekitar 10 persen, bisa jadi mungkin lebih, mencapai 50 persen,” kata Luthfi.

  • Bagikan