Urban Farming: Alternatif Milenial Menjadi Petani

  • Bagikan
Ilustrasi: Urban Farming

Mediatani – Pertanian urban farming dinilai menjadi salah satu solusi alternatif untuk mengatasi masalah perkebunan dan pertanian di Indonesia. Anak muda alias milenial pun diajak untuk ikut berperan aktif mengembangkan usaha pertanian ini.

Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kominfo RI, Septriana Tangkary mengajak para generasi muda untuk memulai Urban Farming. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan, serta untuk meningkatkan perekonomian.

Kominfo juga turut memfasilitasi para petani untuk go online dalam mengembangkan pertanian. Kominfo mengajak para petani menggunakan aplikasi untuk memasarkan produknya secara online.

“Ini menjadi suatu kesempatan kita, peluang kita di samping pertanian, UMKM juga akan meningkat. Guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan,” ungkap Septriana dalam keterangannya pada Minggu (17/4/2022).

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Semarang Hernowo Budi Luhur mengatakan adanya Urban Farming, khususnya di daerah Semarang, diharapkan dapat membuka lapangan kerja di perkotaan.

Ia mengatakan bahwa di Semarang terdapat Urban Farming Corner, tempat di mana masyarakat bisa berlatih pertanian. Di samping dari pelatihan tadi, pihaknya juga menyediakan barang dagangan seperti pupuk dalam sekala kecil untuk menyediakan kebutuhan-kebutuhan pertanian dalam skala kecil.

Di lain sisi, Guru Besar Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Dwi Retno Lukiwati menjelaskan bahwa sistem dari Urban Farming bersifat sangat ramah lingkungan, ekonomis, dan juga memungkinkan untuk dapat menambah pendapatan keluarga.

Menurutnya, tanaman sayuran bisa dimanfaatkan sebagai sumber ketahanan pangan keluarga. Budidaya ikan skala kecil juga dapat dimanfaatkan dalam lingkup keluarga. Jika berkembang menjadi skala besar, nantinya dapat dikomersialkan dan menambah pundi-pundi ekonomi.

Duta Petani Milenial Semarang, Sandi Febrianto juga mengajak para generasi milenial untuk mengembangkan pertanian dan mengelola pangan secara modern.

Menurutnya, Urban Farming bisa menjadi solusi untuk menghasilkan pangan yang sehat, segar, aman dan berkualitas. Di samping itu, berbagai produk hasil Urban Farming seperti salad sayur, sayuran organik, hingga toko online pertanian bisa dimanfaatkan guna menambah penghasilan.

“Saat ini Urban Farming sudah sangat familiar. Apalagi selama pandemi. Karena itu, dengan adanya pertanian perkotaan ini, kita dapat tantangan untuk mengembangkan pertanian dengan melakukan inovasi-inovasi yang lebih baik untuk meningkatkan ekonomi para generasi milenial,” jelas Sandi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyatakan bahwa akan terdapat sekitar 9,3 miliar orang yang bermukim di bumi pada tahun 2050 mendatang. Ini berarti permintaan akan pangan tentu mengalami peningkatan drastis, sementara jumlah sumber daya lahan dan sumber daya manusia yang bekerja di sektor pertanian akan semakin mengalami penyusutan.

Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah petani per 2019 mencapai 33,4 juta orang. Adapun dari jumlah tersebut, hanya sekitar 8 persen petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun, atau setara dengan 2,7 juta orang. Beberapa data yang sama pada periode 2017 ke 2018 juga menunjukkan penurunan jumlah petani muda yang mencapai 415.789 orang.

  • Bagikan