Begini Upaya Kementan untuk Kembangkan Produksi Susu Dalam Negeri

  • Bagikan
Foto: MyMilk.com
Foto: MyMilk.com

Mediatani – Susu adalah salah satu sumber protein yang memiliki kandungan gizi tinggi. Kandungan yang makronutrien dan mikronutrien yang terdapat di dalam susu berfungsi untuk menunjang kesehatan dan kecerdasan. Selain itu, susu berperan dalam masa pertumbuhan dan mencegah stunting pada anak.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Makmun seperti yang dilansir pada laman republika.co.id, Jumat, (24/9/2021).

Ia mengatakan agar kebutuhan susu dalam negeri terpenuhi, Kementerian Pertanian berkomitmen dan mengupayakan peternakan sapi perah untuk produksi berkelanjutan.

Salah satu upaya yang dilakukan Kementan yaitu bekerja sama dengan Danish Veterinary Food and Administration (DVFA) dalam Strategic Sector Cooperation (SSC) Indonesia-Denmark.

Data menunjukkan bahwa secara nasional, tahun 2020 populasi sapi perah stagnan berjumlah 584.582 ekor dengan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) sebanyak 997 ribu ton.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2020 yaitu berkisar 16,27 kg per kapita/tahun. Nilai ini terbilang masih lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Vietnam yang mencapai 20 kg/kapita/tahun atau Malaysia sekitar 50 kg/ kapita/tahun.

Namun, saat ini kebutuhan susu di Indonesia mencapai 4,3 juta ton per tahun, tidak sebanding dengan kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu tersebut yang hanya mencapai  22,7 persen, sisanya masih dipenuhi dari impor.

Makmun mengatakan, tingginya ketergantungan terhadap bahan baku impor menjadi tantangan sekaligus peluang yang besar khususnya untuk pengembangan produksi susu segar dalam negeri.

Pogram kerjasama dengan Denmark sejalan dengan program produksi susu keberlanjutan Blue Print Persusuan Indonesia Tahun 2013-2025 yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.

Dengan harapan, pada tahun 2025 dapat tercapai target pemenuhan kebutuhan susu nasional dari susu segar dalam negeri sebesar 60 persen.

Langkah yang dilakukan yaitu membuat produktivitas sapi perah menjadi 20 liter/hari dan sekiranya konsumsi susu meningkat menjadi 30 liter/kapita/tahun dan populasi sapi perah menjadi 1,8 juta ekor.

Selain program kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dengan Negara tetangga, pemerintah juga menyusun program Sikomandan/Upsus SIWAB dalam upaya pengembangan persusuan dari hulu-hilir, pemasukan sapi perah (heifer) dan rearing atau pemeliharaan pedet, serta pemberian insentif investasi berupa tax allowance.

Pemerintah juga  telah berupaya meningkatkan produktivitas melalui perbaikan genetik, pendampingan penerapan Good Farming Practices (GFP), perbaikan kualitas dan kuantitas pakan serta mengembangkan jenis sapi perah baru.

Sedangkan, untuk perbaikan kualitas susu segar dan penjaminan keamanan produk dilakukan melalui pendampingan dan bimtek penerapan Good Handling Practices (GHP), Good Farming Practices (GFP) dan Good Manufacturing Practices (GMP).

Pihaknya juga menyediakan fasilitas sarana prasarana peternakan berbasis sumber daya lokal, melakukan akses pemasaran digital untuk memperluas pasar dan melakukan pengolahan limbah peternakan sapi perah menjadi biogas dan pupuk organik.

Dengan demikian, selain berkontribusi terhadap mitigasi pencemaran lingkungan dan efek gas rumah kaca, langkah ini juga dapat meningkatkan pendapatan peternak.

“Sehingga peternak sapi perah selain menjual susu segar,juga  mengolah susu menjadi produk olahan, juga dapat menjual pupuk organik dari limbah ternaknya,” ucapnya.

  • Bagikan