Mediatani – Fathul Aminudin Aziz adalah seorang dosen. Wabah Pandemi Covid-19 membuat Fathul banting setir dalam melakoni kehidupan sehari-harinya.
Dikutip Jumat (12/2/2021) dari situs berita Jawapos.com, Fathul yang merupakan seorang Dosen dari kampus IAIN Purwokerto itu meninggalkan kota dan memilih hidup di pedesaan. Rumhanya berlokasi di kawasan Gunung Pesahangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa imbas dari pandemi Covid-19, maka perkuliahan tatap muka di kampusnya pun dihentikan sementara. Ya, termasuk di IAIN Purwokerto. Perkuliahan pun diganti secara daring atau jarak jauh.
Kondisi tersebut kemudian membuat Fathul punya banyak waktu di rumah sampai akhirnya memilih untuk tinggal di pedesaan. Jarak dari tempat tinggalnya ke desa sekitar dua jam melalui perjalanan darat.
’’Alhamdulillah, meskipun di desa, sinyal internetnya bagus. Jadi, saya work from garden,’’ ucapnya dengan canda ketika dihubungi.
Di sela-sela waktu sesaat ketika tak memandu kuliah atau kegiatan akademik lainnya, Fathul pun memanfaatkannya untuk bertani. Dia pula memaksimalkannya untuk lebih banyak melahirkan inovasi.
Inovasi-inovasi inilah yang akhirnya membuat dirinya terpilih sebagai satu di antara Top 3 PNS (Pegawai Negeri Sipil) Inspiratif tahun 2020 yang merupakan satu di antara tiga kategori yang dilombakan dalam Anugerah ASN 2020 di mana digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB).
Salah satu inovasi yang dijalankannya ialah Ngaji on the Bus. Ngaji on the Bus dimaksudkan dalam rangka untuk mengatasi rasa bosan para santri yang di-lockdown tidak boleh keluar pondok selama pandemi Covid-19.
Jadi, pada waktu-waktu itu, para santri naik bus milik pondok, lalu mengaji di dalam bus.
’’Sambil keliling Purwokerto,’’ kata lelaki kelahiran Cilacap, 3 April 1968, itu.
Para santri yang mengikuti kegiatan Ngaji on the Bus itu merupakan santri dari pesantren-pesantren yang didirikan Fathul. Pada tahun 2015 lalu dia mendirikan empat pesantren: Elfira 1, Elfira 2, Elfira 3, dan Elfira 4.
Empat pesantren Elfira itu didirikannya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa IAIN Purwokerto. Total santri di empat pesantren tersebut berjumlah sekitar 900 orang.
Tiap pesantren pun dibuatnya memiliki kekhususan masing-masing. Elfira 1 lebih mengutamakan dan mengkhususkan kemampuan membaca kitab kuning. Pada Elfira 2 dikhusukan pada mahasiswa yang mengawali kemampuan baca tulis Alquran dan praktik pengamalan ibadah.
Elfira 3 diutamakan bagi mahasiswa yang ingin meningkatkan kemampuan bahasa Arab dan Inggris. Lalu, pada Elfira 4 dikhusukan untuk mencetak para penghafal Alquran.
Ketika memilih tinggal di pedesaan, dirinya pun memutuskan untuk kembali mendirikan pesantren. Kali ini, pesantren yang didirikan pun ialah pesantren gratis (free) berbasis pertanian buah-buahan.
Para santri lalu diajak berkebun buah-buahan di lahan pesantren. Hasilnya dipakai untuk menopang kegiatan operasional pondok. Uniknya, para santri pun tidak dibebankan biaya tinggal.
’’Santri hanya membayar untuk kebutuhan makan. Biaya mondok-nya gratis,’’ uja dia.
Bahkan, kata dia, saat kelak buah-buahan yang ditanam dipanen dan menghasikan uang, para santri yang terlibat merawat buah-buahan itu bisa mendapatkan uang tambahan. Pohon yang ditanam pun antara lain ialah durian, jambu citra, jeruk lemon, dan alpukat.
Anugerah ASN atau ASN Award 2020 telah diserahkan langsung oleh Menteri PAN-RB Tjahjo Kumolo pada pertengahan Desember lalu. Untuk tiap kategorinya, ditetapkan tiga ASN terbaik.
Selain kategori PNS Inspiratif, ada kategori Pejabat Pimpinan Tinggi (PPT) Teladan dan The Future Leader. Total usul yang masuk mencapai 945 portofolio ASN.
Ada empat instrumen penilaian yang digunakan. Yakni, inspirasi, inovasi, dampak, serta kepemimpinan.
Saat memberikan sambutan dalam malam puncak Anugerah ASN (Aparatur Sipil Negara) 2020, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebut pentingnya sebuah birokrasi diisi orang-orang kreatif.
’’Dalam alam kompetisi yang ketat, hanya birokrasi dan ASN (aparatur sipil negara) yang bekerja secara inovatif yang akan mampu bersaing dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,’’ ujar Ma’ruf, masih dikutip dari situs yang sama.
Fathul menuturkan bahwa dirinya berjuang untuk menghadirkan lembaga pendidikan yang murah atau terjangkau. Khususnya di pedesaan.
Alasannya mulai, Fathul ingin dirinya mampu mengatasi persoalan angka putus sekolah yang masih tinggi di pedesaan. Sebagian besar kasus putus sekolah itu pun dipicu faktor ekonomi atau biaya pendidikan.
Pria yang tinggal di Sindangsari, Cilacap, itu memang bertekad menekuni dunia pertanian, khususnya buah-buahan. Bahkan, sebagian sawahnya ditanami buah-buahan.
Bagi Fathul, menanam padi punya muatan politis. Sebab, saat harga pupuk naik, harga jual hasil panen malah ditekan. Maka dari itu, hasilnya kurang menguntungkan. Hal itu disebutnya, beda jika menanam buah-buahan.
Selain itu, dirinya juga menyaksikan pola tanam petani di sekitar gunung Pesahangan yang masih tradisional sehingga kurang membawa hasil yang maksimal.
Dia kemudian berinovasi dengan berkebun model tumpang sari. Kebunnya seluas sekitar 2 hektare ditanami durian, pohon pandan duri sebagai bahan baku kerajinan tikar, dan kencur.
Menurut Fathul, petani memiliki pemikiran yang khas. Tidak perlu diberikan penyuluhan yang rumit. Cukup dengan contoh, sudah banyak yang mengikuti.
Tak berhenti sampai di situ. Fathul bersama kelompok tani yang berjumlah 20-an orang membentuk agrowisata berbasis buah-buahan. Lahan yang digunakan mencapai 10 hektare. Saat ini masih didirikan jalur bagi kendaraan yang nanti menyusuri kebun buah-buahan tersebut.
’’Bagi yang tidak punya mobil, nanti disiapkan sewa Jeep,’’ tutur dia.
Meski awalnya dia sempat ragu akan gagasan membangun agrowisata karena para petani harus merelakan lahan mereka dipotong untuk digunakan sebagai jalan. Namun bukannya keberatan, justru banyak para petani yang berebut lahannya dijadikan jalan.
Sebab, mereka mendapatkan banyak manfaat dengan pembangunan jalan tersebut. Misalnya, mereka bisa masuk ke lahan dengan menggunakan motor. Tidak perlu jalan kaki. Harga lahan pula terangkat karena dilewati jalan.
Beberapa bulan lagi agrowisata yang melibatkan badan usaha milik desa (BUMDes) setempat tersebut pun akan beroperasi. Dia menunggu dua jenis tanaman buah-buahan yang berbuah dan siap dipetik. Dengan begitu, pengunjung bisa lebih dimanjakan.
“Pengunjung nanti bisa memetik langsung buah durian, jambu citra, jeruk lemon, dan lainnya,” terangnya. (*)