Generasi Penerus Berinovasi, 5 Teknologi Pertanian Karya Anak Negeri

  • Bagikan
teknologi pertanian
teknologi pertanian

Teknologi pertanian bertujuan untuk mempermudah manusia, khususnya dengan menerapkan ilmu keteknikan dalam pertanian. Pertanian sendiri tujuannya untuk memaksimalkan bahan pangan dari hewan dan tumbuhan. Objek formal berfokus pada pasca panennya, berupa pemanenan dan rekayasa hasil budidaya, peningkatan hasil panen, hingga pemasaran produk pertanian itu sendiri.

Daftar 5 Teknologi Pertanian Karya Anak Negeri

Teknologi yang berkembang di Indonesia sendiri berperan besar pada pengembangan alat-alat produksi, pemanfaatan pertanian, dan sektor irigasi. Teknologi terbaru dan semakin maju terus dikembangkan dan diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Berikut adalah karya-karya anak negeri yang luar biasa dalam membantu kemajuan Indonesia di sektor pertanian dan lingkungan.

1. Bioplastik

inovasi bioplastik oleh Kevin Kumala
inovasi bioplastik oleh Kevin Kumala

Seorang pemuda asal bali bernama Kevin Kumala berhasil menciptakan inovasi berupa bioplastik. Bioplastik tersebut tercipta akibat rasa prihatin dirinya akan kondisi pantai bali yang dipenuhi sampah. Setelah percobaan bahan plastik menggunakan jagung, kedelai, dan singkong, pilihan pun jatuh kepada singkong. Hal tersebut karena menghasilkan produk lebih banyak dengan harga yang murah.

Kevin mengungkapkan bahwa bioplastik karyanya benar-benar aman untuk makhluk hidup. Plastik dari singkong tersebut dalam 90 hari akan hancur dan menjadi kompos tanaman bila diletakkan dalam tanah. Menurut Kevin, inovasi bioplastik ternyata kurang mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia. Kevin memaparkan bahwasannya peminat justru banyak yang datang dari luar negeri.

2. Penghasil Listrik dengan Pohon Kedondong

Penghasil Listrik dengan Pohon Kedondong
Penghasil Listrik dengan Pohon Kedondong

Inovasi ini datang dari seorang anak bernama Naufal, yang baru saja lulus dari MTs Negeri 1 Langsa, Aceh. Naufal membuat listrik dari pohon kedondong sejak umurnya 12 tahun. Saat itu dirinya menerima pelajaran bahwa buah-buahan seperti kedondong, mangga, belimbing, dan buah dengan kandungan asam lain mampu menghasilkan arus listrik. Ia pun mencobanya pada pohon kedondong.

Menurut Naufal, untuk menghasilkan listrik dari pohon kedondong ini membutuhkan tembaga, logam, dan kain maupun tisu. Caranya yaitu dengan melubangi pohon, kemudian tembaga dan logam yang telah dilapisi kain atau tisu dimasukkan dalam lubang pohon. Kain atau tisu yang telah menyerap asam pohonlah yang mampu membuat tembaga dan logam mengaliri arus listrik.

3. Aplikasi Pemantau Tanaman

CEO Habibi Garden, Irsan Rajamin, sedang menjelaskan temuan mereka kepada Kasie Kurikulum Pembinaan dan Pengembangan, Bambang Arianto, pada acara Showcase The Nextdev Competition
CEO Habibi Garden, Irsan Rajamin, sedang menjelaskan temuan mereka kepada Kasie Kurikulum Pembinaan dan Pengembangan, Bambang Arianto, pada acara Showcase The Nextdev Competition

Teknologi pertanian karya anak bangsa selanjutnya adalah suatu aplikasi yang mampu mengukur kelembapan dan nutrisi dalam suatu tanaman. Aplikasi tersebut bernama Habibi, dikembangkan oleh perusahaan startup Indonesia yang bernama Habibie Garden. Pemantauannya yang real time, dapat dimanfaatkan oleh petani untuk mengurangi rusaknya tanaman dan meningkatkan hasil panen.

Cara penggunaan aplikasi Habibi sangatlah sederhana. Anda hanya perlu meletakkan alat di lahan. Lalu data-data seperti temperatur, cahaya, kadar air, kelembapan, dan nutrisi tanah akan diproses dan dikirimkan ke smartphone anda. Selanjutnya terdapat pengontrol yang bernama Habibi dosis pump yang mampu memberikan pupuk serta air kepada tanaman secara terukur dan tepat.

4. Helm Green Composite

Dr. Siti Nikmatin mengembangkan helm berbahan dasar limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS)
Dr. Siti Nikmatin mengembangkan helm berbahan dasar limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS)

Seorang peneliti bernama Siti Nikmatin yang merupakan dosen Fakultas MIPA IPB berhasil menciptakan helm yang terbuat dari bahan campuran serat tandan kosong kelapa sawit. Helm yang berasal dari serat tumbuhan ini memiliki komposisi 20% serat tumbuhan dan sisanya adalah polimer Akrilonitril Butadiena Stiren (ABS). Helm ini digadang-gadang tahan terhadap benturan.

Menurut penanggung jawab produksi helm Green Composite, helm ini memiliki skor kriteria cedera kepala sebesar 800 poin. Sedangkan standar SNI harusnya tidak lebih dari 3000 poin. Helm ini juga lolos standar negara Amerika yang tidak boleh lebih dari 1000. Sehingga helm ini sangat baik untuk melindungi kepala dan lolos untuk pemasaran internasional.

5. Drone Sawah

inovasi drone sawah oleh Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa tengah
inovasi drone sawah oleh Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa tengah

Meskipun drone bukanlah berasal dari Indonesia, namun Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, Jawa tengah, berhasil memanfaatkan teknologi tersebut untuk kegiatan pertaniannya. Pemanfaat drone di Kecamatan tersebut adalah sebagai penyemprot pestisida. Karena teknologi tersebut, penyemprotan dapat dilakukan dengan cepat dan efisien.

Selain bisa mengurangi dampak terpaparnya pestisida terhadap penyemprotnya, penyemprotan pestisida ini bisa dilakukan sangat cepat untuk lahan yang luas. Dipaparkan bahwa penyemprotan satu hektar sawah hanya dilakukan selama setengah jam. Sedangkan apabila menggunakan cara manual bisa memakan waktu hingga tiga jam lamanya. Sangat inovatif bukan?

Kelima teknologi pertanian hasil pemikiran kreatif anak negeri itu beberapa telah diakui oleh dunia. Beberapa diantaranya mampu memajukan sektor pertanian dan yang lain bisa memanfaatkan hasil pertanian untuk pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Semakin besar harapan kepada anak penerus generasi bangsa untuk menghasilkan inovasi lain guna pengembangan pertanian Indonesia.

  • Bagikan