Alumni Mahasiswa Fapet UGM Jadi Pengusaha Eskrim dan Berhasil Berdayakan 955 Peternak

  • Bagikan
Andromeda Sindoro Pengusaha eskrim/via detikcom/IST

Mediatani – Bisnis Sweet Sundae Ice Cream, milik pasangan Andromeda Sindoro dan Yuki Rahmayanti telah memasok es krim untuk hotel-hotel di Indonesia.

Andro mengisahkan bisnisnya ini berawal pada 2008 lalu, ketika dirinya masih berkuliah di semester 6 Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Saat itu, lanjutnya, dia menjadi asisten dosen bersama teman-temannya dan diminta membantu proyek dosen membina peternak sapi perah di daerah Cangkringan, Kaliurang.

Andro menjelaskan saat itu ia mendapat keluhan dari para peternak tentang harga susu yang jatuh. Mendengar hal itu, ia bersama empat temannya, termasuk Yuki yang kini menjadi istrinya mencoba membeli susu sapi peternak dengan harga lebih tinggi.

Susu kemudian untuk diolah menjadi es krim supaya harga jualnya dapat meningkat. Untuk penjualannya, lanjut Andro, mulanya hanya dijajakan di kantin kampus.

“Ternyata, penjualannya bagus dan kami berkembang,” ujar Andro dalam keterangan tertulis, Selasa (6/4/2021), melansir, Kamis (8/4/2021) dari laman detik.com.

Seiring waktu, Andro terus memperbaiki produk karena optimis bisnisnya dapat dikembangkan lebih baik lagi.

Dia mengaku kerap meminta masukan dari dosen-dosennya serta menggali ilmu dari internet guna memperbaiki kualitas es krimnya.

Andro mengungkap dalam perjalanannya, dua rekan bisnis Andro memilih mundur, hingga tersisa Yuki yang notabene istrinya sendiri.

Andro dan Yuki sepakat meneruskan usaha es krim yang saat itu mereka namakan Yogya Ice Cream.

Dia menceritakan saat memulai bisnis ia memanfaatkan tabungan pribadi sebagai modal, sembari terus mengikuti kompetisi kewirausahaan mahasiswa untuk dapat suntikan modal.

Hingga akhirnya ia memutuskan diri untuk berbisnis es krim. Kendati demikian, bisnisnya semula bernama Yogya Ice Cream harus diubah menjadi Sweet Sundae Ice Cream karena tidak bisa dipatenkan.

Andro mengaku kerap mengubah model bisnisnya untuk dapat berkembang, mulai dari menitipkan produk es krimnya di warung-warung hingga business to business (B2B) dengan menawarkan produknya ke hotel, restoran, dan katering (horeka).

Tak hanya eksis di Yogyakarta, dia berhasil meluaskan pasar ke kota-kota di sekitar Yogya, seperti Solo, Semarang, Magelang, dan Ambarawa.

“Di Yogyakarta, kami pegang 26 katering. Ini baru bicara katering, belum bicara kafe, restoran, dan hotel. Jadi, kami melihat pangsa ke depan masih potensial,” katanya.

Tahun 2015, lanjutnya, bisnis es krimnya mulai membuka distributor hingga mencakup luar Pulau Jawa.

Namun, seiring berjalannya waktu Andro mengatakan distributor yang aktif dan besar hanya ada di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya.

Soal produksi, Andro mengaku es krim miliknya dibuat menggunakan 100% susu segar dari peternak lokal.

Susu sapi segar bahan baku produknya didatangkan langsung setiap pagi dan segera diolah sebelum masuk ke lemari pendingin. Hal ini dilakukan agar kualitas es krimnya tetap terjaga.

Produknya juga diklaim menggunakan bahan lokal, alami, dan halal tanpa bahan pengawet, perasa, dan pewarna.

Pada 2017, Andro meluncurkan brand premium Ademuy Gelato di Lempongsari, Yogyakarta.

Ia mengatakan gelato itu menggunakan bahan lokal, murni, dan semuanya hasil dari peternak sapi lokal dan petani lokal.

Kini, Ademuy Gelato memiliki cabang di Jakarta dan menjual berbagai varian gelato serta menerima pesanan customize dairy products.

“Kami meluncurkan gelato untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar yang ternyata bervariasi, bukan hanya menyukai es krim,” ungkap Andro.

Pada tahun yang sama, Andro juga meraih juara dua untuk lomba Entrepreneur Muda Syariah BI tingkat nasional hingga akhirnya dapat bekerja sama dengan instansi pemerintahan, terutama Kementerian Pariwisata dan Kementerian Koperasi.

Ia menyebut, pada 2019 dirinya dikirim Kemenkop untuk mengikuti Asia Pacific Economy Conference (APEC). Pun, bisnisnya berhasil menjadi UMKM binaan Bank Indonesia, Jawa Tengah.

“Di sana kami menjadi juara 1 dan berkesempatan mempresentasikan Sweet Sundae di depan Teten Masduki,” ujarnya.

Andro mengatakan saat ini dia membina 935 KK dengan total 2.600 ekor sapi.

Menurutnya, ada banyak tantangan yang dihadapi saat memulai bisnis ini seperti belum memiliki pengalaman yang banyak dan belum punya kredibilitas yang cukup untuk bisa menyampaikan ide memberdayakan peternak sapi lokal ke pemerintah ataupun investor.

Meski, dia terus mengembangkan bisnisnya hingga saat ini, bahkan di tahun 2016 ia berani mengirim kepala peternak ke Australia selama sebulan untuk mengikuti pelatihan.

Andro menjelaskan dalam menjalankan bisnis, yang penting baginya adalah misi meningkatkan value susu dari peternak lokal sehingga hasil dari peternak akan kembali untuk peternak.

“Kami mengedepankan close circle yang berputar di peternak sebagai pemain utama dan kami sebagai pengolah,” tegasnya.

Andro mengungkap pandemi tak ayal sempat membuat bisnisnya anjlok hingga 80% terutama di masa awal pandemi.

Kondisi ini mau tak mau membuatnya memutar otak karena baginya, bisnis es krim ini tak hanya tentang dia saja tapi juga memiliki efek besar pada para peternak binaannya.

Pihaknya melakukan peralihan dari model B2B ke B2C yaitu secara online. Penjualannya pun meningkat 85% dalam dua bulan dan tetap dapat mempertahankan 25 stafnya untuk bisa bekerja.

Menurutnya, teknologi telah membantu bisnisnya untuk dapat tumbuh dan bertahan hidup serta memberdayakan peternak sapi lokal meski di tengah pandemi.

Dirinya pun siap terus memberdayakan lebih banyak peternak sapi lokal untuk terus memasok susu untuk es krimnya guna memastikan lebih banyak orang di luar bisnisnya dapat memperoleh manfaat dari digitalisasi ini. (*)

  • Bagikan