Pernah Berjaya, Skuadron TNI-AU ‘Satud Tani’ Pembasmi Hama Pertanian dan Wabah

  • Bagikan
Sumber foto: yoursay.suara.com

Mediatani – Sejak berdirinya TNI-AU, sudah banyak satuan udara yang dibentuk untuk menjaga kedaulatan udara Indonesia, di antaranya yaitu untuk melaksanakan misi tempur, bantuan SAR, sipil dan kemanusiaan.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa TNI-AU juga memiliki satuan udara yang mengemban tugas di sektor pertanian yang dikenal dengan nama Satuan Udara Pertanian/Satuan Udara Tani (Satud Tani).

Sesuai dengan namanya, satuan udara yang bergerak di sektor pertanian ini khusus menangani hama dan wabah yang ada di sektor tersebut. Berikut ulasan singkatnya tentang satuan udara tani yang dilansir Mediatani dari berbagai sumber.

1. Bertugas Menanggulangi Hama dan Wabah

Melakukan penyemprotan hama di lahan pertanian sebenarnya sudah diterapkan sejak dekade 60-an. Awalnya, Nurtanio membuat sebuah pesawat yang berdasarkan dari lisensi PZL-104 Wilga dengan nama Gelatik.

Pesawat ini lalu didesain menjadi pesawat bantu pertanian yang tugasnya menyemprot cairah anti hama, yang pada saat itu diimpor peralatan penyemprotnya dari Polandia.

Dilansir dari situs aviahistoria.com, di awal dekade 1970-an barulah pemerintah mulai menanggapi serius konsep ini. Saat itu bertepatan dengan gerakan swasembada pangan dan peningkatan hasil pertanian dalam negeri.

Pada tahun 1971, konsep ini kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Satuan Udara Tani (Satud Tani). Di tahun yang sama, dilakukan pembelian peralatan penyemportan dan unit pesawat baru guna mendukung tugas dari satuan udara yang bertugas di lini pertanian tersebut.

2. Memanfaatkan Pesawat Buatan Lokal dan Luar

Dalam menambah kekuatan untuk melaksanakan tugas, dilakukanlah pengadaan beragam pesawat yang sejak awal didesain untuk melakukan tugas pertanian dari udara.

Sebelum satuan ini resmi dibentuk, mereka memiliki kekuatan 4 unit pesawat Gelatik yang merupakan produk lisensi dari PZL-104 Wilga yang berasal dari Polandia. Setelah diresmikan, ditambah lagi 4 unit pesawat Cessna 188 Ag Truck.

Beberapa tahun kemudian, bertambah lagi 5 unit pesawat Pilatus PC-6 B2-H2 Turbo-Porter sebagai pengganti Gelatik yang makin menua dan dihibahkan ke FASI (Federasi Aero Sport Indonesia).

Satuan yang bermarkas resmi di Lapangan udara Kalijati (Pangkalan Udara Suryadi Suryadarma) ini ketika itu beranggotakan kurang lebih 20 orang. Satuan ini dilengkapi dengan peralatan penyemportan hama yang modern dari Amerika Serikat untuk mengganti alat semprot dari Polandia.

3. Melakukan Beragam Misi Pertanian dan Hilang Tergerus Zaman

Selama berdirinya, Satud Tani sudah melakukan berbagai misi untuk menanggulangi hama hampir di seluruh wilayah Bumi Pertiwi yang dipusatkan menjadi lahan pertanian guna mendukung program ketahanan pangan nasional.

Daerah yang menjadi tempat operasi satuan ini di antaranya adalah Aceh, Brebes, Lampung, Medan, Ponorog, Talaud dan sejumlah daerah pertanian lainnya.

Satuan ini pernah melakukan operasi anti wabah seperti yang dilakukan di Manado, Palembang dan Semarang. Selain itu, mereka juga pernah melakukan tugas sipil lain non pertanian seperti melakukan misi hujan buatan, operasi foto udara, penerjunan payung dan berbagai tugas lainnya.

Meskipun terbilang sukses, faktanya Satud Tani harus tersingkirkan oleh perkembangan zaman yang modern. Penyemprotan hama dengan menggunakan pesawat dinilai terlalu mahal serta kurang efektif di zaman modern.

Minimnya tugas dari Satud Tani ini kemudian perlahan-lahan menjadikan beberapa unit pesawat yang dulu pernah beroperasi dimuseumkan.

Kini beberapa orang mengatakan bahwa keberadaan dari satuan udara yang jasanya cukup diperhitungkan ini telah dibubarkan dan ada juga yang berpendapat Satud Tani ini masih ada namun statusnya kurang begitu diketahui.

  • Bagikan