Sinergi Dispangtan Cimahi dan Kelompok Ternak Sapi Perah Hasilkan Olahan Susu Siap Jual

  • Bagikan
ILUSTRASI. Peternak memerah susu sapi/IST/Merdeka.com

Mediatani – Kerjasama yang dilakukan antara Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) dengan pemilik usaha sapi perah, Uden Mulyadi, telah dimulai sejak tahun 2010 silam. Kerjasama itu merupakan kerjasama antara dinas dengan pelaku usaha.

Dari proses itu memungkinkan Dispangtan Kota Cimahi memberikan fasilitas bantuan kepada pelaku usaha. Pada tahun 2020 lalu, pengusaha sapi perah pun sudah mendapatkan pakan ternak sapi perah.

Selain bantuan pakan, peternak pula mendapat bantuan layanan kesehatan untuk sapinya. Sapi–sapi mereka pun selalu dicek sampel darahnya oleh Dispangtan Kota Cimahi.

“Sebelum pandemi covid-19, sudah diadakan pelatihan dari mulai beternak dan melakukan pengelolaan limbah, akan tapi limbahnya bukan berasal dari Dispangtan, melainkan dari UMKM,” ujar Uden Mulyadi, Selasa (9/2/2021) yang dikutip dari situs JabarEkspres.com Rabu (10/2/2021).

Di Cipageran sendiri sudah memiliki tiga kelompok sapi perah yang termasuk di dalamnya ialah kelompok ternak sapi Pak Uden. Kelompok tersebut yakni bernama Mekar Mandiri.

Kelompok Mekar Mandiri tercatat berjumlah anggota sebanyak 26 orang dan 80 ekor sapi. Sedangkan kelompok lainnya memiliki jumlah anggota sebanyak 70 orang dengan jumlah sekitar 350 ekor sapi.

Diketahui awal mula Pak Uden melakukan aktivitas beternak, sebelum beternak sapi perah dan berfokus ke sapi pedaging, dirinya ternyata hanya memiliki satu ekor sapi. Dan kini berkat ketekunannya ,Pak Uden telah memiliki 14 ekor sapi.

Hasil dari olahan susu sapi yang telah diperas dan siap untuk dilakukan pengiriman ke beberapa daerah. Pemesan pun datang dari berbagai daerah.

Biasanya juga pengiriman susu dari hasil olahan itu bisa sampai ke Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Kabupaten Bandung. Dia menanggung biaya ongkos kirim dengan masing-masingnya sebanyak 60 liter.

Kelompok Pak Uden yakni Mekar Mandiri kini telah menghasilkan produk yang siap untuk dijual. Produk andalan mereka yang memiliki banyak peminat ialah Yoghurt Cipageran (Yocipa).

Harga jual produk ini pun terbilang cukup murah. Satu botol dihargai Rp. 8.000, sedangkan harga per gelasnya dapat dibanderol Rp. 4.000. Sementara itu, untuk ukuran botolnya ialah satu liter dengan harga Rp. 30.000.

“Jadi kalau ada pembeli mau membeli susu biasanya hubungi via whatsapp atau penjualannya akan dibantu oleh saya,” ujarnya.

Di berita yang lain, Gubernur Sulawesi Selatan, HM Nurdin  Abdullah bersama Direktur Utama PT Sulsel Citra Indonesia (Perseroda), Taufik Fachruddin bertemu dengan Owner PT Widodo Makmur Unggas, Tumiyono, di Jakarta guna dalam rangka untuk menjalin kerjasama.

Dalam pertemuan itu, Perseroda Sulsel dengan PT Widodo Makmur Unggas telah sepakat untuk melakukan pengembangan peternakan sapi, peternakan ayam, penanaman jagung dan olahan lainnya di Sulsel.

Dirut Perseroda Sulsel Taufik Fachruddin menuturkan bahwa adapun lokasi pengembangan kawasan peternakan itu akan dipusatkan di Seko, Luwu Utara.

“Jadi kerjasama ini nantinya akan berisifat terintegrasi peternakan sapi, peternakan ayam, penanaman jagung, dan produksi olahan,” kata Taufik Fachruddin, Sabtu (6/2) dikutip Senin (8/2/2021) dari situs berita Tribun-timur.com.

Untuk percepatan program, Pemprov Sulsel sendiri bakal menyelesaikan infrastruktur menuju lahan kawasan peternakan tersebut.

“Keinginan pak Gubernur untuk menjadikan Sulsel sebagai salah satu lumbung daging di Indonesia. Kami akan memulai tahun ini persiapan pembangunan Infrastruktur dan kesiapan awal lain,” kata dia.

Sementara itu, untuk pengelolaan peternakan sapi sendiri, PT. Perseroda Sulsel bersama Pemprov Sulsel menyediakan lahan dengan luas sekitar 5.000 hektar dan difokuskan di Seko.

“Terkhusus legal standing terkait 5.000 ha lahan, yang akan kami jadikan sebagai tempat dalam pengembangan (Peternakan sapi). Seko dipilih oleh bapak Gubernur sebagai tempat untuk pengembangan rencana itu,” katanya via rilis yang dikutip Senin (8/2/2021) dari situs yang sama.

Taufik membeberkan bahwa dalam pelaksaan industri ternak itu, tercatat ada sekitar 7 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Pemprov Sulsel yang akan terlibat.

“Diperkirakan sekitar ada 7 atau 8 OPD lain yang akan terlibat langsung dalam pengembangan rencana menjadikan Sulsel sebagai salah satu lumbung daging Indonesia,” kata dia. (*)

  • Bagikan