Tingkatkan Produksi Beras, Kementan Galakkan Program Mandiri Benih di Papua

  • Bagikan
Kuntoro Boga Andri
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri (berkemeja putih) berbincang dengan petani saat meninjau lahan budidaya padi untuk sumber benih di Kampung Koya Barat, Distrik Muara Tani, Kota Jayapura, Jumat (12/11/2021).

Mediatani – Pembangunan pertanian di Provinsi Papua terus digalakkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Pembangunan pertanian ini dilakukan dengan tujuan menyediakan beras sendiri, hingga dapat diekspor ke negara tetangga.

Hal tersebut ditandai dengan kegiatan kunjungan kerja tim Kementan yang meninjau lahan budidaya padi untuk sumber benih di Kampung Koya Barat, Distrik Muara Tani, Kota Jayapura, Jumat (12/11/2021).

Kegiatan ini dihadiri pula oleh sejumlah petani, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Papua, Martina Sri Lestari, Kepala Balai Karantina Pertanian Jayapura, Muhlis Natsir, dan Loka Veteriter Jayapura, Suryantana.

Proram ini digalakkan karena tanah papua memiliki potensi pertanian yang menjanjikan mulai dari potensi lahan pertanian yang sangat luas, pertambahan jumlah penduduk, dan sektor pertanian pun kini menjadi bantalan pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.

Serangkaian hal tersebut membutuhkan penyediaan pangan khususnya beras, dan harus ditingkatkan melalui program kemandirian benih.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa salah satu kunci untuk meningkatkan produksi pertanian di Papua adalah kemandirian benih.

“Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk memajukan pertanian di Papua, program mandiri benih kita jalankan di lapangan,” ungkap Andri saat meninjau lahan budidaya padi untuk sumber benih di Kampung Koya Barat, Distrik Muara Tani, Kota Jayapura, Jumat (12/11/2021).

Program mandiri benih di Papua oleh Kementerian pertanian ini akan dimasifkan dengan melibatkan petani milenial. Kuntoro menjelaskan bahwa kementerian pertanian tidak hanya mendukung pada aspek teknis, tetapi juga mendorong pelibatan para petani muda di Papua.

Menurut Kuntoro, petani muda atau petani milenial mampu melakukan terobosan inovasi pertanian yang unggul. Kelebihan lainnya adalah sikap profesionalisme dan memiliki kemampuan bersaing.

Dengan partisipasi para petani tersebut, lahan pertanian yang tidak produktif bisa teroptimalkan dan dapat dikelola agar hasil pertaniannya memiliki nilai jual tinggi.

“Pertanian Papua akan melesat bila petani milenial kuat. Petani milenial dapat dengan cepat mengimplementasi berbagai paket inovasi dan teknologi pertanian dari hulu ke hilir. Seperti di Kampung Koya Barat ini ada anak muda yang bertani padi untuk benih,” tuturnya.

Kedepan, tambah Kuntoro, pihaknya berharap masyarakat terutama petani dapat melakukan pengembangan usaha dengan memanfaatkan akses KUR dari perbankan.

Menyambut hal tersebut, Kepala BPTP Papua, Martina Sri Lestari menjelaskan bahwa BPTP Papua pada tahun 2021 ini tengah fokus menjalankan program Usaha Pengelolaan Benih Sumber.

Dirinya menyebutkan, program tersebut berjalan di berbagai daerah sentra produksi beras Papua seperti Merauke, Nabire, Kerom, dan Kota Jayapura.

“Kuncinya agar Papua ini mandiri pangan adalah mandiri benih, sehingga kegiatan pendampingan pengembangan benih sumber ini menjadi kegiatan utama kami, dan juga ada kegiatan pengembangan hilirisasi komoditas padi, kakao dan tanaman hortikultura,” ungkap Martina.

Di tempat yang sama, seorang petani milenial Kampung Koya Barat binaan BPTP Papua bernama Basri mengaku takjub dan bersyukur atas hasil pertanian yang diperoleh sampai saat ini.

Basri menjelaskan bahwa dirinya bersama 5 petani lainnya saat ini sedang melakukan budidaya padi untuk dijadikan benih sumber pada lahan seluas 10 hektar.

Aktifitas budidaya padi yang dia lakukan pun mendapat pendampingan dari pihak BPTP Papua. Berkat pendampingan tersebut, perlakuan dalam budidaya padi bisa dilakukan dengan optimal.

“Alhamdulillah produksinya 7 sampai 8 ton perhektar. Kalau untuk benih, didapat 4 ton perhektar. Benih yang kita kembangkan Inpari 30, Inpari 32 dan Siliwangi. Harga gabah kering giling Rp 7 ribu per kilogram,” sebutnya.

Tambahan informasi, luas lahan budidaya padi untuk benih sumber di Kota Jayapura ini luasnya mencapai 100 hektar.

  • Bagikan